3. Salah Paham

1.4K 181 10
                                    

Suara logam yang dipukul dua belas kali di kejauhan memberi tahu Lana bahwa saat itu sudah tengah malam. Akan tetapi, dirinya masih belum juga bisa memejamkan mata dan tidur. Pikirannya terus tertuju kepada Furi dan kejadian sore tadi saat lelaki itu mengusap air mata di pipinya dengan begitu lembut. Bahkan, hangat sentuhan tangan Furi kala itu masih bisa Lana rasakan sampai detik ini, membuat dirinya senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Lana meraih jaket Furi yang ia letakkan di samping bantalnya, kemudian memeluk jaket itu sembari menghirup aroma Furi yang masih tertinggal di sana. Meski bukan aroma parfum mahal yang harum, tapi Lana menyukainya. Baunya seperti campuran aroma detergen dan keringat Furi yang berpadu menjadi aroma khas tubuh lelaki itu. Hmm, Lana menyebutnya sebagai aroma lelaki sejati yang pekerja keras. Ia pun terus memeluk jaket itu hingga lelap mendera.

Keesokan harinya, Lana berangkat ke sekolah memakai jaket Furi. Hal itu membuat pengurus rumahnya heran.

"Non, jaket yang dibelikan Bapak di Paris kemarin sudah selesai di-laundry. Ada di lemari, kok, Non."

"Iya, Lana tau, kok. Tapi, Lana mau pake ini aja." Lana tersenyum geli melihat ekspresi ngeri pembantu di rumahnya itu tatkala melihat penampilannya. "Bik Lastri sekarang tuh yang lagi ngetrend, ya, jaket model butut begini. Mahal banget, nih, limited edition."

"Ohh, ya?" Bik Lastri mendelik menatap jaket lusuh di tubuh Lana.

Lana tergelak melihat reaksi terkejut dan tak percaya di wajah ART-nya itu, tapi dia tak mau ambil pusing dan bergegas menghabiskan segelas susu serta sebutir telur rebus yang sudah disiapkan oleh ART-nya itu, kemudian berlari ke depan rumah di mana sopirnya sudah menunggu.

Pagi itu, Lana begitu semangat untuk berangkat ke sekolah meski malamnya kurang tidur. Itu karena dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Furi. Nanti sepulang sekolah, ia ingin pergi ke pos PKJR di Jurang Akhir supaya bisa bertemu dengan sosok yang sudah menghantui mimpinya semalam tadi. Dan untuk alasan menemui Furi akan ia pikirkan nanti, yang penting baginya saat itu adalah bergegas pergi ke sekolah, supaya waktu pulang pun segera tiba dan dirinya bisa segera berjumpa dengan Furi.

Di sekolah, dua sahabat Lana, Yura dan Karen melotot heran melihat penampilannya yang tidak biasa hari itu.

"Kenapa kalian ngeliatinnya kayak gitu, sih?" Ia tertawa melihat ekspresi ngeri dua sahabatnya itu saat mereka melihat jaket yang ia gunakan. Ya, Lana maklum dengan reaksi mereka karena memang selama diri dirinya terkenal stylish dan selalu mengikuti perkembangan mode terbaru, tapi sekarang malah memakai jaket kaus yang sudah lusuh.

"Kamu pake apaan itu?" Karen menunjuk jaketnya seolah itu adalah barang yang menjijikkan, sementara ekspresi Yura pun tak jauh berbeda.

"Ini fashion terbaru, tau!" Lana mengusap jaket yang kebesaran di tubuhnya itu, merapikan lipatan di lengannya sambil senyum-senyum sendiri membayangkan si empunya jaket. Tiba-tiba saja sebuah ide gila terlintas di pikirannya. Dia tidak akan mengembalikan jaket Furi, tapi akan menukarnya dengan jaket lain. Untuk itu dirinya perlu membeli jaket secepatnya sebagai ganti jaket Furi. Beruntung dirinya masih menyimpan kontak salah satu pegawai Zara yang bersedia mengantar pesanannya ketika dia berbelanja.

"Ke kelas, yuk." Lana mengajak dua sahabatnya masuk kelas meski bel masuk belum berbunyi. Dirinya hanya ingin duduk tenang sambil memilihkan jaket untuk Furi.

Sampai di kelas, Lana tidak ikut nimbrung obrolan dua sahabatnya karena sibuk melihat-lihat koleksi jaket yang ada di website Zara. Sebelumnya, dia sudah mengirim pesan pada kenalannya yang bekerja di Zara dan dia bersedia membantu untuk mengantar pesanannya ke sekolah nanti. Sebuah jaket Bomber yang dilengkapi dengan Hoodie berwarna abu tua menjadi pilihan Lana. Ia membayangkan Furi yang memiliki kulit sedikit gelap akan sangat cocok dengan warna dan model pilihannya itu.

Cinta Manusia Biasa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang