Ketika Panitia gabut

212 13 29
                                    

Suatu ketika di CR, pendekorasian rumah sakit sudah selesai semua, patung emas murni yang kemarin dipajang di atas gedung rumah sakit atas keinginan sang dokter bedah, katanya agar semakin terlihat bersinarnya Emu ketika sinar matahari menyinari patung emas tersebut. Dia gatau aja sinar matahari yang memantul dari patung itu malam membuat rumah sakit penuh dengan pasien kecelakaan.

Yang tahu hanyalah Poppy dan Nico, sisanya pura-pura bego saja.

Di hari ini mereka sedang beristirahat karena tanggal 20 desember nanti mereka sudah harus siap bermain di berbagai skenario buatan author BTS ini sekaligus penutupan bahwa buku ini juga akan berubah status menjadi tamat.

Poppy selaku ketua panitia sedang sibuk membaca novel BL, katanya sih biar bisa dapet ide untuk improvisasi seperti apa di depan kamera saat syuting.

"Baca apa nich?" celetuk Kiriya yang penasaran dengan novel itu.

"Syafaat Resmi dari Surga," balas Poppy ketus.

"Hmmm," Kiriya memikirkan sebuah lelucon sambil wajahnya terlihat sangat jelek, "bunga, bunga apa yang punya kota tapi engasan?"

"Huā Chéng." Poppy menjawabnya tanpa basa-basi.

Habis itu datanglah Taiga, dia berdiri di samping kiri Poppy. "bunga, bunga apa yang diem tapi kasar?"

Poppy menutup novel yang sedang dibacanya, lalu dia membanting novel tebal itu ke meja. "Huānjìng!"

Kiriya loncat ke belakang. "Buk panitia kasar amat."

"Kalian berdua ini! Gabisa apa bikin lelucon yang waras? Lelucon kalian lebih sampah dari dukun New York di fandom sebelah."

Kiriya menutup mulut Poppy dengan tangannya. "Jangan crossover lagi."

Poppy melepas paksa bekapan Kiriya. "JANGAN CROSSOVER KATAMU?! LIHAT TUH MEREKA BERDUA! LAGI NERIAKAN NAMA SATU SAMA LAIN MACAM NI CR SEKTE G* S* AJA!" Poppy melempar novel yang dibacanya tadi ke Hiiro yang sedang memakai ikat kepala putih.

Hiiro tetap melanjutkan dialognya bersama Emu seperti tak terjadi apa-apa. "Emu, kembalilah ke Rumah Sakit Seito bersamaku."

"Tidak bisa, aku harus menjaga Klan Dan di tempat ini."

Seketika CR hening, tidak ada yang mengeluarkan suara lagi sehabis dialog itu namun dengan OOCnya Hiiro meneriakkan sebuah nama yang seharusnya tidak dia sebutkan.

"W*I Y*NGGGGG!"

Cess, Nico selaku panitia kedamaian acara, menyuntikkan obat bius pada Hiiro, dokter bedah sekarang sudah pingsan di tempat dan dibiarkan berbaring pasrah di lantai.

"Tolong, free day masih lama."

Emu otomatis khawatir melihat Hiiro disuntik mati oleh Nico. "Err ... tapi tidak usah sampai disuntik juga...."

"Seorang dukun dari Jerman pernah berkata, 'sebelum dia mati masih halal untuk dibedah'."

Pallad nyeletuk sambil memasang ekspresi prihatin. "Panitia acara ini ga ada yang waras ya...?"

Graphite mengkoreksi satu kata dari kalimat Nico. "Yang bener itu dokter jerman."

Kuroto yang tumben normal menepuk jidatnya cukup keras. "Pusing aku punya temen kaya kalian."

Kaya mereka ga pusing aja punya dewa kaya kamu, Kuroto.

.

.

.

Note for konteks garing jokes:

bahasa mandarin, untuk yang paham saja

Huā Chéng = kota bunga (nama salah satu karakter di novel itu)

Huā = bunga

ānjìng = diem

dan dialog Hiiro-Emu itu aku harap kalian familiar.

.

.

.

tanggal 20 aku fokus bikin cerita dari promptnya jadi kemungkinan buku ini ga akan update kecuali kalian mau bikin BTS tentang mereka, monggo silakan, bisa DM aja kalau mau nyumbang BTS acara ini daripada kalian kecekok crossover terus dari aku xixixixi

Road to HiiroMu Week INA in DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang