Ji ah berjalan cepat menuruni tangga tidak peduli jika nanti kakinya akan terkilir atau apalah karena saat ini yang menjadi tujuan utamanya adalah suaminya yang kini berdiri tegap didepan jendela
sembari menatap langit cerah akhir musim dingin ini."Kenapa kau kesini? Bukankah sudah kukatakan mereka baik-baik saja bersama saudarinya yang lain?" Ji ah berjalan mendekat pada punggung dingin didepannya
"Aku ingin menjemput anak ku" pria itu berbalik menatap sendu kearah Ji ah
"Mereka juga anak ku, aku ibunya" pria itu mengalihakan pandangannya kearah lain sembari menghembuskan nafas kasar, berbeda dengan Ji ah yang masih saja setia menatap wajahnya
"Dengar Ji ah aku sama sekali tidak ingin lisa dan Rosé berakhir seperti Jisoo hanya karena anak itu" kedua tangan Ji ah terkepal dengan mata yang menyendu menatap tepat mata mantan suaminya yang berkeliaran kesegalan penjuru, agar tidak menatap matanya yang menyedihkan.
"Jennie tidak mungkin menyakiti adiknya sendiri"
"Nyatanya Jisoo adalah bukti Ji ah" pria itu menoleh kearahnya sebelum kembali membuang wajah
"Mereka sedang bermain dan itu kecelakaan" Ji ah menunduk menatap kedua kakinya setalah berguman membalas kalimat mantan suaminya
"Dia penyebab kecelakaan itu ada" kalimat blak-blakan itu membuat darah Ji ah naik hingga tanpa sadar dia berteriak keras membalas kalimat lancang dari mulut sampah pria didepannya
"Berhenti menyalahkannya Eun soek!"
"Anak itu mendorong kakaknya sendiri" pria itu membalas tidak mau kalah
"Behenti meyalahkannya! Kau tidak tahu apapun perihal jennie" kepalanya mendongak menatap menatap tajam kearah Eun soek dengan genangan air mata yang coba ia tahan, kedua tangannya juga terkepal menahan amarah agar tidak meneriaki tamu yang tak diundang itu.
"aku akan tetap membawa anak-anakku pulang malam ini" pria itu berjalan melewati Ji ah, menuju tangga untuk keatas menemui putrinya
"mereka juga anakku!!! kau tidak berhak membawanya pergi dariku" Ji ah berbalik mencengkram tangan Eun soek
"aku ayahnya dan aku lebih berhak atas mereka Ji ah. sesuai dengan surat yang sudah kau tanda tangani" pria itu menjelaskan kenyataannya tanpa berbalik menatap wanita yang kini kedua pipinya basah oleh air mata
"bukan berarti aku membuang mereka Eun soek" kepala itu tertunduk dengan isak tangis yang memilukan
"lalu apa? Jennie bahkan bukan anakmu Ji ah tapi kau malah lebih memilih dia dari pada anak kandungmu?" pria itu seakan menuntut jawaban dari wanita yang kini tengah gelisah dengan pikirannya sendiri bibirnya kelu untuk menjawab pertanyaan yang harus dia jawab
"mereka semua anakku Eun soek, kami memiliki hubungan darah yang tidak mampu untuk kau pisahkan"
.
.
.
"Chu..." gadis kecil itu meraih tangan orang yang ada didepannya untuk ia genggam erat namun begitu jemari telunjuknya menyentuh punggung tangannya orang didepannya langsung menepis tanggannya secara kasar.
"maaf" gadis tadi menunduk menatap mata rusa gadis lain yang terduduk diatas kasur dengan pandangan kosongnya menatap kearah jendela kamar
"pergilah" dengan suara yang lirih gadis dengan rambut hitam legam itu membaringkan tubuhnnya kekasur mengabaikan kehadiran manusia lain dikamar itu

KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing in the Snow
Ficción GeneralJi ah harus menerima kenyataan pahit ketika salah satu anaknya yang saat itu berusia 10 tahun menderita spektrum autis