05. Hati malaikat

511 65 17
                                    

Hai kelean semua...

Baik semua yaa? Yaa baiklah, awokawok.

Oke, happy reading~

.

.

.

Waka pov~

Setelah, Yui dan temannya itu pergi dari toilet.
Aku yang sedari tadi berdiri di balik tembok pun melangkah masuk kedalam toilet wanita.

Saat masuk pun aku tak begitu kaget dengan keadaan [Name].

"Ternyata lebih buruk dari yg kubayangkan" gumamku.

Aku pun mendekat ke arah [name] lalu menggendong nya ala bridel style.

Aku berjalan ke arah kelas lalu sesampainya di sana, aku mendudukkan [name] di bangku milik ku.

Aku memandangnya sebentar lalu telapak tanganku menyentuh dahinya dan kurasakan panas di dahinya.

Tentu aku kaget karena [name] tidak menunjukkan gejala demam nya.

Aku menghela nafas.
"Dia kuat apa lemah sih?".

Aku pun menggendong nya lagi dengan ala Piggyback.

Dan seterusnya, aku berjalan pulang.
Disekolah juga sudah sepi jadi aku bisa berjalan santai tanpa diwawancarai.

_ _ _

Di pertengahan jalan, tubuh [name] bergetar dan bergumam tidak jelas, seperti...

"Kumohon...jangan meninggalkanku"

"Tolong hentikan...aku mohon"

"Tolong...aku...takut..kumohon"

Aku hanya menatapnya datar, padahal panik luar biasa

.

.

.

Setelah sampai dirumah ku.
Aku masuk tanpa membuka sepatuku, lagipula aku tinggal sendirian dirumah jadi tidak ada yang akan mengomel.

Aku melangkah kearah kamarku, lalu menidurkan [name] dikasurku.

Aku menghela nafas dan berjalan keluar dari kamarku dan menutup pintu nya. Lagipula aku bukan tipe cowo yang akan menyerang mangsa yang sedang lemah.

Aku pun membuka sepatu ku dan meletakkan nya ditempatnya, lalu berjalan kearah dapur dan mengambil air dingin dan kain.

Aku membuka pintu kamar dan masih melihat [name] yang masih tidur.

Aku pun mendekat kearah kasur dan duduk dipinggir kasur. Meletakkan bawaan ku ke meja samping kasurku.

(Foto diatas bisa dibilang itu kamarnya Waka)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Foto diatas bisa dibilang itu kamarnya Waka)

Aku pun memasukkan kain yang kubawa tadi ke mangkuk yang berisi air dingin dan mengangkatnya lalu memerasnya.

Apakah ini takdir? || Imaushi Wakasa × ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang