Puput sudah bilang untuk James tinggal saja di gedung aula besar itu karena ia hanya sebentar saja ke gedung yayasan, tapi James ngotot untuk ikut juga akhirnya puput menyerah dan mereka pergi bersama. Baru sampai di depan aula, dada James sudah berdetak tidak normal. Tak sampai semeter di depannya, Net bersandar di sepeda motor tuanya membelakangi mereka.
"Ada apa ini?" Batinnya sambil mengurut dadanya sebentar."Jem, itu bukannya..." Ujar Puput tidak jadi karena ponsel James sudah berdering lagi. Mungkin bunyi Nokia itu sangat keras sehingga Net yang juga di sana ketika itu langsung berpaling padanya. "Sebentar ya, Put." James berjalan cepat-cepat ke arah Net yang memang tadi meneleponnya.
Net menyapanya, James tersenyum lalu Puput segera datang di samping mereka. "Eh, sori ganggu, tapi gue harus cepet-cepet ke yayasan, kayaknya lu udah ketemu sama yang mau lu temuin tadi di yayasan, kan?" Ujar puput sambil mengangkat-ngangkat alisnya menggoda.
"Apa sih!" James menyenggol lengan gadis itu. Kemudian James melirik Net, wajahnya biasa saja. "Udah cepet pergi sana." usir James, akhirnya Puput enyah juga saat itu.
"Hai?" Sapa James.
"Kamu belum tidur ya, semaleman?" Tebakan Net benar.
James menyentuh wajahnya, matanya memang terlihat lelah saat ini, dan memang lelah karena belum tidur semalaman, mungkin sampai senin malam ia masih akan sibuk terus.
"Kalo lagi engga ada kerjaan mending kamu tidur sebentar aja, biar enggak kecapean."
"Aku udah tidur kok tadi subuh."
Net diam tapi ia terlihat khawatir, tapi akhirnya dia tersenyum saja.
"Net, itu..."
Net seperti baru tersadar lalu menyentuh sepeda motor James. "Ini, sepeda motornya udah bisa dipake lagi, sekarang enggak bakal mogok lagi." Ucapnya.
James membuka mulutnya terkejut, "udah diperbaiki? Makasih ya Net, kira-kira apanya yang rusak, ya? Terus biayanya berapa?"
"Oh soal itu enggak usah di pikirin, aku yang..." Ucapan Net terpotong karena seseorang baru saja memanggil namanya.
Keduanya menoleh ke arah jalan, sebuah mobil Lincoln berwarna abu-abu terparkir di sana, seorang lelaki paruh baya berpenampilan rapi dan necis tadi turun dari sana, ia memakai jeans baru dan sepatunya juga mengkilat, oh, ia juga memakai kacamata hitam. Ia tersenyum dan mendekati kedua orang tadi.
"Bapak?" ucap Net hampir tak terdengar. James memandangnya sebentar lalu kembali menatap Oom gaul tadi.
"Enes! My boy." Serunya, ia membentangkan tangannya, lalu bersalaman dan saling menubrukkan dadanya pada Net, seperti seorang teman dekat.
"Siapa? Ganteng." Tanya beliau sambil melirik James dari balik kacamata hitamnya. James tersenyum lalu memperkenalkan dirinya.
"James?" Tanya ayah Net. James mengangguk tersenyum. Ayah Net menatap Net menggodanya.
"James, ntar malem aku datang latihan, oke." Ucap Net setelah menyeret motor James ke parkiran.
James mengangguk lagi, "Oke, thanks, ya."
Net membalasnya dengan anggukan kemudian meminta diri dan pergi dengan ayahnya, ayahnya Naik mobil sementara Net mengikuti dari belakang dengan sepeda motornya. James masih mematung di depan aula sampai kedua kendaraan itu menghilang. James sadar kulitnya perih tertimpa panas matahari lalu berlari ke dalam ruangan lagi.
Jam tujuh malam Net menepati janjinya, ia datang bersama teman-teman band-nya, James juga melihat Max. Mereka latihan sampai jam sepuluh malam, atau lebih tepatnya kehadiran cowok-cowok tambahan disana jadi lebih baik untuk disuruh-suruh oleh Puput. Jadi latihan cuma ada satu jam lalu sisanya mengangkat barang-barang.
"Minum dulu." James menyerahan botol air mineral pada Net. Net melirik teman-temannya yang lain, mereka juga memegang botol masing-masing.
James ikut menebar pandangan, "Kenapa?" Tanya James karena sikap Net barusan.
Net tertawa. "Engga apa-apa, aku tadinya udah ngira kalo kamu cuma ngasih aku aja, khusus gitu."
"Masa gitu, lagian ini cuma air kok."
"Oh iya, kalo cinta baru engga boleh dibagi-bagi, ya?" Kata Net sambil minum. Sedang James di situ sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi karenanya.
Sudah jam duabelas malam seperempat, teman-teman Net sudah berpamitan pulang, Net masih sibuk mengecat papan. James melihatnya masih di sana sudah menyuruhnya pulang, tapi dia tidak mau dan memaksa tinggal sampai semua selesai, dan memang sudah selesai juga, setengah dua malam mereka baru bisa istirahat. Masing-masing sudah pulang, tapi presiden mahasiswa dan beberapa mahasiswa masih disana untuk menjaga aula dan untuk mengecek.
James menguap berkali-kali dan memijit tangannya yang seharian dipakai untuk bekerja.
"Pulang, yuk?"
James terkejut dan menoleh, Net berdiri di sampingnya mengulurkan tangannya. James menyambutnya dan itu pertama kalinya James merasa seperti ada kupu-kupu terbang di dadanya hanya dengan berpegangan tangan dengan seseorang.
"Oh? Iya."
James berjalan ke tempat parkir bersama Net, mereka hanya diam selama itu. Net menawarkan untuk mengantar James dengan alasan mengendara sambil mengantuk tidak baik, bagaimana kalau James tiba-tiba tertidur di tengah jalan? Akhirnya James setuju dan diantar juga.
Net mempersilahkan James untuk memeluknya dan bersandar dibelakangnya jika mengantuk, James setuju dan melakukannya, angin tidak terlalu terasa diwajahnya jika ia melakukan itu karena tubuh Net yang lebar itu dapat menghalangi angin, jadi ia sambil memejamkan matanya sekalian.
James tidak menyangka jika hari itu adalah terakhir kalinya ia membonceng seperti itu pada Net, dan yang lebih membuatnya sedih nanti adalah kenyataan bahwa malam itu James sudah meyakini kalau ia telah jatuh cinta untuk pertama kalinya dalam hidupnya. James sudah menyimpan bau tubuh Net malam itu, Net meminta agar jaket hijau tentaranya itu disimpan saja oleh James, James dengan senang hati menyimpannya dan tidak sadar kalau itu adalah kenangan fisik Net satu-satunya untuk nanti. Selain itu James sudah menyimpan pria itu jauh didalam hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
februari
Fiksyen Peminat[NetJames Fanfiction] semua yang terjadi dibulan februari. ✍️: 2021 repost: 2022 status: telah direvisi seadanya, sudah selesai.