12

20 3 0
                                    

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun telah berlalu. Tanpa terasa kini Mario telah memasuki detik² terakhir melepaskan gelar 'mahasiswa' yg telah melekat dengannya selama 4 tahun kebelakang ini.

"Anak daddy bentar lagi ganti tittle, jadi udah siap dong gantiin daddy di And Art." Ucap Jona.
"Sayang, kamu mah kebiasaan. Nanya dulu anaknya mau atau engga, lagian mimpin perusahaan bukan passionnya Rio deh." Timpa Blare.

Jona terdiam. Blare benar, passion Mario bukan terletak pada kepemimpinan di sebuah perusahaan. Namun, bukan berarti Mario menolak untuk meneruskan perusahaan sang ayah.

"Gpp kali Blare, siapa tau dengan gw yg jadi CEO, tuh perusahaan bisa lebih maju lagi. Dan nyokap gw, maksud gw mantan nyokap gw ngga bisa seenaknya dateng² ke And Art cuma buat manipulasi perasaan bokap gw dengan bawa² adek gw." Ucap Mario.

Jona hanya terdiam mendengarkan ucapan sang anak.

"Bangke. Bisa²nya anak gw ngomong gitu di depan calon nyokapnya."

Blare menatap tajam ke arah Jona. Lelaki yg di tatapnya hanya nyengir tanpa dosa.

"Sarapan dulu, nanti kita berangkat bareng." Ucap Blare.

Mrekapun melanjutkan aktifitas wajib di pagi hari.

───────────

"Kuliah yg fokus jngan mikir aneh² lagi." Ucap Jona. Blare hanya mengangguk mengiyakan.

Jona mengecup lembut kening sang kekasih yg pastinya disaksikan oleh sang anak yg berada di bangku penumpang.

"Pamer kemesraan teros" Omel Mario.
Jona dan Blare hanya tertawa mendengan omelannya.

"Babe, should i?" Tanya Jona.
"Are you sure?" Tanya Blare balik.

"Kalo ngga yakin mending jangan. Kasian ntar lo kepikiran yg udah²"

Satu kalimat dari Mario yg sukses membuyarkan suasana romantis kedua orang tuanya.

Satu kalimat dari Mario yg sukses membuyarkan suasana romantis kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───────────

"Widih cowo baru nih." Goda seseorang sembari melirik ke arah layar ponsel Blare.
"Lo mau? Ambil gih." Ucap Blare.
"Lo mah kebiasaan. Ada yg muda + cakep ngga mau." Timpa yg lain.

Blare hanya menghela nafas melihat tingkah laku kedua sahabatnya. Gina dan Damy.

"Ke cafe yok." Ajak Damy. Sepasang mata menatap tajam ke arahnya.
"Yaudh ayok. Lagian gw juga males ikut matkul hari ini. Tapi tunggu, gw bilang si Mario dulu." Ucap Blare.
"Lah apa hbungannya dah?" Tanya Damy.

𝒟𝒶𝒹𝒹𝓎...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang