"Mar, gw boleh nanya ngga?" Tanya Blare yg kini duduk di samping Mario.
"Kamar sebelah kamar gw, eh bukan sebelah kamar lo, itu kamar siapa? Kenapa gw ngga boleh tidur situ? Kamarnya si Haikal?" Lanjutnya.Mario hanya bisa menatap kedua mata Blare sambil menyiapkan jawaban dari pertanyaannya.
"Lo mau tau banget?" Tanya Mario.
"Hooh kalo boleh. Kalo ngga boleh yaudh ngga jadi." Ucap Blare.
"Janji jngan rubah apapun yg lo rasain ke bokap ya.." Pinta Mario.Mrekapun berjalan menuju kamar yg di maksud Mario. Sebuah ruangan dengan pintu yg penuh dengan tempelan gambaran khas anak kecil dan foto tiga anak kecil yg menggemaskan.
"Siap?" Blare hanya mengangguk.
"Jadi, dia?"
.
.
.
꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷
Blare dan Mario memasuki kamar tersebut. Blare mengedarkan pandangannya ke seluruh isi ruangan tersebut.
"Jadi ini kamar gw yg dulu?" Tanya Blare dalam hati.
"Can i tell you something?" Tanya Mario.
Blare yg sedari tadi sibuk dengan aktifitas menjelajahinya reflex menoleh ke arah sumber suara."Dari awal, feeling gw udah bilang kalo lo itu Asya. Ade kesayangan gw. Princess gw. Cuma gw masih ragu. Karna waktu itu kita pisah juga masih pada kecil semua." Ucap Mario.
Blare terdiam, terduduk lemas di ujung ranjang, tatap matanya kosong seakan seluruh isi fikirannya sedang berlibur ke antartika.
"Feeling lo ngga salah Mar, gw Asya. Lo Io kan? Bilang ke gw kalo lo bneran Io!" Tanyanya yg dibalas anggukan oleh Mario.
Mereka berduapun berpelukan dengan erat menyalurkan kerinduan yg telah menumpuk selama belasan tahun lamanya.
"Lo kenapa pergi? Gara² lo pergi, Ikal juga pergi ninggalin gw." Ucapnya lesu.
Blare melepaskan pelukan hangatnya.
"Gw ngga ada niatan buat ninggalin lo. Waktu itu gw ngalamin kecelakaan dan ngga lama pas dirawat pasca gw koma waktu itu, gw dibawa sm keluarga orng kepercayaan bokap gw ke Ausie buat penanganan lebih lanjut." Jelas Blare.
Mario masih terdiam mencoba menjadi telinga yg baik untuk princess yg sangat ia rindukan tersebut.
"Separah itu lo kecelakaannya?" Tanya Mario.
Blare menggeleng sedetik kemudian ia tertunduk terdiam mengulum bibir bawahnya.
"Ngga parah sih sbnernya cuma, kata uncle Tian beberapa hari setelah gw sadar nyokap lo dateng—" Blare mencoba menetralkan nafasnya. Jujur, ia sesakit itu mengingat kejadian pahit tersebut. "— trus nyekik gw sambil bilang keluarga gw keluarga pembawa sial." Ucapnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝒟𝒶𝒹𝒹𝓎...
FanfictionKita hanya sepasang manusia yg saling mencintai namun dalam kondisi yg salah. ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝ ꒷ ͝ ꒦ ͝͝͝