19❣️: Denial

3.1K 413 120
                                    

Liburan mereka telah selesai, Damian mengarahkan murid-murid itu untuk kembali ke hutan dan pulang ke dunia bawah.

Tentu saja kedua rival sangat bersemangat karena tidak tahan harus berduaan terus menerus seharian, sedangkan ketiga manusia diantara mereka mendesah kecewa karena masih ingin menghabiskan waktu mereka di tempat lahir mereka.

Begitu telah sampai di dunia bawah, Damian hendak menyerahkan sihir agar mereka semua lupa tempat liburan apa saja yang mereka kunjungi. Yang langsung dihadang oleh Yoshi.

"Jangan kami, kami tahu bahwa ada manusia diantara kami. Leonard saja." Ucapnya, yang pada akhirnya Damian hanya menyihir Leonard hingga pria iblis bertubuh besar itu tertidur.

Damian sengaja memberinya sihir agar masa liburan tadi iblis itu tidak mengingatnya, agar Leonard tidak menyebarkan rumor tentang mereka yang baru saja keluar dari dunia iblis menuju dunia manusia.

•••

Begitu pulang, Yoshi langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Mengingat momen romantis antara dia dan Mashiho di biang lala, tersenyum malu-malu dengan perasaan membuncah.

"Jangan tersenyum seperti itu, menjijikkan tahu!"

Ekspresi bahagia Yoshi seketika berubah menjadi datar begitu mendengar suara Jaden yang terdengar ketus.

"Kenapa? Kau cemburu karena Mashiho lebih menyukaiku?" Ejek Yoshi, Jaden seketika merengut sebal.

"Siapa yang cemburu? Lagipula dari sudut manapun, aku jauh lebih tampan. Aku yakin manusia itu memilihku." Dengan percaya diri Jaden berucap.

Yoshi hanya terkekeh, "kalau begitu mari kita lihat besok, siapa yang Mashiho sukai?"

Merasa tertantang Jaden tertawa didalam sana, ia sudah sangat yakin Mashiho memilihnya. Seperti, ayolah! Bahkan para iblis lebih memuja-muji dirinya dibanding Yoshi, semua iblis menyukai yang lebih badass. Ia cukup percaya diri bahwa Mashiho yang manusia juga pasti menyukai sisi Jaden.

"Omong-omong Jaden, apa kau sudah menyukai Mashiho?" Tanya Yoshi tiba-tiba.

Jaden mendelik lalu tertawa, "aku? Menyukai manusia itu? Tidak mungkin dan tidak akan pernah! Aku suka darahnya, tapi aku tidak suka orangnya." Ucapnya lantang.

Yoshi mengangguk, "baiklah, tidak perlu merendahkan seperti itu. Mashiho sangat baik, terlalu baik untuk kita. Aku akan bilang bahwa aku menyukainya jika diperbolehkan jujur."

Ingatan tentang ciuman tadi pun muncul kembali, memberikan senyuman manis dari pria itu.

"Caranya menatapku, berbicara kepadaku, perlakuannya kepadaku, bahkan ketika aku menciumnya dan reaksinya, semuanya sangat menggemaskan. Aku menyukainya." Yoshi berucap jujur, dan entah kenapa Jaden merasa panas dingin didalamnya.

"Aku-"

"Hentikan omong kosongmu dan ayo pergi tidur!" Umpat Jaden kesal ketika Yoshi hendak membeberkan pujian lagi.

Yoshi terkekeh, mengerjai si pemilik tubuh memang menyenangkan. Ia kemudian mematikan lampu, memberi ucapan selamat malam pada jiwa lainnya lalu memejamkan mata untuk bersiap tidur.

•••

Keesokan harinya, Mashiho memandang Leonard dengan pandangan yang tak bisa diartikan. Membuat Leonard yang sudah dipandang sedemikian menjadi jengah.

Tangannya menekan dahi Mashiho hingga kepalanya mundur.

"Hey iblis kecil, kenapa menatapku seperti itu? Ada apa?" Tanyanya pada akhirnya.

Mashiho berdecak, "apa kau ingat kemarin kita berlibur kemana?"

"Tidak ingat, aku tiba-tiba merasa mengantuk dan lupa semuanya. Memangnya kemarin kita kemana?" Kali ini Leonard bertanya balik.

Mate • Yoshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang