Dengan ditemani dua orang omega Ara memilih gaun gaun yang sudah tersusun rapi di lemari kamar Ray. Ia sempat berfikir apa Ray juga memakai gaun ? hingga lemari besarnya ini dipenuhi oleh gaun.
Ara memilih satu gaun berwarna pink diatas lutut dengan aksen bunga mengelilingi lengan dan bagian dadanya, sangat cocok dipakai oleh Ara.
"Aku pilih yang ini saja"
"Baiklah Luna airnya juga sudah siap"
Ara mengangguk kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Selesai mandi dan berpakaian Ara sedikit merias dirinya dengan dibantu dua omega tadi.
"Sudah selesai Luna"
Ara bangkit berdiri lalu memutar tubuhnya didepan cermin matanya berbinar melihat penampilannya sendiri yang sangat cantik menurutnya. Dua omega pamit pergi dan meninggalkan Ara sendiri di kamar Ray.
Ara menoleh hendak mengambil ponselnya yang tergeletak diatas tempat tidur. Namun pandangan Ara terkunci pada sebuah kotak besar yang terletak disamping ranjang. Ara mengerutkan keningnya, sepertinya ia mengenal kotak itu. Ara melenggang mendekati kotak besar itu lalu membukanya.
"Inikan topi gurita nya wolfi kenapa bisa di sini"
Ara menutup kembali kotak itu lalu berjalan cepat menuju pintu. Ara membuka pintu kamar dengan kasar sampai-sampai warrior yang berjaga terlonjak kaget. Detik berikutnya warrior itu menunduk hormat.
"Ada apa Luna, ada yang perlu saya bantu"
"Dimana Ray"
"Alpha sedang diruang kerjanya Luna"
"Antar aku kesana"
"Baik Luna"
Warrior itu mengantar Ara ke ruang kerja Ray. Warrior yang berjaga sontak menundukkan kepala saat Ara melewati mereka.
Ara hanya memberikan wajah datarnya sekarang ia ingin meminta penjelasan dari Ray. Bagaimana bisa topi buatannya bisa ada di kamarnya apa dia menguntit dirinya dan diam diam mengambil topi itu dari wolfi ? Atau mengambil topi itu dari wolfi dengan paksa ?
Warrior membukakan pintu ruang kerja Ray setelah memperoleh persetujuan dari sang empunya.
"Silahkan Luna"
"Terimakasih"
Ara masuk kedalam dengan pandangan yang terus menyorot pada Ray. Ray menatap Ara dengan senyum hangatnya.
Ardolph bangkit berdiri lalu menunduk hormat. "Selamat datang Luna"
Ara mengangguk kecil tanpa menoleh kearah Ardolph. Ara berhenti tepat di depan meja kerja Ray.
Ray mengerutkan keningnya, tumben sekali wajah pasangannya itu datar biasanya hanya wajah ceria yang cewek itu tampilkan. Ray bangkit berdiri kemudian beranjak dan berdiri didepan Ara.
"Ada apa honey"
"Dari mana kau mendapat topi gurita itu" Tanyanya to the point.
Ray meneguk salivanya susah payah, ternyata Ara sudah mengetahuinya. Ray mencoba menyentuh pundak Ara namun langsung ditepis oleh empunya.
"Jawab ! Dari mana kau mendapatkan topi itu, Ray !"
Ardolph menulikan pendengaran nya dan pura-pura tidak mengetahui kalau sepasang Alpha dan Luna itu sedang bertengkar.
Ray menghela nafas matanya menatap Ara teduh. "Topi itu milikku Ara, sudah kukatakan kan kalau wolf yang sering kau temui itu wolf miliki jadi topi itu juga milikku, apa itu salah ?"
Ara menatap Ray tak percaya. "Jadi...jadi itu benar"
Ray mengangguk.
"Kalau itu benar tunjukan pada ku"
"Baiklah, kau mundurlah"
Ara melangkah mundur matanya tetap terfokus melihat Ray. Detik berikutnya suara retakan tulang terdengar nyaring, bukan hanya sekali tapi berkali-kali. Ara menutup mulutnya melihat Ray yang sudah sepenuhnya berubah menjadi serigala.
Jack menatap Ara dengan mata sayunya ia mengaum kecil seolah memanggil Ara untuk mendekat. Melihat Ara tidak merespon Jack menunduk sedih.
Ardolph melihat Alpha nya menunduk sedih mengalihkan pandang pada Ara yang masih terlihat shock dan terpaku ditempatnya.
"Luna..."
Tiba-tiba Ara melonjak senang kemudian berlari dan berhamburan ke pelukan Jack. Jack mengangkat kepalanya ia senang ternyata Ara tidak takut dengannya.
"Ternyata pengelihatan ku waktu itu tidak salah Ray" Ara melepas pelukannya kemudian menatap Ray dalam wujud Jack.
Jack menatap Ara seolah bertanya pengelihatan apa ?
Ara mengerti arti tatapan Jack ia tersenyum lalu mengusap moncong Jack. "Waktu pertama kali kita bertemu aku sempat mengintip dari jendela kamarku dan tidak sengaja melihatmu berubah menjadi Ray"
"Pada awalnya aku tidak percaya kalau itu kau tapi sekarang aku melihatnya lagi dan sekarang aku mempercayaimu sebagai bagian dari bangsa werewolf" sambungnya.
Dengan cepat Ray mengambil alih kemudian memeluk Ara dengan erat, menghirup aroma lavender kesukaannya.
Ara membalas pelukan Ray tak kalah erat. Pelukan Ray memang yang paling nyaman dirinya selalu merasa aman saat dipeluk dan saat didekat Ray.
"Apa kau tetap menerima ku mate"
"Aku akan menerima mu apa adanya Ray"
Ray kembali larut pada ceruk leher Ara matanya tertutup menikmati aroma lavender yang membuatnya nyaman.
Kedua detak jantung dari dua insan itu serasa berdetak seirama masing-masing dari mereka merasakan desiran darah yang mengalir seirama. Kehangatan menyelimuti keduanya.
Ara mengeratkan pelukannya saat Ray mengigit lehernya, menancapkan kedua taring tajam nya sebagai simbol penandaan. Sesaat Ray melepas gigitan nya gambar wajah Jack tercetak jelas di leher Ara.
💚💚💚
Ara dan Ray duduk bersebelahan di meja makan. Di tempat makan itu sudah ada Freya dan Ardolph yang menunggu.
Freya tampak tersenyum melihat leher Ara yang terdapat gambar wajah Jack, menandakan kakaknya itu sudah melakukan penandaan.
"Kakak ipar apa lehermu sakit setelah digigit oleh kakakku"
Ara tersenyum malu menyentuh lehernya. Wajahnya bersemu merah. "Tidak sakit sama sekali"
"Kakakku tidak mengigitmu secara brutal kan"
Ara semakin malu. Ray memberi tatapan tajam pada adiknya itu yang ditatap hanya cekikikan dengan wajah watadosnya.
"Diamlah dan lanjutkan makan malam mu"
"Ya ya, kakak ipar lihatlah pasangan mu yang sangat kaku itu"
Ara terkekeh.
Ardolph yang sedari tadi diam mencoba menahan tawanya ia tadi hampir tersedak ayam goreng yang ia makan.
Tinggalkan jejak setelah membaca !
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIARA
FantasyBrianna Xaviara, seorang perempuan kekanak kanakkan yang harus mendapatkan takdir menjadi mate seorang Alpha Redmoon pack