What?

3.8K 508 23
                                    

Terhitung seminggu setelah Heeseung memutuskan membawa adik-adiknya serta Bibi Kim bersembunyi ke suatu tempat, dimana kemungkinan sangat kecil untuk Choi San menemukan mereka.

Semua aktivitas utama terpaksa dihentikan. Anak sekolah berhenti sekolah dan sementara belajar sendiri dengan fasilitas yang sudah disediakan Heeseung sebelumnya. Bedanya kali ini tanpa Guru langsung yang mengajari, melainkan lewat perangkat atau secara online. Dan pekerjaan Heeseung dilakukan lewat jarak jauh dan secara diam-diam. Paman Kim lah yang mengatur perusahaan mengikuti komando Heeseung dari jarak jauh. Ini semua Heeseung lakukan agar Choi San tidak bisa menyentuh keluarga nya.







Start 🏠








Jay keluar dari sebuah rumah minimalis dengan tangan yang menggaruk-garuk perutnya. Menguap sedikit pasalnya masih merasa mengantuk tapi dikagetkan adik bungsunya yang menyiratkan air putih ke wajahnya. Mau tidur lagi juga tidak bisa, terlanjur bangun dan segar.

Jay menatap pemandangan di luar rumah yang membuatnya mengernyitkan dahinya heran. Dia belum terbiasa berada di situasi ini.

Melihat orang-orang berlalu lalang sambil membawa alat kebersihan membuat nya heran. Dia tidak terbiasa melakukan hal seperti itu. Kebersihan rumah dan pekarangan nya diatur oleh beberapa pelayan yang sengaja disewa khusus oleh Heeseung.

Masih sambil memperhatikan orang-orang di depan rumahnya bergotong-royong dengan fokus, tanpa menyadari ada seseorang yang perlahan berjalan mendekati nya yang diam saja di depan pintu depan.

"Hei nak, kenapa diam saja? Ayo ambil sapu lidi dari rumahmu dan bantu kami."

Merasakan tepukan di bahunya membuat Jay tersadar dari lamunannya. Menatap bingung pada pria paruh baya yang menatapnya heran.

"Saya?"
Tanya Jay memastikan.

"Iya. Memangnya kamu belum pernah ikut bergotongroyong disini?"

Jay menggaruk tengkuknya canggung dan menggeleng pelan.

"Pak Hoseok! Mereka itu tetangga baru kita. Baru seminggu disini. Mungkin belum mengerti tentang kebiasaan kita bergotong-royong membersihkan jalanan desa setiap seminggu sekali."

Pria paruh baya bernama Pak Hoseok itu melihat kebelakang dan menemukan seorang pemuda seumuran Jay berdiri dengan senyum tampan dan ramah menghiasi wajahnya.

Pak Hoseok mengangguk dan tersenyum ramah pada Jay, "Oh. Pantes saya baru liat kamu. Yaudah gapapa buat kali ini ga ikut. Minggu depan harus ikut ya anak muda?"

Jay yang tidak mengerti hanya mengangguk patuh dan membungkukkan badannya sejenak.

Pak Hoseok tersenyum dan kemudian berbalik dan berjalan menuju kerumunan warga yang masih lanjut bergotong-royong.

Jay menatap pemuda yang tadi berbicara pada Pak Hoseok, mulai berjalan ke arahnya.

"Kamu baru pindah ya? Saya pernah liat kamu pas kamu sempat kesasar lupa jalan pulang dari warung depan sana ke sini."

Jay menggaruk tengkuknya malu. Sangat malu jika mengingat kejadian hari pertama dia baru pindah ke Desa ini. Dia yang saat itu ingin mencari sesuatu untuk menjadi cemilan, malah hampir kesasar karena lupa jalan pulang. Untungnya dia sempat menabur biji jagung yang dibuat Bibi Kim selama di perjalanan ke warung. Sehingga dia bisa sampai rumah walaupun sempat bingung harus mengikuti jalan yang mana.

"Iya saya baru pindah seminggu lalu hehe. Kamu siapa ngomong-ngomong?"

Ingin rasanya Jay berbahasa gaul karena dia sungguh tidak nyaman memakai bahasa formal seperti ini. Tapi mendengar ucapan pemuda di depannya yang terkesan baku, membuat nya mencoba menyesuaikan diri.

The Brothers With Baby (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang