“Tadi pagi ada yang bilang lo jalan sama Rainer.”
Telinga Kiara langsung terasa panas mendengarnya. Tangannya mengepal. “Siapa?”
“Udah gue bikin bungkem.” Jawab Icha cepat-cepat. Ia sendiri tidak tahan kalau Kiara mulai marah. Karena meskipun jarang sekali marah (lebih sering ngambek), Kiara adalah orang terakhir yang ia ingin jadikan musuh siapapun. Alasannya, kasihan yang jadi musuhnya.
Bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Tapi Kiara tidak ingin beranjak dari kursinya. Keanehan itu tentu saja membuat Icha bingung. Sebelum ia bertanya. Sebuah gumaman keluar dari bibir Kiara.
“Cih! Baru masuk aja udah belagu...” Ucapnya pelan, ditujukkan pada dirinya sendiri.
Icha menengok keluar jendela. Ke arah yang sedari tadi diperhatikan Kiara. Tadi ia mengira Kiara bengong. Tapi kini ia tau siapa yang diperhatikan gadis itu. Rainer Agung Adinata. Cowok itu dengan asiknya main basket. Melompat, dribble, pass, berlari, dribble lagi, lay up dan wow, masuk, under ring.
Icha memperhatikan Kiara dari ujung matanya. Kiara tersenyum, bangga? Banggakah arti dari senyuman Kiara itu?
“Ehm.” Icha berdeham keras. Membuat beberapa anak dikelas itu langsung melirik padanya. Tak terkecuali Kiara.
“Iya? Sorry tadi lo ngomong apa?”
“Gue mau ke kantin. Hari ini Rio gak masuk jadi lo harus temenin gue meskipun gue tau lo lebih milih nontonin anak pada main basket. Hobi baru lo tuh kayakya.” Sindirnya dengan cepat. Kalimat-kalimatnya berjalan seperti kereta api.
“Haaa? Kagaklah. Hobi apaan tuh. Ayo deh kantin. Gue nungguin lo ngajak tadi.” Kilah Kiara yang langsung berdiri dan berjalan duluan.
***
Pulang sekolah Kiara pulang dengan Rainer. Tidak seperti tadi pagi, siang ini ia mencoba berbicara.
“Sejak kapan lo suka basket?” Tanyanya.
“Hah? Aku emang suka kali dari dulu.” Jawab Rainer sambil tersenyum. “Kamu gainget waktu itu aku gak sengaja ngelempar bola basket ke kepala kamu?” Tanya Rainer setengah menggoda. “Terus kamu nangis, terus minta di gen—“
“Inget!” Potong Kiara dengan kesal. Disampingnya Rainer tertawa.
Untuk menghilangkan suara tawa yang menyebalkan itu Kiara menyalakan radio di mobil. Sebuah lagu segera berkumandang di udara. Salah satu lagu kesukaan mereka dulu. Sahabat Kecil – Ipang.
♪Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu♫
“Rasanya semua, begitu sempurna. Sayang untuk mengakhirinya.” Rainer ikut bersenandung, meliriknya sambil tersenyum.
Mau tak mau Kiara juga ikut bernanyi. Lagu itu memang selalu membuatnya tersenyum, meskipun liriknya seakan menyindirnya dengan halus.
♪Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi♫
♪Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya♫
♪Janganlah berganti
janganlah berganti
KAMU SEDANG MEMBACA
To Breathe Without You
Novela JuvenilEmpat tahun bukan waktu yang singkat. Bukan juga cepat. Kiara berubah 180 derajat ketika dunianya yang sempurna runtuh. Dan hanya butuh waktu sedikit baginya untuk melangkah ke jalan yang salah. Ketika sahabat masa lalunya datang, Kiara bimbang kema...