James melihat Net samasekali tidak gugup, sebaliknya James yang sudah mepersiapkan semuanya masih gugup saja.
"Hey, hey. Rileks James." Kata Net melihat Wajah James yang sudah gugup semenjak di jemputnya dari rumah tadi siang.
James hanya membalas dengan tersenyum masam.
"Yang ke panggung kan aku. Nih, minum dulu."
James menerima dan meneguk air mineral itu. Tiba-tiba Net meraih tangannya, menepuk-nepuk punggung tangan James yang digenggamnya. James sedikit terkejut tapi itu membantunya sedikit rileks juga, ia hanya takut acara pertama yang ada dia di dalamnya sebagai perencana tidak akan berjalan lancar seperti ekspektasinya.
"Oh ya, soal yang ngelakuin itu ke Miki, gimana?" sebenarnya ini mungkin bukan waktu yang tepat, tapi jawaban Net berikutnya membuat James menghapus rasa khawatirnya barusan kalau kalau dia salah-salah bertanya.
"Oh? Aku belum bilang ke kamu, ya? Udah ditangkep kok, lagi diproses, sekarang aku udah bisa lebih tenang dan, menikmati malam ini. Nanti abis ini jangan kemana-mana ya, Jem."
"Kenapa? Mau ngapain?"
Net hanya berdecak menyuruh James berhenti bertanya. Lalu ia dipanggil untuk melakukan cek sound, sementara James sudah turun dan bergabung dengan penonton di bawah panggung bersama Nat.
semua orang berkumpul dan menyebar di sekitar gedung Aula. Aula itu besar, bisa menampung ratusan orang, yang datang bukan hanya mahasiswa tapi beberapa alumni dan muda-mudi lain. Acara tiap tahun selalu di gratiskan, kecuali itu ada kotak sumbangan untuk mengumpulkan donasi untuk anak-anak kurang beruntung di luar sana. Acara seperti ini sudah terjadi setiap tahun selama 4 tahun belakangan, dan tahun ini adalah tahun ke-5, mungkin tahun depan sudah tidak ada lagi seperti ini karena alumni tahun ini sudah mendengar beberapa mahasiswa adik tingkat membuat petisi untuk menghentikan kegiatan ini karena hanya membuang-buang dana. senior-senior pun setuju akan hal ini, daripada membuat kegiatan seperti ini, lebih baik uangnya langsung disumbangkan saja, tapi tanpa embel-embel membuat acara tahunan seperti ini, yayasan tidak akan peduli dengan sumbangan-sumbangan yang dikumpulkan saat acara itu.
hasilnya, selama 4 tahun belakangan sudah banyak anak-anak yang bisa merasakan kebahagiaan dari sumbangan dana kegiatan tahunan itu, yang mungkin tidak akan terjadi lagi tahun depan saat angkatan 2004 lulus nanti.
Nat menyenggol lengan James yang tengah melihat pertunjukan sandiwara di depan..
"Apa?" Tanya James.
"Sebentar lagi Net manggung."
"Trus?"
Nat mencibir, "kamu udah nungguin juga!"
"Apa sih."
Nat tertawa. "Eh, omong-omong udah ketemu Max belum?"
"He? Max? Kenapa dia?"
"Lho... katanya mau ngomong sama kamu, kemarin dia dateng." Ucap Nat sambil menerawang mengingat soal kemarin.
"Kapan? Dimana? Aku engga liat dia, mau ngomong apa?"
"Hm... aku lupa, cuma dia nyebut-nyebut Net pas ngobrol sama temennya yang satu, yang dateng sama dia kemarin, dia dateng ke Lab, aku bilang ke dia kalo kamu lagi sibuk di aula."
James jadi kepikiran, apalagi sudah menyebut nama Net, kira-kira Max mau bilang apa, ya? Dan kemarin juga James sudah bertemu dengan Net dan papanya, James tidak ingat kalau lihat Max nyamperin dia.
"Eh itu! Itu!"
Nat membuyarkan lamunan James dan melihat ke panggung, Net sudah disana bersama teman-temannya. Dan mulai menyanyikan lagu-lagu. Lalu James juga melihat Max sedang berdiri ditengah kerumunan orang disalah satu sudut aula. Dia berdiri di pinggir speaker besar bersama beberapa teman se-geng motornya, James melihat Max melihat karahnya juga, ia tersenyum pada James dan dibalas James, lalu kembali melihat panggung.
Sebenarnya apa yang ingin dia bicarakan dengan James hari itu, apa itu ada hubungannya dengan Net? Apa dia melihat James bersama Net dan ayahnya waktu itu jadi dia tidak jadi menghampirinya? Tapi kenapa?
.
.
.James menghampiri Net yang kini tengah bercanda dengan beberapa sahabatnya. Max sudah melihatnya duluan, lalu teman-temannya yang lain mengikutinya dan pergi dari sana, kini tinggal Net dan James di tempat parkir, sebenarnya masih banyak lagi muda-mudi yang lain walau tak seramai di dalam aula, mereka datang kesini pasti sekalian mau pacaran. Hehe.
Net meraba saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah gelang dengan satu tengkorak kecil (jangan lupa beli asesoris blackdaisy-nya si jame ygy kalo ada duit wkwk) dari sakunya.
"Permisi." Katanya sambil ragu-ragu meraih tangan James, Net memasang gelang itu di tangannya. Net tertawa melihat James tersenyum geli barusan.
"James jangan senyum ya, ada seorang laki-laki bodoh yang ingin memberi pengakuan malam ini."
"Hng?" Wajah James terlihat lucu saat bingung seperti sekarang ini.
Wajah Net berubah menjadi serius, "aku pikir kalo gak ngaku sekarang mungkin bakal nyesel selamanya."
James menunggu.
"Aku sebenernya suka sama kamu James." Aku Net, "tapi aku engga akan nembak kamu, karena kita berbeda." Sambungnya.
James diam sebentar sebelum berbicara. "Emangnya kenapa kalo berbeda, bukannya perbedaan dapat mempersatukan?"
"Mmm..." gumam Net. "Aku ga setuju."
James mengangkat kedua alisnya bingung.
"Kita juga sama, James. Kita sama-sama cowok."
James baru mengerti arah pembicaraan ini, lalu ia tersenyum. "Aku tahu." Ucapnya disertai anggukan.
"Nah, ngerti kan maksud aku?" Net menyandarkan tubuhnya disebuah motor di sana.
James hanya menatap Net dalam keremangan, pria itu mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya. "Boleh, kan?" izinnya. Lalu tanpa menunggu persetujuan James ia mulai menyulut rokok itu.
"Aku bakal merasa lebih baik kalo kamu engga pernah ngerasain hal yang sama ke aku, aku engga mau kamu sakit hati gara-gara siapa pun. Jadi jangan sakit hati, James... selama ini aku juga mikir, gimana ceritanya aku bisa suka sama kamu dan sejak kapan." Net menghisap rokoknya, menghembuskan asapnya ke atas.
"Tapi kenapa? Kalau suka ya udah, suka aja, apa urusannya sama harus bisa dan sejak kapan. Kamu bisa ngatur-ngatur hati kamu buat suka sama seseorang, Net? Kamu mau tau rahasia aku? Aku juga suka kamu." Batin James. Tapi ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun malam itu yang sampai kini masih disesalinya.
"Oh ya, masih inget soal permintaan aku kemarin?" Kata Net sambil bangkit dari sepeda motor tadi.
James memiringkan kepalanya bingung, ia tidak ingat lagi.
"Kalo aku setuju manggung, kamu mau ngasih aku apa."
"Oh~ itu... kamu mau apa?" Sekejap James menyesali pertanyaannya, pertanyaan itu terdengar aneh mengingat mereka sedang berada di remang-remang parkir, dan beberapa anak muda yang sedang berpacaran.
Melihat perubahan cowok itu, Net hanya tersenyum lucu, lalu ia menepuk lembut kepala James lagi. "Lupain aja." Kata Net, kemudian dia berbakik hendak meraih helm untuk dipakai.
"Engga. Aku gak mau punya hutang."
Net berbalik lagi lalu mengangguk, "Oke, apa aja?"
James mengangguk, "Jangan aneh-aneh." Katanya kemudian.
"Lho, gimana sih, apa aja berarti engga ada pengecualian dong!"
James berdecak. "Ya udah, cepetan."
"Oke, engga sabaran banget, sih."
Net meraih tangannya kanan James, lalu menarik lembut James, James diam, ia bisa merasakan tubuhnya yang kini menempel dengan tubuh Net, selama beberapa detik lalu pelukan Net melonggar dengan ia mundur beberapa langkah ke belakang.
"Hutang James sudah lunas." Candanya, menghapus rasa khawatir dalam dada James, namun ada rasa kecewa juga sebab pelukan itu terlalu singkat dari yang dia inginkan.
James terkekeh. "Oke..."

KAMU SEDANG MEMBACA
februari
Fanfiction[NetJames Fanfiction] semua yang terjadi dibulan februari. ✍️: 2021 repost: 2022 status: telah direvisi seadanya, sudah selesai.