Part 4 (Suasana)

46 5 1
                                    

Part 4 (Suasana)

By yanz

20 des 2021


-Zee POV-

Tidurku terbangun ketika aku merasakan sebuah jentikan di keningku, perlahan aku buka mata dan aku lihat muka ketus arya di hadapanku.

"Nyenyak tidurmu hmm?" tanya Arya sedikit menyindir.

Aku menyengir, "Hehe..."

Arya mendorong tubuhku yang sejak tadi menempel di badannya, dia merenggangkan tangannya, "Badan aku sampai keram setengah gara-gara kamu tidur di dadaku, dan lihat ini! Kamu ngiler di dada aku."

Aku meringis merasa gak enak, "Sorry, aku lupa bilang kalau aku punya kebiasaan tidur yang jelek."

"Nanti malam kamu tidur di lantai." Tegas Arya sambil bangkit dari kasur.

"Jangan dooong, aku tidur di kasur keras kamu aja udah pegel-pegel bang, apalagi kalau tidur di lantai."

Arya hanya mendengus kesal dan gak menjawab, perlahan dia buka pakaiannya, aku tutup mukaku sambil bertanya, "Ngapain buka baju?"

"Mau mandi," jawabnya.

Aku cek jam di handphoneku, "Masih jam lima pagi loh."

"Aku mau sholat." Jawabnya sambil mengambil handuk.

Muka aku langsung memerah, ni cowok walau judes-judes begini, kalau rajin ibadah gini bawaannya hati aku adem ngeliatnya. Anjrit... aku langsung ngerasa idaman sekali kamu wahai abang.

--

Jam 07:05 pagi, makanan sudah tersedia dimasakin mamanya Lala, kami mau sarapan tapi lesehan gitu duduk di lantai dengan posisi melingkar. Ada ikan bakar, ikan goreng, tahu dan tempe goreng, sayur tumis, lodeh dan sambel.

Aku jujurly *?* enggak biasa makan makanan kaya gini, tapi karena aku menghormati keluarga Lala, aku gak protes apapun. Aku mulai perhatikan mereka yang makan menggunakan tangan, "Mas Zee ayo makan, gak usah malu," Tawar bapaknya Lala.

Aku senyum kecut, mulai ikut cuci tangan dan ambil nasi, Lala juga ambilin aku ikan dan sayur bikin Arya agak bete, "Apaan sih manja banget, pake disiapin segala."

"Wuuuh abang cemburu ya, sini Lala siapin juga makannya abang." Jawab Lala sambil mengambilkan Lauk dan sayur untuk Arya.

Arya melirik aku yang duduk di sampingnya, "Makan apaan dikit amat nasinya!" ucap Arya sambil menunjuk perbandingan piringku dengan Nasinya yang bertumpuk segunung seperti porsi kuli.

"Aku gak biasa sarapan banyak," ucapku sopan, tapi Arya ngeyel menambahkan nasiku yang banyak. Aku biasanya kalau pagi gak makan berat, palingan roti atau pancake.

"Kamu gak makan sambel?" bawelnya lagi.

"Aku gak makan pedes." Jawabku.

Tanpa izinku Arya malah ngeyel menyendokkan sambel ke piringku, "Laki kok gak suka pedes? Lemah!!"

Aku yang gak enak sudah disiapkan makan terpaksa makan tanpa protes sampai mukaku merah dan mataku berair, "Yaampun Zee sampai merah gitu... Ibuuukkk!!" teriak Lala panik.

Kulit aku yang putih dan sensitif tentu aja gampang merah kalau aku makan pedes, tapi Arya malah tertawa tipis melihat aku tersiksa. Yasudah lah aku mencoba menerima bullyannya yang penting moodnya jadi bagus lagi sekarang.

Ibu dengan sigap menyodorkanku teh hangat, aku minum sambil ditepuk-tepuk pelan punggungku, "Yaampun, maaf ya Nak, Bang Arya emang suka jahil gitu."

Aku senyum pelan, "Gapapa kok bu."

Senyum dan tawa ceria terpapar di keluarga ini, aku sampai lupa udah berapa lama aku gak pernah makan sama keluarga. Keluarga Lala ini membuatku merasakan kembali kehangatan keluarga, dan makanan rumahan memang terasa nikmat dengan suasana sehangat ini.

--

Ada suara keras dari HP jadul milik Arya, dia mengambil HP itu kemudian meloadspeakernya, aku terkejut dong. "Haloo pak burhan?" ucap Arya dengan suara keras nyaris teriak dan posisi handphone ada di depan mukanya. Yaampun dia ini gaya nelfonnya kok kayak bapak-bapak banget sih!

Dia ketawa dan ngobrol sangat keras, membuatku eneg dengan cara telfonannya, padahal kan ngomong pelan juga sampe kok, santai aja kalau telfonan itu.

Setelah menutup telfonnya, Arya menatapku, "Ikut aku! Ada kerjaan, sebagai calon anggota keluarga ini kamu harus tau kerjaan kami apa aja dan aku juga mau kenalin kamu sama warga sekitar biar gak terjadi fitnah karena ada cowok asing di rumah kami."

Yaaah aku hanya ikut-ikut aja sesuai ucapan Arya. Habis mandi, kami mulai jalan melewati beberapa rumah warga, Arya selalu tersenyum hangat pada orang-orang yang lewat, terlihat dari pakaian lusuh mereka sepertinya orang-orang ini sibuk di pagi hari untuk pergi bertani.

"Bang Arya sama siapa? Ganteng banget ini kaya artis korea." Sapa seorang ibu-ibu.

"Bu Dusun, kenalin ini Namanya Zee Hermawan, calon suaminya Lala, dibawa dari kota bu." Ucap Arya.

"Yaampun, beruntung sekali Lala dapat suami orang kota. Kapan ini nikahannya?"

"Lagi diurus secepatnya ya bu, Nanti dikabarin kok orang sekampung," Jawab Arya. Aku yang kikuk Cuma membalas dengan senyuman tipis.

Banyak sekali dari tadi orang yang lewat, menyapa kemudian kenalan, jiwa introvertku meronta-ronta, aku merasa pusing dan kelelahan. Ternyata cukup banyak warganya di sekitar sini, padahal di depan gang sana rumah warga itu sangat renggang, setelah masuk pedesaannya baru padat penduduk.

Setelah perjalanan lebih sejam akhirnya kami sampai, dengan muka badmood dan berkeringat aku bertanya, "Kita harus ngapain?"

Arya menunjuk pohon pisang, "Ini kebun pisang bapak, Tadi ada kerabat yang telfon mau beli pisang. Jadi kita ambil buah pisang hari ini." Arya mulai mengeluarkan goloknya yang dililit kain dari tadi, "Aku kasih contoh gimana caranya menebas batang pisang," Tangan Arya mengeras, dan sekali tebasan langsung putus batang pisang kecil yang di dekat buahnya.

"Sekarang kamu cobain," kata Arya, aku shock dong.

"Aku gak biasa pegang benda tajam," jawabku lemas.

"Mulai dari sekarang dibiasain." Tegas Arya.

"Ngapain sih bang, ini bukan kerjaan aku." Ucapku bete.

"Ya aku Cuma mau ngajarin kamu, apa salahnya? Kamu juga harus tau gimana rasanya hidup susah biar kamu lebih senghargain hidup dan gak bertindak semaumu."

Aku mendelik kesal, aku rampas golok Arya tadi, dia menontonku dengan seksama dan berdiri di samping pohon pisang. Dan benar saja, ayunan pertama itu golok langsung melayang terlepas dari genggamanku, aku shock karena nyaris banget kena Arya, kemudian goloknya tertancap di pohon pisang di sebelahnya.

Arya tertawa tipis, "Dasar orang kota lemah!" aku kesel banget Arya ini Toxic maskulinity mulu dari kemaren, cowok dipaksa harus kuat mulu.

Arya ambil goloknya, dia pegang tanganku kemudian mengarahkan gimana harusnya posisi tanganku menggenggam supaya kokoh. Aku memerah merasakan kehangatan tangan Arya.

Setelah lima kali percobaan, aku ngerasa tanganku kesakitan dan bener aja setelah aku cek tanganku lecet, "Duh..." ringisku pelan sambil natap tangan.

Arya narik tanganku buat ngeliat kondisi lukaku, malah dia gosok-gosok lukaku dengan jempolnya, "Tangan orang kota lembut banget sih, kerja dikit aja sampai bisa lecet gini.. orang kota orang kota..." ejeknya sambil tertawa sinis.

Aku menarik tanganku kesal, walau aku ga bisa sembunyikan ekspresiku sebenarnya aku lagi senyum salting, gak tau kenapa suasananya aneh kami berdua diam dengan senyum salting masing-masing.

TBC

Fake HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang