1. Ramalan

2.7K 258 4
                                    

Belum di revisi, jadi kalo kata-katanya acak-acakkan maaf ya..

***

Sore baru saja terlewat, namun entah mengapa, bulan sudah muncul dengan agungnya. Sinarnya menyinari seluruh penjuru kerajaan yang sekarang sedang mengadakan pesta pala.

Pesta pala di adakan setahun sekali sebagai simbol syukur atas kesuburan tanah kerajaan yang tidak ada tandingannya.

Kerajaan Taring adalah kerajaan kecil, namun siapapun pasti tahu, betapa sejahtera nya kerajaan ini. tanah yang di guyur hujan sepanjang tahun, kesuburannya yang bahkan jikalau sebuah kayu di tancapkan ke tanah, akan ada tunas yang muncul dalam beberapa hari kemudian. Itu menggambarkan betapa suburnya tanah Taring.

Kerajaan yang makmur, pasti punya banyak musuh. Punya banyak saingan yang ingin mengambil alih. Apalagi, Taring adalah kerajaan kecil dengan militer yang rendah. Sebagian besar orang disini bekerja sebagai petani. Hanya ada beberapa kesatria kuat di kerajaan ini.

Tentu saja kerajaan ini berdiri sampai sekarang karena ada penyokong kekuasaan di belakangnya.

Sudah sangat lama dan dari dulu kerajaan Taring berada di bawah pengayoman kerajaan Majapahit. Majapahit menjamin keamanan negara ini, dengan mengajukan persekutuan antar kedua kerajaan. Dan semua hasil panen kerajaan taring hanya akan di jual kepada kerajaan Majapahit.

Kerajaan taring setuju dengan persyaratan yang terbilang mudah disanggupi itu. jadi, sampai sekarang, kerajaan majapahit dan Taring mempunyai hubungan yang baik. Bahkan sampai Pada era ini. Era Raja Sundra dan Raja Hayam wuruk, yang sekarang menjadi raja Majapahit itu.

"Kamu tidak berkumpul dengan yang lainya?" Bagas duduk di sebelah Sekar. Mereka duduk di pendopo yang menghadap langsung ke kerumunan pesta pala.

Melihat ke samping, Sekar tidak langsung menjawab. Ia melihat ke kerumunan dan melihat anak-anak yang berebut singkong dan ubi di gunungan pala pendem1).

Ia menjawab, "Aku lebih suka menontonnya dari jauh. Dan melihat bagaimana mereka tertawa dan berbahagia." Sekar menumpukan tangannya di atas kaki.

Ia ingin menyendiri sebenarnya, namun ia tidak berani mengusir Bagas. Toh, ia tidak terlalu terusik dengan keberadaan orang lain disisinya.

Bagas tersenyum, "Kamu selalu punya pandangan yang berbeda dari orang lain." Ucapnya.

Perlahan, Bagas menarik tangan Sekar untuk di genggamnya. Sekar terkejut, ia tidak pernah bersentuhan dengan lelaki sebelumnya, jadi ia sedikit tersipu.

"Entah sekarang atau nanti, Kita pasti akan menikah. Kang Mas hanya ingin kamu belajar mencintai Mas mulai dari sekarang. Seperti Kang Mas yang mulai belajar mencintaimu." Bagas mengelus tangan Sekar yang ada di genggamannya. Membuat gelombang tipis meresap ke perasaan Sekar.

Sekar tersenyum, namun ia menarik kembali tangannya untuk di bawa keatas pahanya. Merematnya satu sama lain. "Jangan seperti itu Kang Mas. Aku belum siap membuka hatiku untuk siapapun. Aku masih tidak tertarik dengan asmara. Jangan membuat semuanya semakin rumit dengan sesuatu yang belum pasti." Ucapnya hati-hati.

Bagas menunduk, menyembunyikan wajah kecewanya. Ia tidak ingin memaksa Sekar, ia sendiri belum terlalu yakin dengan perasaannya saat ini, ia hanya sedang mencoba untuk memulai perasaanya. Karena saat sudah menikah, siap atau tidak, ia harus mencintai Sekar dengan segenap jiwa raganya.

Kesunyian yang melanda mereka terusik saat kerumunan orang saling merapatkan diri seperti melihat sesuatu yang menarik.

Seorang dayang menghadap Raja Sundra yang duduk di singgasana. Dayang itu menyeret kakinya ke hadapan Raja dan membungkuk.

GAJAH MADA ; Megat RosoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang