9. Sorry I Can't

78 4 0
                                    

*kring* bel istirahat pun berbunyi. Dengan semangat empat lima, Renjun langsung keluar dari kelasnya dengan menggandeng tangan Ryunjin dan Haechan.

Di sepanjang jalan menuju kantin, Renjun, Ryunjin dan Haechan terus mengobrol ria. Tidak perduli apakah orang lain kesal atau tidak, terganggu atau tidak dengan obrolan mereka. Mereka kalau sudah mengobrol ria? Serasa dunia hanya milik mereka bertiga, yang lain seakan ngontrak di dunia.

"Eoh, apaan tuh rame-rame?" Tanya Ryunjin, menunjuk kerumunan yang ada di tengah lapangan,  yang membuat jalan mereka terhenti.

Haechan dan Renjun menatap tunjukkan yang Ryunjin berikan.

"Oh iya! Ada apaan tuh!" Seru Renjun, dan langsung menarik Ryunjin dan Haechan ke arah kerumunan itu.

Siapa tau pertunjukkan penting, kan gak ada yang tau. Atau lagi bagi-bagi uang.

"Misi!" Teriak Renjun yang sudah memasang jiwa brandal-nya.

Para murid pun langsung memberikan akses untuk Renjun. Walaupun Renjun udah jarang berantem, Renjun tetap masih di takuti di sekolah.

Setelah mendapatkan akses, Renjun pun mulai masuk ke dalam kerumunan, untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Netra Renjun membelalak terkejut ketika melihat Jeno dan Jaemin tengah berkelahi.

Tanpa menunggu apapun, Renjun langsung memisahkan mereka berdua.

*bugh* satu tinjuan berhasil Renjun layangkan ke rahang milik Jeno.

Jeno yang ingin memukul Jaemin lagi pun terdiam ketika mendapatkan pukulan dari Renjun.

Setelah memukul Jeno dan Jeno diam, tidak memukul Jaemin lagi, Renjun pun bergegas membantu Jaemin.

"Misi!" Teriak Renjun agar teman-temannya memberi akses untuk dirinya.

Renjun langsung membawa Jaemin, begitu dia mendapatkan akses untuk pergi.

Renjun terus memapah Jaemin pergi ke UKS, meninggalkan kerumunan, dan meninggalkan Jeno yang saat ini tengah menatap dirinya.

Jeno tersenyum lirih begitu melihat Renjun yang terus menjauh dari dirinya. Entah kenapa hatinya merasa sakit ketika Renjun memukul dirinya, lalu pergi meninggalkan dirinya bersama Jaemin. Jeno gak suka ketika Renjun lebih memilih untuk membawa Jaemin, daripada dirinya sendiri.

'Apakah cinta-mu sudah benar-benar hilang?' Gumam Jeno, lalu beranjak pergi dari kerumunan.

Sedangkan di lain sisi, Renjun dengan telaten membersihkan luka Jaemin.

"Lo kenapa bisa berantem sama Jeno?" Tanya Renjun penasaran.

"Gue juga gak tau kenapa. Mungkin Jeno iri karena gue lebih tampan dari dia." Seru Jaemin.

"Aw!" Ringis Jaemin ketika Renjun menekan lebih dalam lukanya.

"Jawab yang benar Na Jaemin!" Peringat Renjun, menatap Jaemin penuh peringatan.

Gak mungkin Jeno asal main pukul orang, kalau orang itu tidak mempunyai salah dengan dirinya.

Bukannya menjawab pertanyaan Renjun, Jaemin malah terkekeh gemas melihat tingkah Renjun. "Wuah bener-bener cari mati ini anak! Mau gue teken lagi?" Ancam Renjun yang sudah siap ingin menekan luka Jaemin.

"Iya iya enggak! Gue bakalan jawab!" Ucap Jaemin, ketika Renjun ingin menekan lebam-nya.

"Ini urusan laki-laki Njun. Lo gak usah tau ya?" Pinta Jaemin.

Renjun pun hanya bisa menghela nafasnya pasrah. Ia tidak bisa memaksa Jaemin untuk memberi tau akar permasalahan antara dirinya dan Jeno.

Semua orang punya masalah bukan? Jadi Renjun cuma bisa diam, kalau Jaemin tidak mau memberitahu-nya.

Renjun pun melanjutkan acara membersihkan luka dan lebam Jaemin. Setelah selesai, Renjun pun mengembalikan kotak p3k ke tempat semula, lalu kembali ke hadapan Jaemin.

Saat ini Renjun tengah duduk di kursi UKS, sedangkan Jaemin duduk di ranjang UKS.

Mereka hanya saling menatap dengan diam. Tidak ada yang berniat membuka suara, sampai akhirnya Renjun memutuskan untuk membuka suara terlebih dahulu.

"Na, apa alasan sebenarnya lo menjadikan gue sebagai kekasih lo?" Tanya Renjun, menatap Jaemin yang tengah menatap dirinya juga.

"Kalau misalkan gue bilang, gue suka sama lo. Lo percaya gak?" Tanya balik Jaemin.

Renjun sedikit terkejut akan hal itu. Pasalnya Jaemin dan Renjun itu dulunya tidak saling kenal. Entah-lah, Renjun tidak kenal Jaemin. Dan baru-baru ini mereka dekat. Masa iya Jaemin suka sama Renjun?

"Sejak kapan?" Tanya Renjun, tidak mengalihkan tatapannya.

"Sejak pertama kali lo buat kerusuhan pas mos, karena lo gak mau mengikuti arahan kakak kelas yang memberikan tugas yang gak masuk akal, menurut diri lo." Seru Jaemin.

Renjun membelalak tak percaya dengan ucapan Jaemin. Jaemin sudah lama menyukai dirinya? Tapi ia tidak tau akan hal itu?

"Jangan bercanda Na!" Peringat Renjun.

Jaemin menghela nafasnya kasar. Ia sudah tau kalau Renjun gak akan percaya dengan ucapannya. "Gue gak bercanda Huang Renjun." Ucap Jaemin.

Renjun menatap manik mata Jaemin, dan Renjun tidak menemukan kebohongan di mata Jaemin.

"Kalo emang lo suka sama gue dari dulu, kenapa lo baru bilang pas kita kelas 12?" Tanya Renjun.

Jaemin seperti seorang tahanan yang sedang di introgasi oleh polisi saat ini.

"Gue takut." Ucap Jaemin.

Renjun menautkan kedua alisnya. "Takut? Takut kenapa?" Tanya Renjun penasaran.

"Gue takut lo nolak gue. Terlebih ketika gue denger lo jalin kasih sama Jeno, sahabat gue." Seru Jaemin.

"Tapi maaf Na, gue gak suka sama lo. Perasaan gue masih stuck di Jeno." Seru Renjun. Renjun tidak mau memberikan harapan lebih untuk Jaemin. Ia tidak mau terkena karma karena memberikan harapan lebih kepada seseorang, padahal dirinya tidak suka dengan orang itu.

"Gue tau kok. Gue tau kalo lo gak bisa melupakan Jeno. Tapi gue gak keberatan akan hal itu." Seru Jaemin.

"Kita jalanin dulu hubungan yang sekarang. Nanti kalo lo mau mengakhiri hubungan ini karena mau kembali dengan Jeno? Silahkan, gue gak pernah larang lo untuk kembali dengan dia." Ucap Jaemin.

"Na, sorry. Gue gak bisa. Gue gak mau terikat hubungan yang tidak ada cinta di dalam-nya. Gue juga gak mau kena karma." Seru Renjun, memperingati Jaemin.

Jaemin terdiam sejenak. Memikirkan semua ucapan Renjun.

Dengan helaan nafas berat, Jaemin akhirnya memutuskan untuk menuruti semua keinginan Renjun. "Jadi, hubungan kita berakhir nih?" Tanya Jaemin, menatap Renjun.

Renjun mulai beranjak dari kursinya, setelah mendengar ucapan Jaemin. Dengan perlahan, ia menghampiri Jaemin yang tengah duduk di atas ranjang UKS.

Renjun pun memegang kedua tangan Jaemin dengan kedua tangannya. "Maafkan aku ya Jaemin. Aku gak  mau memberikan harapan untuk seseorang yang tidak aku sukai. Aku tidak mau nantinya kena karma akan hal itu. Kau boleh membenci-ku, kalau kau mau." Ucap Renjun.

Jaemin tersenyum mendengarnya. Perlahan ia mengangkat tangannya, dan mencentil dahi Renjun.

"Bagaimana bisa aku membenci seorang ketua geng di sekolah ini. Bisa-bisa aku habis dengan teman-temannya." Ucap Jaemin, di iringi kekehan di akhir kalimat.

AFTER SEVEN DAY - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang