09. Clue dan Kalung

85 16 0
                                    

Happy reading🌹
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bulan cantik itu sudah ada diatas langit biru yang indah. Ditemani oleh bintang-bintang kecil, tidak ingin membiarkan sang bulan sendirian. Sungguh berbeda dengan Naya. Selalu dalam kesendirian.

Naya memandang bulan itu lamat. Menjadi orang yang berada belum tentu kita dapat merasakan apa itu kebahagiaan. Mungkin mereka fikir dengan mereka bekerja dan mendapatkan uang. Bisa membuat kita bahagia. Tapi tidak bagi Naya.

Yang ia perlukan hanya kasih sayang kedua orang tuanya. Tidak lebih. Semua bermula saat ia berumur tujuh tahun. Orang tuanya yang awal hanya bekerja sebagai karyawan biasa.

Diangkat menjadi direktur dan sekretaris di sebuah perusahaan besar. Mereka jadi jarang pulang. Meninggalkan Naya kecil dalam kesendirian. Naya pun mencoba mengerti. Tapi semakin lama Naya merasakan asing dengan mereka.

Naya beranjak dari balkon memasuki kamarnya. Ia menghampiri lemari kecil yang berada di samping meja belajar. Membuka lemari itu dan mengambil sebuah kotak kayu kecil dengan ukuran namanya.

Naya membawanya ke kasur. Membuka kotak kayu itu perlahan. Didalam kotak tersebut terdapat sebuah kalung emas yang sangat indah. Naya mengambil kalung itu dan memakaikan pada leher.

Kalung berinisial Ra dengan terdapat ukiran nama ya. Orang tuanya bilang kalung inilah yang menemani Naya sedari lahir. Tetapi orang tuanya tidak memberitahu siapa yang memberikan kalung tersebut.

Setelah memakainya, Naya membereskan kotak kayu itu dan memasukan kembali pada lemari. Ini sudah cukup larut. Besok ia masih harus sekolah. Naya pun langsung merebahkan badan ya dan segera terlelap ke alam mimpi.

*****

Lain waktu, Ruby baru saja memasuki rumah. Cukup larut ia pulang. Ruby melihat jam sudah menunjukan pukul sebelas lewat. Ruby pun berniat menuju ruang kerja sang Papih. Ia tidak akan memendamnya sendiri lagi.

Mengetok pintu itu, setelah mendapat jawaban Ruby membuka knop pintu. Diruangan kerja ternyata terdapat sang Mamih juga. Entah mengapa Ruby menjadi gugup. Tapi keputusannya sudah bulat. Ruby tidak akan mundur.

"Ada apa sayang?" tanya Marcello. Tidak biasanya putri keduanya itu datang larut malam seperti ini fikirnya.

Ruby menutup sejenak pintu ruang kerja sang Papih kemudian duduk disamping Mamih Anna. Menarik nafas sejenak untuk menghilangkan kegugupan nya.

"Ruby.... Mau Papih sama Mamih jujur. Adik Ruby masih hidup kan?" tanya Ruby tidak ingin basa basi.

Keduanya menegang. Mereka bertanya-tanya bagaimana putri keduanya itu tau.

"A-apa yang Ruby bicarakan nak? Bukan kah mau sudah mengetahui jika mereka sudah tiada?" Mamih Anna mencoba menyangkal. Marcello masih terdiam.

"Ruby mohon Mih, Pih. Jangan sembunyiin lagi masalah ini," Air mata itu terjatuh lagi mengenai pipi tembem Ruby.

Marcello tertegun melihat air mata sang putri. Selama ini ia tidak akan membiarkan anak-anaknya menangis. Tapi hari ini, malam ini justru mereka lah yang membuat air mata itu turun.

Ra&NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang