Chapter 11 : Rencana

1.3K 168 20
                                    

Saat ini mereka sedang berkumpul di belakang rumah. Athalla sedang bermain bersama dewa dan satria sedangkan para sesepuh hanya menonton dipinggir sambil menggibah. Dan kemana perginya aji sama Tama? Tadi mereka sempat pamit pergi sebentar untuk membeli sesuatu. Jadi hanya mereka ber enam yang ada dirumah.

"Eh tebak-tebakan yuk" ujar herry memecah keheningan. Arkan yang mendengar pun langsung merinding ia sudah membayangkan bagaimana humor tetua ini.

"Skuy mas" jawab ardhan semangat. Karna ardhan suka sekali tebak-tebakan walaupun tidak lucu.

"Oke. Pulau, pulau apa yang paling santai" ardhan berpikir keras sedangkan arkan hanya menghela nafasnya malas.

"Nggak tau" nyerah ardhan.

"Pulau selawsi ahahaha" herry dan ardhan ketawa sangat keras membuat Arkan heran apanya yang lucu.

"Eh kalian mandi biar apa" tanya ardhan.

"Biar bersih"

"Biar wangi" Arkan menjawab dengan malas.

"Mandi ya byar byur byar byur lah ahaha" Herry dan ardhan kembali tertawa, receh sekali mereka.

"Oh iya apa bener, kalau Limbad berbuat baik berubah jadi Limgood?" Tanya herry. Dan arkan langsung menjawab tanpa basa-basi.

"Bener mas soalnya Siti Badriah ajah kalo lagi berbuat baik jadi Siti Goodriah" Herry dan ardhan dibuat melongo dengan jawaban arkan. Kenapa? Karna arkan menjawab dengan muka datarnya. Tapi setelah itu mereka tertawa lepas, bahkan ardhan tertawa sambil memukul arkan.

"Kaya gitu dong adik sekali kali ngelawak jangan ngomong pedes mulu" Herry menepuk pundak arkan seraya tersenyum bangga.

"Ck lebay banget" Arkan berdecak kesal.

"Bener kata mas herry kamu tuh sekali kali berbaur gitu lho sama kita kita jangan nolep dikamar" arkan semakin kesal dengan kedua kakaknya ini jadi dia lebih memilih abay dan memainkan handphone nya.

Dari kejauhan athalla berlari kearah pinggir lebih tepatnya kerah ayah dan dua abangnya diikuti oleh dewa dan satria. Wajah athalla penuh keringat begitupun dengan nafasnya yang tersengal-sengal karna ia tadi bermain kejar-kejaran.

"Ayah" panggil athalla dengan suara cempreng nya.

"Why boy" Herry mengangkat tubuh athalla agar duduk dipangkuan nya. Lalu herry mengambil beberapa lembar tisu untuk mengusap keringat athalla.

"Ata haus penen minum" Herry mengangguk dan mengambil botol bergambar beruang milik athalla.

"Nih dek kalian juga minum pasti capek kan" ardhan menyodorkan air mineral kepada satria dan dewa. Keduanya langsung minum dengan rakus seperti tidak minum satu taun.

"Gila capek banget" keluh dewa dengan mengipaskan kaos nya.

"Adek nih kecil kecil larinya cepet banget" tambah satria.

"Iya lah baby kan masih kecil beda sama kalian yang udah kolot" ujar arkan dengan muka datarnya.

"Kalo kita kolot terus kalian apa, menopause"  sahut dewa kesal.

"Sopan dong wa sama sesepuh" ujar satria memperingati.

"Abang cama kakak kok belantem tapi ga pukul pukulan cih. Kan pelcuma puna tangan dua tapi nda dipake" Arkan siap siap akan menasehati  tapi ia urungkan karna melihat ayah athalla lebih dulu berucap membuat arkan kembali diam dan hanya mendengarkan.

"Kerad juga si ata" gumam ardhan.

"Baby kamu kalo ngomong tuh suka. Benerrrr" arkan mendengus kesal kirain kakaknya akan menasehati ternyata malah mendukung membuat Arkan kesal dan langsung mengambil athalla agar duduk dipangkuan nya.

Athalla Bhayanaka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang