The First New Year

34 9 1
                                    

03 Januari 2022
indahlestari443

Lee Heeseung

⌗⌗⌗

Ini adalah hari terakhir di tahun ini. Besok, tepatnya pukul 12 malam nanti, tahun akan berganti, dan hari pertama di tahun baru akan menyapa.

Sekarang pukul sepuluh malam. Jika menurut aturan hidup sehat, seharusnya aku sudah tidur sejak dua jam lalu. Namun, aku masih terjaga. Selesai bekerja pukul sembilan malam membuatku tidak ingin tidur cepat setelahnya. Terlalu sayang untuk melewatkan membaca pesan-pesan yang masuk ke nomorku.

Mari kita lihat apa saja yang dibahas di grup obrolan teman sekolah menengah atasku. Ada Rora yang memberi kabar akan merayakan malam pergantian tahun di rumah salah satu sahabatnya, ada Milly yang pamer sedang membeli makanan untuk dinikmati bersama teman-temannya, dan ada pula Nana yang membagikan potret jalan raya seraya memberi info bahwa gadis itu tengah berada di dalam perjalanan menuju suatu tempat yang telah disepakati bersama teman-temannya untuk berkumpul merayakan tahun baru yang tinggal menghitung jam.

Keluar dari grup obrolan tersebut, aku beralih melihat-lihat unggahan orang-orang yang muncul di akun media sosialku. Tampak teman-teman Ethan sudah menyiapkan bahan makanan yang akan dibakar untuk merayakan malam tahun baru, ada ikan, ayam, jagung dan lain-lain. Wah, sepertinya akan seru sekali.

Sekarang, tinggal aku di sini. Sendirian di dalam kamar dan hanya sibuk menjelajah akun media sosialku. Ayah sibuk di ruang kerjanya, sementara ibu sibuk menonton televisi. Keluarga kami memang tidak terbiasa merayakan malam pergantian tahun. Oleh sebab itu, aku selalu merasa sepi setiap kali malam tahun baru menyapa.

Omong-omong, teman-temanku bilang, memiliki kekasih akan membuatmu tidak kesepian lagi. Namun kenyataannya, aku tetap seperti ini. Ah! Berbicara mengenai kekasih, aku baru mendapatkannya seminggu yang lalu. Salah seorang pelanggan tetap di restoran tempatku bekerja yang merupakan seorang guru musik dan tari. Ia masih termasuk guru magang di sebuah sekolah menengah atas yang terletak tepat di seberang tempat kerjaku. Namanya Ethan, lelaki yang beberapa saat lalu namanya kusebut, lelaki yang seharian ini belum memberi kabar padaku. Kira-kira, sedang apa laki-laki itu sekarang?

Kuputuskan mengecek akun sosial media milik Ethan. Tidak ada unggahan terbaru dari lelaki itu. Unggahan terakhirnya dua hari lalu. Meski begitu, kemarin ia masih sempat berkirim pesan denganku untuk menanyakan kabar dan kegiatanku. Namun hari ini, sejak bangun pagi hingga malam, lelaki itu tidak mengirim pesan padaku sama sekali. Haruskah aku menghubungi nomornya? Baiklah. Akan kucoba.

Pada deringan pertama teleponku tidak terangkat, deringan kedua masih tidak ada yang menjawab, deringan ketiga tetap tidak membuahkan hasil, sampai deringan keempat, kelima, keenam hingga seterusnya, hasilnya tetap nihil.

Tidak menyerah, kucoba menghubungi kontak Ethan kembali. Menelepon sekali lagi, dua kali lagi, hingga berkali-kali, namun, berakhir tidak mendapatkan hal yang kuinginkan.

Akhirnya, kuputuskan mengirim pesan padanya.

Jangan terkejut, aku memang terkadang menggunakan kalimat formal padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan terkejut, aku memang terkadang menggunakan kalimat formal padanya. Rasanya lebih romantis jika kami berbicara menggunakan bahasa yang formal.

Menunggu, pesanku belum juga menunjukkan tanda-tanda telah dibaca.
Kembali mencoba, kukirimkan pesan berikutnya.

 Kembali mencoba, kukirimkan pesan berikutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Detik demi detik berlalu. Hingga bermenit-menit terlewati, pesan-pesanku belum mendapatkan balasan. Apa aku berlebihan mencemaskan keadaannya yang tidak menghubungiku seharian ini?

Mencoba peruntungan untuk kesekian kalinya, aku kembali mengiriminya pesan.

Sama seperti pesan-pesan sebelumnya, pesan ini pun tidak mendapatkan balasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sama seperti pesan-pesan sebelumnya, pesan ini pun tidak mendapatkan balasan.
Aku bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan oleh Ethan sekarang. Apakah mengurus pekerjaan? Atau ia tengah merayakan malam tahun baru bersama keluarganya, namun, lupa memberitahuku? Apakah baik jika aku menerka-nerka seperti ini?

Samar-samar, kudengar suara ketukan pintu dari arah ruang tamu. Mengetahui Ibu yang akan mengeceknya, aku memilih bertahan di dalam kamar sembari mencuri dengar suara-suara yang berasal dari ruang tamu. Namun, tidak ada suara lain yang kudengar selain bunyi pintu terbuka. Mendadak aku merasa penasaran dengan sosok yang berkunjung malam-malam begini. Mungkinkah salah satu teman Ayah?

Tidak lama, pintu kamarku diketuk. Segera kubuka pintu tersebut dan mendapati Ibu sedang berdiri menatapku, “Ada temanmu. Sana temui.” Teman? Aku mencoba menebak siapa yang datang ke rumahku. Namun, tidak ada satupun nama yang melintas di kepalaku, yang masuk ke dalam daftar orang yang bisa kusebut teman.

Tidak ingin memusingkan kepala dengan memaksa memutar otak, kulangkahkan kaki menuju ruang tamu untuk menemui sosok yang berkunjung.
Ada lebih dari satu orang di sana. Ada Rora, Nana, dan Milly? Wah ....

“Hai?” Itu ... suara siapa? Kutatap ketiga perempuan yang berdiri di hadapanku yang juga balik menatapku. Kurasa, tidak ada satu pun dari mereka yang bersuara. Lalu, dari mana asal suara tadi, yang tidak terdengar seperti suara wanita, dan terasa tidak asing di telingaku?

“Aku di sini.” Suara yang sama mengejutkanku. Rupanya berasal dari sisi sampingku, yang kemudian kutemukan sosok yang tidak kusangka akan muncul di jam-jam seperti ini di rumahku.

“Lihat, kami bawa apa?” Ia menunjuk ke arah kantung-kantung plastik besar yang ternyata ditenteng oleh teman-temanku.

“Sosis, bakso, ikan ....” Aku tidak lagi fokus pada apapun yang dikatakan oleh sosok di sampingku. Terlalu takjub akan kejutan yang menyapa mataku.

Dia, kekasih yang baru kuterima seminggu lalu, yang biasanya selalu sibuk dengan segala urusan pekerjaannya, datang untuk merayakan malam tahun baru di rumahku, bersama teman-temanku? Sungguh, siapa pun yang mengusulkan ide ini, aku sangat berterima kasih. Ini adalah perayaan malam tahun baru pertamaku sekaligus menjadi yang pertama untukku merayakannya bersama kekasih pertama, yang kuharap menjadi satu-satunya, Ethan.















END

⌗ Winter Psithurism ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang