8. Rumor

78 4 0
                                    

Pagi harinya, Jaemin benar-benar menjemput Renjun, agar mereka bisa jalan ke sekolah secara bersama.

Yup, hari ini status Renjun sudah berubah. Dari single, menjadi taken. Walaupun dia belum memiliki perasaan apapun kepada Jaemin, Renjun tetap mencoba untuk membuka hati kepada pria lain.

Dia sudah sangat lelah menunggu Jeno.  Semakin dia menunggu Jeno, semakin Jeno mempermainkan perasaannya. Dan Renjun tidak suka akan hal itu.

"Udah sarapan belum? Kalau belum, sarapan di rumah-ku mau?" Tanya Renjun sebelum masuk ke dalam mobil Jaemin.

"Aku belum sarapan. Bagaimana kalau kita sarapan di luar? Masih sisa beberapa menit sebelum masuk sekolah. Aku tau bubur yang enak. Bagaimana? Kau mau tidak sarapan di luar?" Tawar Jaemin.

Renjun langsung masuk ke dalam mobil Jaemin. "Ayo." Seru Renjun dan mobil Jaemin pun bergegas pergi menuju tukang bubur yang enak.

"Tadi malam Jeno ke rumah-ku." Ucap Renjun, membuat Jaemin bingung.

"Jeno? Ngapain dia ke rumah-mu?" Tanya Jaemin.

"Dia bilang ingin mengembalikan tempat makan Mama-ku. Mama memberinya ayam geprek katanya." Seru Renjun yang hanya di balas oh ria oleh Jaemin.

"Dia bertanya tentang dirimu." Sambung Renjun.

"Wuah, benarkah? Aku merasa tersanjung." Seru Jaemin.

"By The Way, dia nanya apa?" Sambubg Jaemin yang penasaran akan pertanyaan yang di lontarkan Jeno.

"Dia nanya sejak kapan aku dan kamu dekat. Dia juga bertanya apakah aku menyukai dirimu atau tidak." Jawab Renjun.

"Lalu, kau jawab apa?" Tanya Jaemin.

"Aku jawab belakangan ini memang aku dekat dengan-mu. Kau sering mengajak-ku ke sana kemari. Tapi untuk pertanyaan aku menyukai dirimu atau tidak, aku tidak menjawab." Balas Renjun.

"Kenapa? Kenapa tidak di jawab?" Tanya Jaemin penasaran.

"Karena Jeno tidak mempunyai hak untuk menanyakan itu kepada-ku. Itu perasaan-ku. Mau aku menyukai seseorang atau tidak, bukan urusan dia." Balas Renjun.

Jaemin tersenyum mendengarnya. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusak surai rambut Renjun gemas. "Good girl. Sekarang waktunya kita turun." Titah Jaemin, lalu turun lebih dulu.

Renjun menatap sekitar. "Loh, udah nyampe?" Gumam Renjun, lalu ikut turun, menyusul Jaemin yang sudah lebih dulu turun.

Mereka pun mulai makan bubur di pinggir jalan.

Awalnya Renjun terkejut. Ia kira Jaemin orang yang gak suka makan di pinggir jalan. Ternyata ia salah.

Mereka pun mulai makan dengam hikmat. Setelah selesai makan, mereka berdua pun bergegas menuju ke sekolah.

Membelah kota jakarta selama beberapa menit, dan akhirnya mobil Jaemin sampai di halaman parkir sekolah.

Jaemin dan Renjun segera turun, dan masuk ke dalam sekolah secara bersama.

Tentu saja kebersamaan Renjun dan Jaemin membuat heboh warga sekolah. Banyak yang berspekulasi bahwa mereka menjalin kasih.

Renjun dan Jaemin tidak mengkonfirmasi ataupun menyangkal rumor itu. Mereka terlalu malas.

"Gue ke kelas ya. Nanti tunggu gue. Kita pulang bareng lagi." Peringat Jaemin, sebelum Renjun masuk ke dalam kelas.

Renjun mengangkat ibu jarinya, lalu masuk ke dalam kelas. Sedangkan Jaemin? Ia langsung jalan dan masuk ke dalam kelasnya sendiri.

"Lo jadian sama Jaemin?" Tanya Ryunjin kepada Renjun, dan langsung di sambut hangat oleh tatapan hangat Haechan.

Renjun langsung duduk di bangkunya. "Iya." Jawab Renjun yang langsung membuat heboh seisi kelas.

Ryunjin dan Haechan yang mendengar itu, langsung menarik Renjun menuju rooftop sekolah.

Sampai di rooftop sekolah, Ryunjin dan Haechan langsung mendudukkan Renjun di atas sofa yang tidak terpakai, di ikuti mereka yang duduk di samping Renjun.

Renjun hanya menghela nafasnya secara kasar, begitu dirinya di apit oleh kedua teman yang kepo-nya luar biasa.

"Kali ini lo beneran jadian sama Jaemin?" Tanya Ryunjin, menatap Renjun penasaran.

"Iya beneran." Jawab Renjun jengah. Kalau Ryunjin dan Haechan mengintrogasinya, alamat panjang dan sangat lama dalam mengintrogasi dirinya.

"Bukan karena taruhan atau t.o.d lagi?" Sekarang giliran Haechan yang bertanya.

"Enggak ada. Gue pure pacaran sama dia." Balas Renjun.

"Kok bisa? Lo suka sama Jaemin?" Tanya Ryunjin.

"Enggak suka. Rasa suka dan cinta gue masih stuck di Jeno." Jawab Renjun.

"Terus, kenapa kalian pacaran?" Tanya Haechan penasaran. Perempuan yang ada di sampingnya ini memang benar-benar susah di tebak. Haechan sama sekali gak tau jalan pikiran Renjun mau kayak gimana.

"Ya karena Jaemin nembak gue. Gue yang memang mau move on dan mencoba buka hati sama pria lain, mencoba untuk menerima Jaemin, walaupun gue belum ada rasa. Bukan-kah rasa itu akan timbul sendirinya? Jadi gue coba untuk memulai lembaran baru bersama Jaemin." Ucap Renjun, menatap Ryunjin dan Haechan secara bergantian.

"Tapi kalo misalkan rasa itu gak tumbuh juga gimana? Terus, emangnya Jaemin nembak lo karena suka sama lo?" Tanya Ryunjin. Ia tidak mau sahabatnya di permainkan lagi oleh laki-laki.

"Gue udah bilang sama Jaemin. Kalo gue udah bosen sama hubungan ini, hubungan itu akan berakhir, dan Jaemin tidak masalah akan hal itu. Dan mengenai perasaan Jaemin? Gue belum tanya pasti apakah dia cinta sama gue atau enggak." Balas Renjun yang langsung mendapat toyoran kepala oleh Haechan.

Renjun meringis, menatap Haechan dengan tatapan nyalang penuh peringatan. "Yak! Kau cari mati dengan-ku?!" Teriak Renjun kesal.

"Jangan bodoh kenapa sih Njun!" Ucap Haechan frustasi.

Renjun mengerutkan dahinya heran. "Bodoh kenapa sih? Perasaan aku salah mulu di mata kalian!" Sahut Renjun yang sama frustasinya dengan Ryunjin dan Haechan.

"Yak! Bagaimana kalau lambat laun kau menyukai Jaemin, dan ketika kau telah jatuh cinta kepada Jaemin? Jaemin memutusi-mu karena dia tidak menyukai diri-mu. Jaemin juga mengatakan kepada diri-mu kalau dia menjadikan-mu sebagai kekasih hanya karena sebuah taruhan bagaimana? Kau akan merasakan sakit lagi." Ucap Haechan, menatap Renjun kesal.

Renjun yang mendengar itu pun langsung menoyor kepala Haechan lalu tertawa. "Cerita-mu udah kayak yang di novel-novel." Ucap Renjun.

"Tapi yang di ucapkan Haechan itu ada benarnya juga loh. Kan kita gak tau apa yang sebenarnya terjadi sama Jaemin, sampai dia menyatakan cinta dengan dirimu. Udah gitu pernyataan cinta dia juga tiba-tiba kan?" Seru Ryunjin.

Renjun merenungkan ucapan Haechan dan Ryunjin sejenak. "Ya kalau misalkan itu terjadi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa menyalahkan Jaemin dan hanya bisa menyalahkan diriku sendiri?" Seru Renjun.

"Maka dari itu! Kau jangan menggunakan perasaan lebih dalam mencintai seorang pria! Kau juga harus tanyakan apa niat Jaemin dalam menjadikan dirimu sebagai kekasih!" Ucap Haechan, menatap Renjun penuh peringatan.

AFTER SEVEN DAY - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang