Lima bulan telah berlalu. Heeseung dan adik-adiknya hidup dengan baik di desa yang indah itu. Tentu saja indah karena Riki telah memperbaiki semuanya. Heeseung dan kelima abangnya Riki telah melupakan semua keanehan dalam desa dan ingatan mereka kembali pada awal-awal mereka berada di desa itu. Yang mana penduduknya ramah ramah dan desa juga indah dan asri.
Riki kembali ke wujud bayi dan tidak pernah lagi kembali ke wujud remajanya karena dia rasa itu tidak diperlukan saat ini karena semua masalah sudah selesai. San juga sudah menerima ganjarannya yaitu kehilangan perusahaannya dan menjadi warga biasa di suatu negara yang tidak diberitahu di mana. Intinya son akan buat merubah sikapnya di sana.
Dan juga tentang perusahaan, Heeseung perlahan tapi pasti di bantu paman seokjin mulai mendapatkan kembali perusahaannya setelah San melepaskan perusahaan itu secara tiba-tiba. Tentunya Heeseung dibantu oleh paman yang sudah dianggap ayahnya sendiri dan dia berjanji akan membalas kebaikan pamannya itu.
Oh iya mengenai si baby, Ya sudah mulai dapat berbicara dengan cukup lancar meskipun masih terkesan cadel, tapi itu sudah sebuah kemajuan besar bukan?
Dan minggu depan mereka akan kembali ke kota dan menempati rumah mereka yang sebelumnya sempat kosong karena sempat disita tapi kemudian sudah dikembalikan.
Bibi juga bersama mereka omong-omong.
Bibi datang dari dapur dan memberikan Sippy Cup berisi air putih untuk Ni-Ki. Ni-Ki menerimanya dengan senang. Hanya air putih sebenarnya. Tapi Heeseung selalu memberikan nasihat padanya, harus banyak minum air putih biar sehat.
Sunghoon yang berada di samping Ni-Ki mengusak gemas surai kecoklatan milik bayi itu, "Baby gemas sekali sih, adik siapa coba??"
Ni-Ki melepaskan Sippy Cup nya untuk menjawab pertanyaan Sunghoon, "Adek na Mas Iceung, Abang Jayie, Abang Jakey, Kak Cunoo, dan Abang Uwon."
Sunghoon mengernyitkan keningnya tidak suka. Kenapa namanya tidak disebutkan sebagai list abangnya si adek?
"Loh Abang Hoonie? Gak dianggap?"
Ni-Ki menggeleng cepat dan berlari ke arah Jake sambil memegang Sippy Cup nya di tangan kiri. Lantas memeluk kaki jenjang abangnya yang memiliki wajah blasteran itu.
"Loh dedek? Kenapa?"
Ni-Ki terkikik geli melihat wajah masam Sunghoon, "Itu! Hoonie na jeyekkk!"
Jake tertawa keras. Akhirnya dia yang mewakilinya untuk mengusili Sunghoon, "HAHAHAHAH! LO DENGER GAK HOON?! HAHAHAHA!"
"Jahat yaaa.."
Sunghoon berdiri dan berlari menghampiri si bungsu dan kembarannya. Segera di dekapnya badan si bungsu dan menggelitiknya."Hahahahahah Cunghoon ampunnnn hahahahahah.."
"Baby bilang apa tadi? Hoonie bukan abangnya baby? Coba ulangi hmm.."
"Iya hahahah iya Hoonie abangnya Ni-Ki yang paling tampan!"
Sunghoon tersenyum puas lantas menggendong tubuh adik bungsu nya, "Gemes banget sih. Gigit nih?"
"Jangan! Cakit!"
Pekiknya. Pasalnya kemarin Sunghoon menggigit pipinya hingga merah, membuat si baby menangis keras dan lama waktu yang dibutuhkan untuk menenangkan."Hahahah bercanda."
Sunghoon menduselkan hidung mancungnya ke pipi si bungsu membuat Ni-Ki bergerak lasak dalam gendongannya karena rasa geli."Hahahaha ampun!!"
Sunghoon yang lainnya sudah terlanjur sayang dengan Ni-Ki. Mengingat bayi itulah ah yang menemani masa-masa sulit mereka hingga mereka mulai dapat kembali membangun perekonomian menjadi baik seperti sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/280737855-288-k583283.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brothers With Baby (✓)
Fanfiction"Bayi itu adik kami. Kesayangan kami. Tak peduli dia asalnya dari mana, anak siapa, atau dititipkan karena alaasan apa. Yang jelas kami akan selalu melindungi dan menyayangi dia dengan sepenuh hati kami." - The Brothers.