4. Kyuhyun

390 43 9
                                    

Desember, 2003

Kyuhyun menatap kosong salju yang turun di luar kamarnya. Matanya panas, dan suaranya serak.
Entah, berapa lama ia menangis tadi, ia tidak tahu. Namun hatinya masih begitu perih dan ia seperti tidak dapat berhenti menangis.

Siwon, kekasihnya, orang yang paling ia percaya, orang yang ia serahkan seluruh dunianya, meninggalkannya.  Menghianatinya. Melukainya dengan begitu dalam. Air matanya kembali menetes. Tangannya menepuk dadanya pelan, mencoba meredakan sakit teramat sangat yang menyerang hatinya.

"Kyuhyun.."

Itu suara Ryeowook, teman satu kamarnya, yang juga temannya dari SMA. Otaknya yang teramat pintar membuat ia mengambil kelas akselerasi ketika SMA sehingga praktis Ryeowook yang lebih tua satu tahun menjadi teman satu angkatannya.

Kyuhyun menoleh, dengan mata memerah dan air mata yang masih menetes di pipinya.
Tangisnya semakin menjadi ketika Ryeowook merengkuhnya dalam pelukan.

"Kak, sakit. Gue ngga kuat, Kak..", isaknya lirih, penuh dengan luka.

Ryeowook hanya terdiam, tangannya mengusap punggung Kyuhyun lembut.  Tidak ada kata penghiburan yang dapat ia katakan untuk Kyuhyun.
Percuma. Karena sakit yang sekarang di rasa oleh Kyuhyun tidak dapat disembuhkan hanya dengan kata-kata penghiburan. Ia lebih memilih memeluk Kyuhyun, menemaninya, serta memastikan Kyuhyun makan dan istirahat dengan benar. Hanya itu yang bisa dilakukan olehnya.

*****

Mei, 2004

Kyuhyun berjalan pelan menyusuri taman dekat kampusnya. Sesekali ia bersenandung lirih dengan wajah yang teramat sendu.  Sudah enam bulan semenjak ia merasakan perpisahan yang begitu menyakitkan dengan Siwon, namun rasa sakitnya belum juga berkurang.  Seringkali ia bermimpi buruk, dan berakhir menangis dalam tidurnya.  Atau tiba-tiba saja ia menangis ketika tertawa bersama teman temannya.  Bayangan Siwon belum juga lepas dari ingatannya meskipun seluruh jejak lelaki itu sudah ia singkirkan, tapi tidak dengan jejak yang lelaki itu tinggalkan di sepanjang ingatannya. Terus mengikuti kemana pun Kyuhyun pergi, tidak beranjak barang sejengkal pun.

"Kyuhyun.."

Kyuhyun menoleh ketika suara familiar memanggil namanya.  Changmin, teman satu kelasnya di kampus. Kyuhyun tersenyum tipis dan menghentikan langkahnya.

"Mau kemana?", tanya lelaki itu ketika sudah berada di depan Kyuhyun.

"Hanya berjalan jalan. Cuacanya cerah, dan nyaman untuk berjalan.."

"Gue temenin ya.."

Kyuhyun hanya mengangguk, dan meneruskan langkahnya.

"Kyuhyun.. Gue ngga tahu, hal buruk apa yang terjadi di kehidupan lu beberapa bulan kebelakang, dan gue juga ngga akan nanya hal apa itu karena bukan kapasitas gue buat tanya. Tapi yang pasti, semua kisah ada akhirnya, entah menyenangkan atau menyedihkan. Yang harus lu lakukan hanya ikutin aja jalannya. Nanti di ujung sana, yang belum terlihat, ada hal indah yang udah nungguin lu.."

Kyuhyun menoleh ketika mendengar Changmin berbicara padanya. Alisnya menyatu, dan keningnya mengeryit. Changmin hanya tersenyum. " Lu berhak bahagia, apapun masalah yang sedang lu hadapi, lu berhak bahagia..

Kyuhyun terdiam. Membisu. Mencerna perkataan Changmin.

Benar. Dia berhak bahagia walaupun sebesar apapun luka yang kini menghantamnya. Siwon bisa menghancurkan hatinya, cintanya, kepercayaannya. Tapi tidak dengan hidupnya. Kyuhyun lalu tersenyum, tipis, namun sangat manis.

JejakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang