Miss Me, Miss You

36 9 0
                                    

04 Januari 2022
asyakrmh

Lee Heeseung

⌗⌗⌗

"Aku akan berkunjung. Bisa temui aku di stasiun."

Satu pesan yang masuk dari sang adik di seberang kota membawanya berdiam menunggu dengan sabarnya di stasiun seperti kemauan sang adik. Ini harusnya jadi waktu dimana ia menghadiri webinar kampus dalam rangka hari ulang tahun organisasi yang di gelutinya. Sayangnya. Demi sang adik, ia luangkan waktu berharga serta kesempatan itu terkorban begitu saja di atas waktu yang mulai berlalu di telan rasa cemas.

"Aku sudah beada di stasiun xx. Sebentar lagi aku sampai."

Satu pesan masuk berbunyi. Dari satu orang yang sama. Aera segera mengetik balasan. "Aku tetap menunggu disini. Apa ada salam dari ibu?"

Aera eletakkan ponselnya di atas pangkuannya. Dengan sebuah surat yang terbuka penuh dengan beberapa patah kalimat yang telah dibacanya berulang kali setelah surat itu sampai padanya sepekan lalu. Pengirimnya juga dari satu kota yang sama tempat adiknya berada. Tertera si pengirim bernama, Lee Heeseung.

Kekasih? Ya, ia adalah kekasihnya. Kekasih yang terpaut umur dua tahun di bawahnya? Mengapa? Entah bagaimana ia menerima cinta monyet itu dari Lee Heeseung di akhir sekolah menengah akhirnya. Beruntungnya asmaranya bertahan sampai kini. Sampai ia di tahun kedua masa mengenyam bangku Universitas. Dan Lee Heeseung di akhir kelas sekolah menengah akhirnya. Heeseung bilang ia akan melewatkan musim dingin tanpa mengunjunginya, seperti yang sering kali dilakukannya selama keduanya menjadi sepasang kekasih.

Aera menarik napas dalam dan menghelanya lembut. Uap dingin mengepul bersamaan helaan napas itu. Aera bukan manusia yang mampu berdiam lama di luar ruangan di tengah musim dingin berlangsung. Sayangnya demi keluarga serta san kekasih. Aera harus melakukan pengorbanan ini.

"Ada. Sekotak kimchi dan barang dari Kak Heesung."

Aera menilik balasan itu di pukul enam belas tiga puluh delapan menit. Balasan dengan nama Lee Heeseung membuat perasaannya sedikit sedih. Merasa kesepian mungkin. Sebab sang kekasih yang sering meramaikan musim dinginnya di satu hari penuh berdua dengannya kini harus absen di tahun ini.

"Hm..." aera merengek pelan. Ia menenggelamkan separuh wajahnya di lilitan syal tebal yang warnanya seputih salju. Membelainya pelan. Dan menghela napas di udara hangat di dalamnya. Kepalanya menunduk memandangi kaki kakinya yang menggelantung bosan menunggui.

Harusnya beberapa menit lagi adiknya sampai. Ya, harusnya. Aera mengusak wajahnya pada syal yang melilit sampai menutupi separuh wajahnya. Rasa sedihnya begitu membuat semangatnya sedikit menipis. Andai, ia datang... aku pasti akan sangat senang.

"Noona!"

Aera tercenung tak percaya. Pasalnya suara ini begitu familiar. Begitu mendongak yang didapatinya....

"Heeseung-ah!"

Kekasihnya?! Bukannya....?!

Aera bukan tidak bahagia saat itu juga. Ia memeluk erat tubuh yang tinggi porsInya jauh di atasnya. Ia mengalungkan tangannya di leher jenjang sang kekasih. Dan jujur Heeseung tergelak tawa saat dilihatnya sang kekasih menjinjit untuk menggapainya. Senyum miring itu merekah. Diangkatnya dengan mudah tubuh ringan itu. Menimbulkan sedikit pekikan kecil keterkejutan dari sang noona.

"Miss me?"

Keduanya bersitatap. Aera mengangguk. "Miss you too." Kemudian adegan pelukan itu terulang kembali. Tidak peduli dengan tatap mata yang ada. Yang Heeseung rasakan kini. Adalah sebuah bahagia, serta kepuasan. Puas mendapatkan senyuman yang selalu jadi bunga tidurnya belakangan ini telah hadir dan menjadi nyata.















END

⌗ Winter Psithurism ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang