First Snow

37 8 0
                                    

05 Januari 2022
Giokchang

Park Jongseong (Jay)

⌗⌗⌗

Ketika batas hidup kita ditentukan oleh waktu yang tertulis di pergelangan tangan. Setiap menit setiap detik menjadi berharga bagi kita dan enggan untuk membuang-buang nya pada hal yang tidak berguna.

Seolju memiliki sisa waktu 10 hari. Jika ia tidak mendapat tambahan waktu secepatnya itu berarti ia hanya bisa bertahan sampai 10 hari saja dan itu bertepatan dengan hari dimana salju pertama turun.

"Coba transfer waktuku saja ya? Pasti bisa!"

Park Jongseong—kekasihnya sudah berusaha keras mencari tambahan waktu untuk Seolju. Namun masalahnya, waktu milik Seolju tidak bisa ditambahkan bahkan saat kerabat sudah mencoba memberikan Seolju waktu mereka. Hal itu tentu saja membuatnya frustasi bahkan sampai nekat memberikan waktu hidup yang ia punya.

Seolju menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, mungkin memang takdirnya aku harus pergi."

Angin malam yang berembus memanglah selalu dingin, tetapi malam ini terasa lebih dingin bagi Jongseong setelah mendengar ucapan kekasihnya yang terlihat putus asa. Diraihnya kedua tangan Seolju olehnya. "Aku tidak mau kamu pergi, Seolju... Setidaknya jangan secepat ini," lirihnya.

Seolju mendongak menatap kedua mata Jongseong yang sudah berkaca-kaca. Tangan kanannya terulur menghapus air mata tersebut. "Maafkan aku, sudah takdirnya."

Jongseong menunduk. Air matanya yang sedari ia tahan meluncur. "Bagaimana dengan janji yang sudah kita buat? Kamu mau melupakannya begitu saja?"

"Jongseong, aku tidak punya banyak pilihan lagi." Seolju ikut menitikan air mata. "Kita jalani saja sampai waktunya tiba."

Tangisan Jongseong tiba-tiba terdengar keras hingga membuat orang-orang yang sedang berada di taman pun menoleh kearah mereka berdua.

"Tidak mau!!" Jongseong tersedu-sedu. "Seolju jangan tinggalkan aku!!"

"Park Jongseong!!" Seolju segera memeluk sang kekasih. "Jangan menangis begini, semua orang melihat kearah kita."

Jongseong tidak memperdulikan ucapan Seolju, ia tetap menangis. Seolju baru pertama kali melihat Jongseong menangis dengan histeris. Hal itu tentu saja membuat hatinya sakit, ia tidak bermaksud meninggalkan Jongseong dalam waktu cepat. Tetapi takdir berkata sebaliknya.

"Hey hey, jangan menangis lagi ya?" Seolju melonggarkan pelukan mereka. "Aku akan memberimu sesuatu, katakan apa yang kamu mau."

"Jangan membuatnya semakin sedih!!"

"Aku hanya ingin memberi kenang-kenangan!!"

Jongseong bergumam sebelum akhirnya memutuskan mengecup kening Seolju pelan. "Akan aku pikirkan, sebaik-baiknya."

Giliran Seolju yang menangis histeris dan kembali memeluk Jongseong dengan erat. Rasa kecewa timbul dihatinya, ia kecewa pada takdir yang tidak berpihak kepadanya. Menghancurkan semua hal yang ia dan kekasihnya sudah susun jauh-jauh hari. Semua melebur begitu saja.

"Aku mencintaimu, Jongseong."

"Aku lebih mencintaimu, Seolju."

-

Seolju melihat kearah pergelangan tangannya. Tersisa 3 hari lagi. Waktu berlalu sangat cepat baginya, apalagi dihabiskan dengan orang-orang tersayang.

"Seolju," panggil Jongseong lembut.

Seolju menoleh kearah Jongseong. "Kenapa?"

Mereka berdua sekarang sedang berada di villa yang disewa oleh Jongseong untuk mereka habiskan waktu berdua. Seolju yang mengusulkan, ia hanya ingin menghabiskan sisa terakhirnya bersama dengan Jongseong.

⌗ Winter Psithurism ⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang