08. Ruby anne Marcello

105 18 4
                                    

Happy reading🥀

...Mengunduh...

█▒▒▒▒▒▒▒▒▒▒



























10%

███▒▒▒▒▒▒▒































30%

█████▒▒▒▒▒































50%

███████▒▒▒


























100%

██████████

Mulai

•Ya•
•tidak•

*****

Seorang pria paruh baya berkepala empat yang masih terlihat gagah itu sedang memegang sebuah foto. Di foto tersebut terdapat dua bayi perempuan. Yang satu sekitar berumur satu tahun, dan yang satu lagi seperti baru saja lahir. Dua-duanya sama cantik.

Pria itu menaruh foto tersebut pada loker meja. Menaruh foto itu dengan sangat hati-hati layaknya seperti vas yang mudah pecah. Mengunci loker itu dengan kata sandi yang tidak pernah terpikirkan siapapun.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, menampakan seorang wanita yang sangat cantik. Wanita berkepala empat itu menghampiri sang pria.

"Marcello. Kapan kita menjemput mereka?ini sudah 12 tahun," ucap wanita tersebut.

"Tunggu sebentar lagi, Ann. Saat ini 'mereka' masih menargetkan anak kita."

"Bagaimana dengan Ruby dan Jayden?! Mereka sama sekali tidak mengetahui bahwa adik mereka masih hidup!"

Anna Veralin Adiwijaya, sudah tidak bisa menahan amarah. Ia sudah cukup menahan rasa sakit saat menyadari fakta bahwa ia berada jauh dari kedua putri kandungnya sendiri.

Sang Suami berjalan mendekati Istrinya yang nampak sangat rapuh. Marcello mengerti penderitaan dua belas tahun yang dialami sang Istri. Berada jauh dari sang buah hati adalah hal yang paling menyakitkan bagi keduanya.

"Maafkan aku. Kumohon tunggu sebentar lagi, aku juga masih memperhatikan mereka." Marcello mendekap sang Istri dalam pelukannya.

"Baiklah, aku akan menunggu dengan sabar. Tetapi bolehkah aku berada di dekat mereka? Demi Tuhan Marcello aku sangat merindukan mereka." ucap Anna.

"Tidak apa jika kau ingin berada di dekat mereka, tapi hati-hati oke?" Marcello tidak tega untuk meralang istrinya jauh dari anak mereka.

Anna mengangguk dengan cepat. Setelah itu keluar dari ruang kerja Marcello. Marcello sendiri kembali duduk pada kursi kerjanya. Menelpon seseorang.

Ra&NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang