EPISODE 20 : UNGKAPAN ASHA

6 4 0
                                    

Asha.

Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi kedua gadis itu. Setelah dimana Hera menemukan sebuah rahasia dari buku harian Asha. Asha mau tidak mau harus menceritakannya. Sebab, tidak mungkin lagi ia menunda-nunda. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mengutarakan apa yang selama ini ia sembunyikan.

Kurang lebih dari 15 menit setelah mereka sempat cekcok kecil, keduanya saling diam. Baik Asha maupun Hera tidak ada yang lebih dahulu mengajak bicara. Mereka berdua mungkin sedang menetralkan perasaan masing-masing. Dari Hera yang masih menenangkan diri, dan Asha yang sedang mengendalikan emosinya.

Namun ketika Asha mengambil diary miliknya, yang sempat Hera hempaskan di atas kasur. Dengan perlahan, Asha membuka lembaran demi lembaran buku tersebut. Beberapa halaman ia lewati, sampai dimana Asha berhenti di salah satu halaman terakhir di tahun 2021.

Kegiatan itu disadari oleh Hera. Hera melihat Asha, yang nampak tengah tersenyum getir, melihat buku diarynya.

"Gue tau, kalau ini mungkin udah terlambat buat gue jelasin," ucapnya, kemudian menatap Hera. "Tapi sampai sekarang, gue masih belum siap, Ra ..."

Hera berdecak. "Apa yang bikin lo gak siap?"

"Hati gue." Asha menundukkan kembali wajahnya, melihat halaman yang kini menjadi atensinya.

Diary yang ditulis pada tahun 2021. Persis di halaman terakhir, dimana halaman tersebut menceritakan kehidupan Asha setelah putus dengan Ryan.

Ketika sebuah hubungan harus berakhir seperti ini, aku tidak bisa apa-apa selain memilih untuk melangkah mundur.

Dan ketika keadaan menjadi alasannya, lantas apakah dia berhak memulai yang baru? Sedang aku terpuruk sendirian, sebab masih berada dalam ikatan tali yang masih terhubung.

Sebulan pasca aku memutuskannya. Aku melihatnya bersama ikatan yang baru. Sudah cukup bagiku, karena apa yang aku lihat sudah menjadi sebuah jawaban, bahwa aku dan dia sudah tidak pantas lagi untuk bersama.

Hari ini, aku terluka lagi.

Entah akan berapa lama luka ini akan sembuh. Perihal cinta yang retak, sakitnya tidak main-main. Meski terlalu berat, karena yang dilepas adalah harapan yang selama ini dipeluk erat-erat ...

... Aku rela. Karena aku percaya, bahwa waktu bisa menyembuhkan, entah itu kapan.

26 September 2021.

Dengan tangan yang sedikit bergetar, Asha menarik nafasnya. Dari matanya, gadis itu sepertinya menahan tangis. Sakit yang ada didalam hatinya, kini perlahan kembali muncul setelah ia membaca halaman berisi tulisan kenangan masa lalunya.

"Tapi hari ini, gue bakal cerita," putusnya. "Bantu gue, ya, Ra?"

Satu tetes berhasil jatuh di pipi Asha. Perasaan Hera seketika tidak karuan. Antara dirinya yang merasa bersalah, namun ia juga agak marah kepada Asha, sebab gadis itu tidak menceritakan masalah hubungan cintanya kepadanya.

Perlahan, Hera bergeser mendekat. Ia rangkul gadis itu, kemudian memeluknya erat. "Sakit banget, ya, Sha?" bidiknya. Hera dapat merasakan pergerakan kepala dari Asha, menandakan apa yang Hera tanyakan itu adalah benar.

Menepuk-nepuk pelan dipunggung Asha, sebelum akhirnya Hera melepaskan dekapannya. Ia tatap lamat-lamat wajah sahabatnya itu. Menghapus air mata Asha, kemudian berucap. "Keluarin semua rasa sakit lo."

🌷🌷🌷

Setelah melewati kurang lebih dari setengah jam. Kini Asha siap menceritakan semua apa yang selama ini menjadi bebannya kepada Hera. Dibantu dengan sandaran bantal, keduanya berbaring setengah, serta selimut menyelimuti sebagian tubuh.

Asha memeluk erat buku diarynya, tanpa berniat ingin membuka lagi. Sedang Hera memilih untuk memeluk guling.

"Sebenarnya gue udah dari lama pengen cerita. Tapi setiap kali gue ingat, gue sakit hati," ujar Asha, Hera masih fokus menyimak.

"Butuh waktu buat gue bisa jujur, Ra. Lo tau, 'kan gimana perasaan gue sama dia? Gak mudah buat gue bisa lupa secepat itu."

"Sudah berapa lama?" Tanya Hera kemudian.

"Maksud lo?"

"Ryan selingkuh."

Asha terdiam. Lagi, lagi ia dingatkan, momen dimana Asha mendapat kabar, bahwa Ryan selingkuh di belakangnya. Awalnya Asha tidak percaya, karena kabar itu tidak memperlihatkan bukti sama sekali. Namun setelah seminggu berlalu, waktu itu Asha pergi ke sebuah festival musik di Bandung. Asha pergi bersama dengan Anna, dan saat itu Asha tidak sengaja melihat Ryan bersama dengan perempuan. Padahal Asha sudah berniat, pulang ke Bandung ingin menonton acara musik dengan Ryan, nyatanya lelaki itu menolak, dengan alasan sedang pergi ke luar kota.

Asha mencoba mengirim pesan kepada Ryan, mempertanyakan keberadaan lelaki itu, tapi balasan Ryan membuat Asha terluka. Ryan berbohong, dan itu cukup membuat Asha seketika percaya, bahwa kabar Ryan selingkuh memang benar.

Selepas kejadian itu, Asha sengaja memotret keduanya, dan lusanya gadis itu bertemu dengan Ryan lalu langsung menunjukkan foto tersebut kepada si lelaki. Terjadilah adu cekcok diantara keduanya.

"Terus apa katanya?" tanya Hera kembali.

"Dia terpaksa selingkuh, karena gue udah bikin dia bosan."

"Brengsek!"

Beruntung sekali yang Hera pukul adalah guling. Saking kesalnya, guling Asha menjadi korban.

"Bilang apalagi?"

"Gue susah diajak ketemu. Jadinya jarang ketemu. Apalagi gue merantau di Jakarta, kuliah. Kita LDR-an 1 tahun, nyatanya ini yang bikin dia gak tahan. Ryan selingkuh hampir 5 bulan, Ra."

Sepertinya saat ini Hera ingin sekali menghempaskan kepala Ryan ke dinding keras-keras. Berhubung jarak menjadi alasan, jadilah guling Asha kembali menjadi sasarannya. Hera refleks melempar guling tersebut jauh ke lantai di bawah ranjang.

"Lo masih punya kontaknya? Gue pengen maki-maki tuh laki!"

Sayangnya, Asha menggeleng. "Gue abis putus sama dia, langsung lost kontak, Ra. Gue ganti nomer."

Hera berdecak kesal. Gadis itu menutup wajahnya dengan bantal. Saking gregetnya, dia tidak menyadari bahwa sekarang kasur Asha sudah berantakan akibat ulahnya sendiri.

"Bisa-bisanya lo nahan ini sendirian," gumamnya, masih dalam posisi yang sama.

Asha melirik Hera. Dari suara gadis itu, Hera sepertinya menangis. Hanya saja, gadis itu sengaja menutupi kesedihannya lewat bantal.

"Ra ..."

"Gue dengernya aja kesal banget, apalagi lo yang rasain. Gak kebayang sakitnya." Hera menjauhkan bantal itu, dan memperlihatkan wajahnya yang sudah memerah. "Kenapa gak cerita dari dulu!" rengek gadis itu, prustasi.

Asha tersenyum sumir. Diraihnya tangan Hera, mengelusnya dengan lembut. "Maaf, ya, Ra. Gue cuma butuh waktu."

"Gue gagal jadi temen lo, tau gak?!"

Asha menggeleng. "Gue gak pernah nganggep lo temen yang gagal. Justru gue bersyukur banget, bisa punya sahabat kayak lo, maupun Raina. Gue beruntung punya lo berdua."

Kemudian Asha memeluk Hera, lalu berbisik lirih, "Makasih sudah mau berbagi rasa sakit sama gue, ya, Ra."






Bersambung ...


Tidak ada caption hari ini. Hanya ingin menyampaikan saja kepada semua orang yang sedang dirundung masalah.

"Tidak apa-apa. Pasti ada kemudahan. Jangan khawatir, ya?"

-Hes:)

ASMARALOKA | S-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang