Chapter 02 [13 februari]

350 65 4
                                        

Aku mulai memperhatikannya dengan detail, secara tidak sadar.

"Hei!"

James melambaikan tangannya, membalas sapaan tadi dengan senyum. Net sudah menunggu dengan sebuah eskrim di tangannya. Eskrim itu dibiarkan meleleh, bulan februari tahun ini tidak seperti tahun kemarin, yang hujan setiap hari, justru tahun ini matahari sedang berada di level terpanasnya.

"Latihannya mulai malem ini. Bisa, kan?" kata James to the point.

Ia memesan eskrim stroberi yang tidak begitu disukainya, ia lebih suka coklat, tapi karena eskrim Net saat itu juga rasa coklat, dia memesan stoberi saja.

Entah apa alasannya, tapi James merasa dia harus memesan stroberi, biar tidak samaan. Hehe.

Net yang hari ini tidak menguncir rambutnya seperti biasa, menyisir rambutnya kebelakang dengan jemari, lalu mengangguk. Walau dari air mukanya sulit ditebak, James menyadarinya tapi dia saat itu masa bodoh. Yang dia tahu, Net dan band-nya harus tampil bagus di festival jadi dia sudah bisa menjaga mukanya di depan yayasan dan dekan, mengingat bagaimana perjuangannya mengalahkan kelompok lain untuk budget kelompok untuk festival minggu depan, dan itu hanya tinggal ada beberapa hari lagi.

Mereka hanya mengobrol soal ini-itu saja, hal-hal yang tidak penting. Meski begitu, James merasa ia bisa mengobrol dengan Net seharian penuh, sebab ternyata dibalik penampilan urakan itu, ia memiliki selera humor yang disukai James. Dia juga memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan, berbicara dengannya tidak akan terputus dengan canggung, topiknya selalu mengalir begitu saja. James suka suasana saat itu, di kedai eskrim tanggal 13 februari, hari selasa. James belum pernah berbicara dengan cowok seperti itu seumur hidupnya, ia selalu menghindar jika ada cowok yang mendekatinya. Kalau soal cewek, sampai saat ini, mereka tidak pernah mendekatinya secara romantis, jelas cewek-cewek itu lebih menghormati James daripada tergila-gila untuk menjadi pacarnya. Tapi tidak dengan cowok satu ini.

Dia berbeda.

James diam-diam ingin dekat dan mengenalnya lebih.

"Kamu tahu enggak, kalo tanpa latihan pun, aku bisa bikin acara kampus rame." Ucap Net.

"Oh ya? Kamu yang terlalu pandai main musik sampe enggak harus latihan buat tampil gitu? Atau apa?"

Net mengangkat bahu congkak, "kamu enggak liat, wajah ganteng ini? Cewek-cewek suka tahu." Katanya sembari mengangkat-angkat alis, membuat James terkekeh.

"Selain nyanyi, bisa main musik, bisa apa lagi?" Tanya James.

"Hm... tergantung kamu maunya apa, aku bisa semuanya kok."

James hanya terkekeh, walaupun ia tidak menangkap maksud cowok itu.

"Bisa godain cewek-cewek, kan?"

Net bergumam protes sambil geleng-geleng. "Aku bukan cowok kayak gitu, James."

Tiba-tiba saja James kembali merasakan perasaan yang persis sama seperti tadi waktu memesan es krim. Dia langsung mengalihkan pembicaraan lagi.

"Lagipula kan festivalnya cuma satu hari. Senin, kan? Masih ada..." Net pura-pura menghitung dengan jarinya, "enam hari lagi?"

James tersenyum lalu mengangguk, tapi dia orang yang sangat kompetitif dan tidak mau membuang-buang waktu.

"Kalo aku udah yakin kalian bagus, aku enggak bakal bikin jadwal ketat buat latihan kok. Ruang latihannya bareng sama kelompok paduan suara, kelompok sandiwara dan lain-lain jadi harus dibagi waktu."

Net mengangguk saja. Lalu ponsel James berdering, Nat sudah menelpon James untuk segera ke lab, hari ini mereka berbagi lab lagi. Kampus ini kapan berkembang? Masa apa-apa harus berbagi dan pakai satu ruangan dengan fakultas lain. Net mengantarkannya ke Lab karena dari kantin cukup jauh jika harus jalan kaki maka James harus terlambat untuk praktik nanti.

"Makasi-"

Terlambat, Net sudah balik kanan dengan terburu-buru, tapi kemudian berbalik dan berhenti di depan James lagi. Seakan ingin mendengar kalimat James yang tadi.

"Sama-samaaaa..." ucapnya lalu menepuk pelan tengkuk dan kepala James kemudian berbalik memacu kendaraannya di jalanan kampus. James masih diam dan agak kaget dengan perlakuan cowok itu. Tapi dia tersenyum juga, lalu meraba rambutnya yang disentuh pria itu sebelum berlari kedalam Lab.

Nat mengangkat dan melambai sambil melompat ketika melihat sahabatnya itu tengah mencari-cari keberadaannya. "Siniii..."

James cepat-cepat menghampirinya setelah meletakkan tas disalah satu rak di samping.

"Baju lab?"

James menepuk dahinya. Kemudian berlari-lari kecil menuju tas-nya lagi untuk mengambil gaun putihnya. Sebuah benda berwarna merah dengan bungkus biru jatuh ketika dia menarik baju dari dalam tas. James berjongkok dan memungut permen kaki tadi. Dia ingat betul dia tidak membeli ini. Kemudian dia ingat Net yang memasukkannya tadi sewaktu mereka dikantin.

"Kamu suka permen?" Net menyodor permen ke James.

"Tidak terlalu suka makan manis,"

"Kamu sendiri udah manis. Tapi makan manis sekali-kali tidak apa-apa, asal jangan sampai ketagihan. Kayak aku."

"Ketagihan makan yang manis?"

"Ya, ketagihan liat yang manis..." Net menatap penuh arti, "kayak kamu, aku suka."

James senyum-senyum sembari memasukkan permen itu ke dalam saku baju dan kembali ke samping Nat, yang melihatnya dengan heran. "Apa sih? Kenapa kamu senyum-senyum? Pipi kamu merah banget!"

"Masa, sih..." James meraba pipinya, panas. Dia lekas-lekas menghapus senyum di bibirnya. Berusaha mengelus dadanya berharap itu bisa menghentikan detak jantungnya yang mulai tidak beraturan.

Apa aku mulai suka padanya? Di pertemuan kedua kami?

-tbc.

februariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang