Part 6 (Masak)

37 7 1
                                    

-Zee POV-

Lala yang tadinya duduk anteng mulai bangkit menatapku, "Mau nasi goreng!" Ucapnya semangat.

Aku mendelik malas, "Yaudah minta masakin ibu..."

Lala mulai memelas, "Aku maunya Zee yang masak..."

Aku menatap kesal, "Yeee sejak kapan aku bisa masak!!"

"Gamau tau! Pokoknya Zee harus masak!" Lala menggembungkan pipinya.

Aku bangkit dari tempat duduk sambil berbisik kesal, "Hisssh... Sehari aja gak jadi beban ga bisa apa ya..."

"Aku denger loh!!" Sambung Lala.

****

Saat kami memasuki dapur, aku melihat ada Bang Arya lagi telanjang dada dan tangannya berlumuran darah, "Ngapain bang?" Tanyaku shock dengan ekspresi muka jijik.

"Lagi bersihin rusa, ada yang masuk perangkap babi tadi pagi. Lumayan buat lauk." Sambungnya, walaupun Arya tetep fokus menunduk sambil mencincang rusa.

Aku menutup hidungku, "Bisa gak bersihinnya di teras dapur aja? Bau! Aku mau pake dapurnya nih"

Arya melirikku ketus, "Lah ngatur... Yang punya dapur siapa emang?"

Aku mendorongnya, "Ngalah bentar bisa gak sih bang! Tamu itu harusnya dikasih perlakuan special dong!"

Arya masih terus menguliti rusa tanpa memperdulikan ku, "Tamu gak penting!!! Udah udah ngapain sih rusuh amat di dapur, gak bisa lihat aku lagi sibuk sekarang?"

Aku injak kaki Arya dengan kesal, dia melirikku dengan cepat. Dengan tangannya yang kotor penuh darah, dia meremas kedua pipiku. Aku histeris karena sekarang wajahku penuh darah, "Aaaaaaaaa!!! Aaaaa!!!"

Arya ketawa puas melihat aku yang panik, Lala dengan cepat datang. Dia malah ikut ketawa, "Haha yaampun, Zee kenapa cemong?"

Aku memejamkan mataku karena panik, "Buruan bantuin bersihin! Jangan malah ketawa ngejek doang!!"

Arya menahan Lala, "Gak usah dibersihin, biarin aja dia kotor begitu! Ahahahahaha..."

Mataku sampai berair, aku mual dan dengan seketika aku muntah di wastafel, "Hoeeeek... Aaah..."

"Yang hamil aku malah Zee yang muntah-muntah hihi..." Celoteh Lala sambil menepuk-nepuk punggungku.

Lala mengambilkan kain basah untuk membersihkan pipiku yang penuh darah, mataku yang merah kesal menatap Arya, dia benar-benar tidak ramah!!!

Suasana kembali hening, terpaksa aku berdiri bersebelahan dengan Arya dan mengurus urusan kami masing-masing.

Lala menyodorkan bawang bombai, wartel dan kol. Aku sebenarnya gak terlalu familiar dengan urusan dapur apalagi memegang pisau, tapi dengan sok taunya aku mencincang bawang bombai dan menggenggam pisau dengan dua tangan, otomatis bawangnya melayang kemana-mana.

Arya tertawa mengejek, "Haha apaan sih rusuh amat, udah ya... Aku bilang ga usah ngurusin dapur! Sini aku yang potongin." Arya mulai mencuci bersih tangannya kemudian mencincang bawang dengan cepat dan rapi.

Mataku terpana, "Wah jago.... Bakat masak ya? Wajib daftar Liga dangdut Indosiar nih!"

Arya menoyor kepalaku, "Master chef kali!!"

Mataku kembali salah fokus ke badan bang Arya yang mengkilat karena keringat, aku langsung punya fantasy membuka restoran dengan open kitchen kemudian orang-orang bisa liat Arya masak dengan telanjang dada, eh tambah celemek deh biar image chef-nya melekat!!

Ah sepertinya ini sebuah ide bagus kan! Cewek-cewek kecentilan di kota pasti langsung membanjiri resto!

Aku terus menatap Arya yang mulai memasukan telur dan semua bahan ke penggorengan dan mengaduk lincah seperti chef profesional.

Sedangkan Lala duduk santai di belakang kami sambil ngerujak.

Bang Arya arahin sendok ke mulutku, "Cobain..."

Aku cicipin sedikit dan mataku berbinar, "Woaaah enak! Beneran deh bang Arya bakat masak!"

Arya tertawa sombong sambil menepuk-nepuk dadanya. Aku membantunya mengambilkan 3 piring karena porsi nasi goreng yang dia masak lumayan banyak.

Ya kami cuma makan bertiga karena dengar-dengar ibu dan bapak lagi di sawah.

"Bang, gimana kalau setelah kami nikah, kamu ikut kami ke kota. Nanti aku modalin bisnis, aku bukain restoran, biar Abang jadi chef disana." Tawarku.

Dia menatapku serius, "Apaan sih, baru kenal gak usah sok baik."

Aku mendengus kesal, "Ya kita kan keluarga nantinya! Ya aku mau Abang juga berkembang, mumpung Abang masih muda!" Ucapku semangat.

Dengan wajah cuek dia melanjutkan makannya, "Berkembang apaan sih, apa yang salah sama kerjaanku sekarang? Aku seneng seneng aja hidup gini."

Aku melirik Lala sekilas, "Bahagia apanya? Abang menginjak 32 tahun tapi masih single dan stuck dengan kerjaan kasar. Lala bilang Abang juga ditinggal nikah sama mantan Abang karena gak bisa ngelamar? Harusnya sejak itu Abang sadar kalau mengembangkan ekonomi itu penting!"

Lala menampar pipiku pelan, "Zee!!! Isssh jangan bahasss itu! Abang sensitif kalau bahas itu!!"

Terlihat Arya berhenti menyendok makanannya, dia hanya diam menatapku dengan tatapan serius. Haaaah gila gila... Lagi lagi aku blunder untuk kesekian kalinya! Ni mulut kenapa ga bisa dijaga sih!!!

Arya bangkit tanpa menghabiskan nasinya, dia juga hanya diam tanpa membalas ucapanku. Fix ini seriusan marah sih!!!

Aku panik, "Gimana dong!!" Tanyaku pada Lala.

Lala memelas, "Yaudah biarin aja dulu Abang sendiri, nanti malam aja kamu minta maafnya."

Makanan yang tadinya terasa lezat mendadak jadi tawar, aku benar-benar gak enak sudah mengucapkan sesuatu yang sensitif. Aku mengutuk diriku sendiri, kenapa bisa sebodoh ini! Harusnya aku jangan sok tau!

TBC

Gimana ya caranya Zee mengatasi masalah ini?

Jangan lupa fav dan komen ya!

Fake HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang