Cokelat

106 15 0
                                    

26 Desember 2021
iceparkie

Park Sunghoon

OC » Shin Haeryung

⌗⌗⌗

Tahun baru kali ini cukup sepi, tidak terlalu banyak yang berlalu-lalang untuk sekedar jalan-jalan atau menjajakan sesuatu. Sunghoon merapatkan baju tebalnya di tengah pasar malam yang sepi. Khusus tahun baru ini, pasar malam dibuka untuk 3 hari, jadi Sunghoon datang untuk berkunjung dan membeli apa yang menurutnya menarik nanti.

Salju tidak turun, tetapi rasa dingin masih dapat menusuk tubuh Sunghoon yang dibaluti jaket tebal. Netranya mengedar, mencari apa yang kira-kira akan ia beli untuk melengkapi kebutuhannya. Ia mendapati sebuah toko cokelat, yang terlihat sepi dan menarik.

"Permisi." Sunghoon masuk, membunyikan lonceng yang otomatis bersuara ketika pintu dibuka.

Seorang wanita yang tadinya tengah memainkan ponsel segera menegakkan pandangannya, "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Wanita itu tersenyum.

Outfit merah putih senada dengan toko, juga senyum manis yang baru saja ia ukir membuat Sunghoon ikut tersenyum.

Di dalam ruangan itu, Sunghoon membuka kupluknya, menghampiri wanita yang dibatasi oleh etalase dan menunduk untuk melihat-lihat bentuk cokelat yang tertata rapi di sana.

"Silakan dipilih, khusus malam pertama ini diskon 25%," ujar wanita itu dengan nada antusias.

Apa Sunghoon pelanggan pertamanya?

"Bungkus 2 cokelat ini, masing-masing 2 buah."

"Jadi 4, ya, Kak." Wanita yang tidak Sunghoon ketahui namanya segera mengambil beberapa cokelat yang berada di belakangnya.

Setelah mencatat harga di atas nota manual, wanita itu memberikan kantung plastik berisi cokelat pesanan Sunghoon. Mata lelaki itu langsung melihat ke arah harga, memberikan beberapa lembar uang pada sang kasir sebelum akhirnya mengucapkan terima kasih.

Sunghoon menggunakan kembali kupluknya, kakinya melangkah keluar beriringan dengan wanita dewasa yang masuk bersama anaknya. Selembar kertas nota masih ia pandangi, mencari sesuatu di sana sebelum akhirnya tersenyum kecil menemukan apa yang ia cari.

Wanita itu Shin Haeryung, dengan nomor ponsel tepat di bawah nama indahnya.

⌗⌗⌗

Haeryung panik, sungguh. Pembeli yang semalam ia layani—katanya bernama Sunghoon—mendadak melakukan panggilan suara pagi-pagi sekali. Lelaki itu tidak memberitahunya sebuah alasan, hanya bilang untuk datang ke taman bermain anak-anak yang sejak lama ditutup karena salju sudah mulai turun.

Ia cemas, apa cokelat yang dirinya berikan tidak sesuai dengan pesanan? Ada yang kurang? Atau apa? Sungguh, Haeryung tidak ingin dipecat hanya karena hal ini. Untungnya ia bekerja di malam hari, jadi pagi ini wanita itu bisa datang ke taman bermain yang menjadi tempat temu janji.

Sesampainya di tempat itu, matanya langsung menemukan satu sosok berambut kelabu yang tengah mendudukkan diri di bangku taman, membelakangi Haeryung. Sejenak wanita itu menghela napas, kemudian melangkah mendekat.

"Permisi."

Sunghoon menoleh cepat, cukup terkejut dengan Haeryung yang tiba-tiba datang. Ia kira Haeryung akan datang lebih lama dari waktu yang dijanjikan.

"Sudah datang?"

"Kakak sendiri?" Haeryung memberanikan diri duduk di sebelah Sunghoon, tersenyum kecil dan mengeratkan baju hangatnya.

Sunghoon terkekeh, "Waktu janjian kita masih 5 menit lagi."

"Gapapa."

Ada jeda waktu, hening terselip di antara keduanya. Sunghoon menoleh sengaja, menatap setengah wajah dari wanita di sebelahnya, sebelum akhirnya Haeryung menoleh dan spontan Sunghoon melempar pandangan.

Cantik.

"Maaf, cokelat yang ke—"

"Tenang, aku bukan mau protes."

Kerutan di kening Haeryung tercetak jelas, apa maksudnya bukan mau protes? Jadi, apa rencana Sunghoon memanggilnya pagi-pagi seperti ini?

"Lantas?"

Kepala si tampan kembali menoleh, menatap lekat mata berbinar yang berada tepat di depannya. Tidak salah lagi, ritme detak jantung Sunghoon sangat meningkat sejak semalam, ia menyadari bahwa hatinya telah dirampas.

"Cokelat semalam enak."

Haeryung tidak habis pikir, apa ada yang salah dengan Sunghoon? Dirinya sampai berlari karena panik, tetapi lihat sekarang? Sunghoo malah mengatakan kebalikan dari ekspektasinya.

"Ahh, jangan buat aku berpikir berat." Wanita itu menyandarkan kepalanya pada sandaran bangku, menghela napas dan kembali berkata, "Untuk apa minta bertemu?"

"Santai, kamu jangan marah." Sunghoon kembali terkekeh, menutupi rasa canggungnya.

"Jadi?" Kesabaran Haeryung hampir habis, ia mendelikkan mata dan menatap Sunghoon malas.

"Aku ingin berkenalan, dan memiliki hubungan akrab denganmu."

Tatapan Sunghoon mengunci, mata Haeryung tenggelam dalam netra pekat itu. Tidak bisa dipungkiri, Sunghoon memang sangat tampan, apalagi dengan rambut kelabunya di tengah musim dingin, seperti pangeran.

"La-lalu?" Haeryung mendadak gugup, tetapi wajahnya tidak menyiratkan demikian.

"Ayo kencan denganku sehari penuh." Sunghoon berujar yakin, "tapi sebelum itu, antar aku ke rumah mengambil 2 cokelat sisa untuk kita nanti, sekalian bertemu orang tuaku karena mereka sangat suka cokelat yang dijual di tokomu."

Jadi, haruskah Haeryung menerima tawarannya?













END

⌗ Winter Psithurism ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang