Part 2 (Maaf)

60 4 1
                                    

Part 2: Maaf
By: Yanz Lian


-Arya POV-

"Jadi Lala itu sedang hamil, makanya kami harus segera menikah." Ucap pria mungil itu dengan wajah tertunduk.


Seketika dadaku bergemuruh, darahku mengalir panas dengan cepat menuju kepala. Aku nyaris membalikkan meja saking emosinya, "APA-APAAN INI?!!!" Teriakku marah, aku benar-benar terkejut sekarang.


Aku menatap Lala dengan tajam, mataku panas, rasanya aku hampir menangis saking emosinya, aku enggak bisa percaya... dia gadis mungil yang rasanya baru kemarin aku gendong sosoknya yang masih bayi, rasanya baru kemaren aku menggegam tangan mungilnya ketika aku mengantarnya ke TK, gadis yang aku rawat dan aku sayangi seperti bunga setiap hari.

Bisa-bisanya ada yang merusak adikku!!!

"Abang... hhhikkhh..." Lala menangis lirih.

"Nak, ada apa ini?" tanya bapak kebingungan.

Mataku merah, tanganku gemeretakan emosi, aku tonjok pemuda itu dengan keras, nyaris aku menghajarnya dengan brutal karena aku merasa seperti kesurupan sekarang saking emosinya, tapi Lala memelukku erat sambil menangis kencang, "Abaaaang... udaaaah... udaaah... Ampunnnn Lala minta maaap..."

Aku gak bisa menahan air mataku lagi, harga diriku benar-benar tersakiti sekarang karena adik yang kurawat sepenuh hati justru dirusak orang lain. Aku dan Lala berpelukan erat, dia berusaha menenangkanku dengan mengusap-usap punggungku, kami berdua sama-sama terisak dalam diam.

Suasana hening untuk sesaat, Lala menarik tanganku dan meletakkannya ke kedua pipinya, dia mendongak menatapku dengan tatapan memohon, "Maafin Lala..."

"Kamu kenapa kecewain abang? Abang kan sudah bilang hati-hati sama laki-laki." Suaraku serak sekarang karena rasanya tenggorokanku tercengkram.

"Maaf, semuanya terjadi begitu ajaaa..."

"Dia perkosa kamu? Kalau iya kita laporin ke kantor polisi sekarang!" ucapku masih kesal.


Lala menggeleng dan menciumi tanganku, "Enggak bang... kami berdua sama-sama suka."

Aku menonjok dinding dengan emosi, "Aaaaaargghh!!! Aku gagal!!! Aku gagal!!!" teriakku.

Lala memelukku dari belakang lagi, "Maafin Lala, abang udaaaahhh.... udaaaahhh..." aku bisa rasakan punggungku basah karena tangisan Lala, aku terdiam dengan wajah bersandar pada dinding.


Aku mencoba meredakan emosiku, adikku melewati masa-masa sulit yang aku enggak tau dan aku gak boleh memperumitnya sekarang.

Setelah aku mulai tenang, aku kembali duduk ke kursi, aku tatap pemuda yang menghamili adikku, sudut bibirnya berdarah karena tinjuanku, wajahnya dingin seolah tak gentar oleh gertakanku, dia terlihat sangat tenang dan berwibawa mungkin karena dia seorang pemimpin yang biasa terlihat cool?

Walau setelah aku lirik ke bawah, lututnya gemetar, dia hanya mencoba terlihat cool dibalik ketakutannya.

"Aku mencoba menghargai niat baikmu buat bertanggung jawab. Tapi kau pikir pernikahan itu main-main? Berapa umurmu? 20? 23?" tanyaku mengintimidasi.

"Aku sebenarnya, 30 tahun."

Aku ternganga sesaat, dia terlihat lebih muda dari usianya mungkin karena tubuhnya yang kurus dan kulitnya yang putih terawat. "Yaaa... usia itu bukan penentu. Apa yang bisa kamu andalkan sebagai seorang suami?"

"Aku pengusaha butik, punya 23 cabang di seluruh Indonesia, aku memiliki beberapa property untuk tabungan masa depan, investasi saham dan cryto juga. Dan terakhir ini..." Pemuda itu mengangkat tas jinjingnya ke atas meja, lalu dia buka tas itu, terlihat banyak tumpukan uang berwarna merah, aku tidak tau pasti jumlahnya tapi seperti ratusan juta, "Ini mas kawin untuk Lala, ada sedikit penghasilanku akhir-akhir ini sekitar lima ratus juta."

Kedua orang tuaku terlihat terkejut dan terpana, karena mereka belum pernah melihat uang banyak. Aku tertawa meremehkan, "Oh orang kaya, jadi bagimu persiapan nikah itu Cuma tentang harta? Sempit sekali pemikiranmu!"

"Nak sudah, Zee mau tanggung jawab juga itu berita bagus kan, adik kamu ini emang sudah waktunya menikah, dia sudah 25 tahun, ya kalau bukan karena tragedi ini Lala akan selalu menunda nikah kan." Bujuk ibuku.

"Oh jadi ibu gampangan gitu aja nerima-nerima lamaran? Kalian mendadak kegirangan melihat banyak uang?" aku ngos-ngosan kesal.

"Arya! Cukup" bentak bapak, "Adik kamu ini dalam situasi sulit! Di desa kita banyak wanita yang dihamili tanpa ada yang tanggung jawab! Ada yang menikahi pun kadang tidak ada modalnya. Kamu harusnya bersyukur ada yang mau menikahi adikmu!"


Aku merintih kesal, "Lala... dia adik aku... bukan gini caranya... bukan kaya gini yang aku mau...." aku kehabisan kata-kata sekarang, sungguh kesal, aku langsung masuk ke kamar dan membanting pintu dengan keras.


...


-Zee POV-

Aku sekarang berbaring di kamar Lala, sambil memainkan kotak cincin untuk lamaran, kami memilih cincin ini bersama dan dia mau yang designnya sederhana dan manis. Di usia kepala tiga ini, aku gak pernah mengidamkan cincin seperti ini mengikatku seumur hidup.

Tapi enggak seumur hidup juga sih, aku dan Lala sudah menandatangani kontrak kalau aku hanya merawatnya hingga dia melahirkan, kemudian kami akan membuat skenario kalau Zee mati kecelakaan. Kemudian kami akan kembali ke kehidupan normal.


Lala tersedu, dia masih menangis, "Zee... Maaf... aku jadi menyeret kamu ke situasi sulit."

"Hmmm" jawabku singkat.
Lala belum cerita padaku apa kronologis yang membuatnya hamil, setiap aku tanya dia menangis histeris, dia masih trauma dan aku ga bisa mengorek lukanya itu. Biarkan waktu yang menjawab.

Tapi aku enggak menyangka Lala hamil, aku pikir dia polos. Gadis yang terlihat polos memang berbahaya.

Lala mencoba mengobati bibirku yang luka, "Maaf... hikss..."

"Udah ya, aku capek dengar maaf kamu." Lala menatapku dengan tatapan anak anjing, aku menghela nafas panjang dan memelukku, "Kita bakal baik-baik aja, aku sahabat kamu, udah tugasku lindungin kamu." Ucapku sambil mengelus kepalanya.

Lalu ada ketukan pintu, ibu Lala datang, "Nak Zee, walau kalian akan menikah tapi kurang baik kalau kalian tinggal sekamar. Kamu pindah ke kamar Bang Arya aja ya."

Mataku membulat, what? Sekamar sama Arya?

Lala menggeleng keras, "Ibu ga liat betapa murkanya abang sama Zee? Nanti Zee disakitin!" ucap Lala sambil memelukku.

"Ibu tadi udah ngobrol sama Arya, dia udah tenang sekarang, dia udah bisa berdamai sama amarahnya. Yuk, gak usah takut."

Aku menghela nafas dalam, Lala menatapku khawatir, aku tepuk puncuk kepalanya sambil menggeleng tanda aku gapapa.

Aku mulai menyeret koper dan tas ranselku, ibu mengarahkan kamar Arya, "Ketuk aja ya."

Aku mengangguk sambil tersenyum, "Makasih ya bu."

Dengan mantab aku mengetuk pelan, ga ada respond, aku ketuk sekali lagi, masih gak ada respond. Aku coba dorong pintunya pelan, terlihat sosok Arya yang sedang duduk mengenakan baju koko, sarung dan songkok, dia mulai menolehkan kepalanya ke kanan dan diri, sepertinya dia lagi sholat dan baru aja selesai.

Dia menatapku, "Masuk!" ucapnya.

Aku masuk dengan gugup, aaaa aroma Arya memenuhi ruangan. Aku tatap kamarnya yang kecil ukuran 3x3 ini, Cuma ada satu kasur? Apa artinya kami akan tidur bersama?

 Arya merapikan pakaian ibadahnya dan sekarang hanya mengenakan kaos hitam dan celana pendek selutut, dia terlihat lebih tenang, mungkin karena dia habis sholat akhirnya dia gak barbar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arya merapikan pakaian ibadahnya dan sekarang hanya mengenakan kaos hitam dan celana pendek selutut, dia terlihat lebih tenang, mungkin karena dia habis sholat akhirnya dia gak barbar lagi.

"Aku harap, kamu benar-benar tulus ngejaga adik aku." Ucapnya dengan ekspresi kalem.


"Iya, tentu aja. Abang gak perlu khawatir."


"Lala itu segalanya buat aku, dia jatuh karena batu aja, batunya yang aku marahin, aku gak mau ada orang yang nyakitin dia."

Arya ini bener-bener abang yang perhatian, Lala sering curhat masalah keluarganya yang harmonis, semuanya saling support, memang abangnya galak tapi hubungan mereka sangat erat.

Beda sekali dengan keluargaku, yang tersisa hanya ayah tiri dan adik tiri benalu yang kalau berkunjung palingan minta uang.

"Lemariku masih ada ruang kosong, bisa kamu susun pakaianmu disana." Ucap bang arya.


Aku menunduk dan mulai menyeret koperku ke dekat lemari, saat aku mengangkat kaos-kaosku tanpa sengaja bra ku ikut terbawa dan tergantung jelas di tanganku.

Arya menatapku bingung, Aku panik, "Haahahahaha ini ini... bra Lala kok sampai bisa masuk ke tas aku ini sih..."


TBC



Bisa gak ya Zee survive hidup sekamar dengan Arya?

Fake HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang