[6] hari pernikahan

551 55 0
                                    



Happy reading


Jaemin terus menatap sosok sang Ayah dari pantulan cermin meja rias. Dia menatap kagum pada sang Ayah yang hari ini terlihat begitu tampan dan gagah dengan setelan jas mahal berwarna hitam. Di saku kanan jas tertancap korsase bunga berwarna putih. Ada banyak hal yang Jaemin rasakan saat ini, sampai susah dia deskripsikan. Jaemin hanya berharap, ini akan menjadi awal yang lebih baik untuk kedepannya.

Tentang kebahagiaan. Jaemin hanya ingin melihat sang Ayah bahagia setelah ini. Dia akan berusaha menyingkirkan dan melawan hal apapun yang sekiranya menghalangi atau mengganggu kebahagiaan Ayahnya. Sungguh, ini saatnya Jaemin membalas pengorbanan sang Ayah selama ini untuk dirinya. Doyoung yang selalu mengusahakan hanya kebahagiaan yang akan di dapatkan oleh Jaemin sang putra. kini giliran dia yang akan berusaha, hanya akan menghadirkan kebahagiaan untuk Ayahnya.

Doyoung yang sudah selesai di rias berdiri dari duduknya, lalu berbalik badan dan tersenyum kepada Jaemin yang sedari tadi setia menemaninya. Doyoung menghampiri Jaemin dengan senyuman.

"Ayah sangat serakah hari ini" tiba-tiba ucap Jaemin dengan serius, saat Doyoung sudah di hadapannya. Membuat senyuman Doyoung hilang saat mendengar penuturan Jaemin karena bingung.

"Serakah?"

"Kenapa Ayah menghabiskan ketampanan dari ku, dan terlihat sangat gagah hari ini" mendengar jawaban Jaemin, Doyoung langsung tertawa, tidak habis pikir dengan jawaban sang anak.

"Apakah Ayah terlihat tampan dan gagah saat ini?" tanya Doyoung sambil memberi pose menyilangkan ke-dua tangan di dadanya. Dan di jawab anggukan oleh Jaemin.

Tangan kanan Doyoung memegang pundak kanan Jaemin "Kalau begitu Ayah minta maaf, karena telah mengalahkan kamu hari ini" jawab godanya, membuat mereka tertawa bersama.

Entah sudah berapa kali dia merapalkan kata 'cantik' dalam hatinya, tapi sungguh wanita di hadapannya sekarang sangat terlihat cantik. Dengan balutan gaun mewah berwarna putih serta polesan make up yang sangat cocok dengannya, menambahkan kesan indah dari wanita itu. Jeno sangat kagum melihat Bundanya hari ini. Meski sudah hampir memasuki usia kepala empat, Aya masih terlihat cantik dan awet muda. Karena Aya memang wanita yang sangat pandai merawat diri.

Jeno tiba-tiba tersenyum saat menatap Bundanya yang sedang bersiap diri. Jeno yang sedari tadi memperhatikan Bundanya dari ambang pintu masuk, kemudian melangkahkan kakinya, menghampiri sang Bunda. Aya yang menyadari keberadaan Jeno yang mendekatinya, langsung memberi senyuman manis.

"Sayang, kamu tampan banget nak" puji Aya yang melihat sang anak sudah sangat rapi dengan setelan jas nya sambil mengelus lembut pipi Jeno.

"Bunda juga cantik banget hari ini" balas puji Jeno.

"Benarkah? Apa Bunda terlihat cocok dengan gaun ini?" tanya Aya antusias sambil memegang-megang gaun yang dia pakai. Jeno tersenyum lalu mengangguk meng-iyakan.

Aya tersenyum senang "Syukurlah kalau gaunnya cocok dengan Bunda."

"Bun?" panggil Jeno, membuat Aya fokus menatap ke arahnya.

"Bunda harus janji, kalau Bunda hanya akan bahagia setelah ini" pinta Jeno.

Entah mengapa hati Aya tiba-tiba berdesir mendengar penuturan sang anak. Aya lebih mendekatkan diri kepada Jeno, lalu mengelus-elus rambut anaknya, lebih merapihkannya "Kamu juga harus janji ke Bunda, kalau kamu akan bahagia setelah ini. Tentang apapun itu lakukan yang membuat kamu bahagia. Jangan jadikan Bunda penghalang kebahagiaan kamu. Kamu harus selalu jujur ke Bunda jika memang ada sesuatu hal yang Bunda lakukan, itu membuat kamu ga seneng. Kamu akan selalu jadi prioritas Bunda. Kamu akan selalu jadi nomor satu di hati Bunda. Jangan takut" Aya tersenyum tulus, matanya sedikit berkaca, namun Aya berusaha menahannya agar tidak menangis. Dengan tiba-tiba Jeno memeluk Aya sangat erat. Aya bergegas membalas pelukan anaknya lalu mengelus-elus belakang kepala Jeno.

Panggilan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang