-Zee POV-
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Lala Larasati bin Nurdin dengan maskawinnya yang tersebut, tunai." Ucapku mantab
"Sah?"
"SAH!!"
Detik itu juga pernikahanku dengan Lala resmi, walaupun hanya dengan pernikahan sederhana. Aku menoleh ke arahnya dengan senyuman canggung, tapi Lala hanya tertunduk lesu, aku senggol lengan Lala sambil berbisik, "Jangan terlalu ketara lah gak bahagianya, akting dikit dong...."
Lala menghela nafas panjang, kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar seperti biasa. Sesuai dugaanku, apa yang terjadi sekarang jadi menyebar desas desus gak enak tentang keluarga Lala, orang mulai berspekulasi dan bergosib karena nikahan yang terlalu mendadak ini apalagi berita yang awalnya pesta besar yang digembar-gemborkan malah gak jadi.
Aku terlalu gerah ngeliat orang berbisik-bisik tiap kali kami lewat, disaat aku kebakaran, keluarga Lala malah adem ayem aja, "Kalau tinggal di desa itu harus punya kuping yang tebal," ucap ibu dengan senyum kalem.
Aku terkekeh, "Haha iya, hidup di kota dompet yang harus tebal, hidup emang adil."
Dalam beberapa hari lagi aku dan Lala bakal balik ke kota, harusnya aku lega dong tapi gak tau kenapa rasanya ada beban di dadaku, aku belum mau pulang.
Perlahan aku melangkah ke kamar Arya dan menyentuh dinding ulinnya yang dingin, baru seminggu aku tinggal di sini, tapi sudah takut kehilangan.
Aku lirik baju arya yang ditaruh di jendela, ini baju favorit Arya, udah robek aja masih sering dipake ni kaos biru gelap. Aku lirik sekitar, dan di atas lemari aku liat gelas yang isinya peralatan jahit. Anggap aja ini hadiah terakhirku buat Arya, aku mau berbaik hati menjahitkan bajunya yang ada sobekan di keteknya ini. Aku kan risih tiap hari liat bulu keteknya beterbangan.
Saat aku duduk khusyuk di dekat jendela sambil menjahit, tiba-tiba Arya datang, "Pengantin baru ngapain di kamarku?" tanya Arya ketus.
"Gapapa bang, gabut aja,"
Arya mengernyitkan keningnya, "Gabut? Apaan tuh gabut?"
"Masa abang gak tau? Ya susah sih ngobrol sama orang gak kenal internet. Gabut itu apa ya... itu gak ada kerjaan, kayak bingung mau ngapain.."
"Kerjaan banyak, tuh kebun dicangkul, sampe sebulan juga belum tentu kelar itu kebun dicangkul,"
Aku terkekeh pelan, Arya mulai mendekatiku, "Bajuku diapain? Mau ngerjain aku ya?"
Aku memutar bola mataku judes, "Seudzon aja bisanya, ini aku lagi baik mau jahitin baju abang. Nanti kan aku bakal pergi dari sini, ya aku mau ninggalin jejak kenangan lewat jahitan ini,"
Arya senyum pahit, "Beneran mau pergi ya? Bakal kangen dong..."
Deg...
Aduh jantungku, gini aja aku langsung meleleh, aku menatap Arya dengan tatapan puppy eyes, "Abang... gak nyangka..."
"Kangen sama adik aku Lala lah..." ucap Arya tertawa sambil menoyor kepalaku.
"Huuuu~~" sorakku kecewa.
Arya mulai duduk di sebelahku, saat aku melihat bicepnya itu jiwaku meronta-ronta ingin memeluk tangannya, haah kenapa situasi sulit sekali sih!
"Nanti kalau anak kalian gede, kamu mau arahin masa depan dan karirnya kayak gimana?" tanya Arya mencoba membuka topik.
Aku terdiam sebentar dan memasang pose berpikir, "Aku gak neko-neko sih sebenernya, Cuma pengen punya anak sehat, dan gimana masa depan dia itu terserah gimana nantinya pilihan dia, yang penting dia happy."
"Kenapa gitu? Biasanya orang kaya pengen anaknya menang olimpiade, punya kerjaan keren kayak dokter dan lain lain..."
"Ya tentu aja aku pengen juga anakku jadi orang hebat, punya pemikiran mau jadi orang besar, gak stuck aja di tempat. Cuma ya bidang apa yang dia ambil itu aku bebasin."
Arya masih menatapku gak percaya, aku kembali melanjutkan, "Ya aku berkaca sama hidupku aja, waktu aku mulai gambar design dan jahit-jahit baju, keluargaku marah, mereka maunya aku fokus sekolah bisnis biar bisa lanjutin bisnis keluarga. Tapi aku ngeyel, menurut aku ini impian aku kok. Dan aku bertanggung jawab sama pilihanku, aku seriusin bisnis aku sampai jadi besar."
"Jadi kamu sukses atas dasar balas dendam ya hahaha..."
"Ya gimana ya, orang kuno itu pikirannya tertutup sama peluang baru. Aku sih orangnya selalu percaya apapun bidang usaha yang mau kita kejar, kalau kita serius belajar dan bekerja keras, pasti sukses kok... Aku mau nampar keluarga aku gitu loh, liat ni anak muda bisa sukses kok dengan caranya sendiri!!"
Arya, "Okay, aku percayakan masa depan ponakanku sama kamu, Cuma ya jangan terlalu ditekan ya biar bisa sukses. Emang kenapa sih orang harus sukses?"
Aku merenung lama, "Biar bisa bahagia mungkin..."
"Menurutmu bahagia itu harus sukses? Capek juga ya mau bahagia aja..." kata Arya dengan senyum meremehkan.
Aku menatap kesal, "Ya kan semua emang perlu pengorbanan!"
"Terus kalau udah sukses apa?"
"Ya perbesar bisnis lagi! Tambahin omset! Bikin rekor yang membanggakan, jadi brand besar..."
"Kalau cara kamu bahagia harus kaya gitu, bakal lama banget sih kamu bahagia. Ya ambisius gapapa, Cuma kamu perlu tau aja kapan ngerasa cukup. Hidup kamu itu bakal ngerasa kaya dikejar-kejar setan, kalau kamu gak ngasih batasan gimana harus ngerasa cukup."
Aku diem aja kali ini, Arya melanjutkan lagi ucapannya, "Kebahagiaan itu abstrak, dan aku meyakini bahagia itu apa yang aku rasain bukan apa yang aku dapatin. Hal sederhana juga bisa bikin aku bahagia. Kamu punya gak hal sederhana yang bikin kamu bahagia?"
Aku tertegun menatap wajah Arya, ada... bisa deket Arya itu kebahagiaan sederhana aku, aku langsung menampar wajahku, "Aduh..." ringisku pelan.
"Lah kenapa? Kesurupan? Hahaha..."
Aku mengembungkan pipiku kesal, aku bangkit karena jahitannya selesai, aku bongkar lagi lemari Arya, "Masih ada yang lain gak nih yang robek? Mumpung aku lagi mood sekalian aku jahitin..."
"Ya cari aja..."
Waktu aku angkat-angkat lipatan pakaian Arya, aku ketemu selembar potongan majalah di bawah bajunya dan betapa aku terkejut melihat lembaran itu...
Arya menyimpan selembar majalah yang covernya ada wajahku..
TBC
Vote dan komen ya... biar author semangat nulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Husband
RomansaSinopsis: Zivana Ariska, pengusaha butik sukses yang memiliki kehidupan glamour dan bahagia tiba-tiba terjebak masalah yang bukan disebabkan oleh dirinya, sahabat sekaligus asisten kesayangannya hamil diluar nikah, Ziva terpaksa menyamar menjadi lak...