EPISODE 29 : BERCENGKRAMA DI LANGIT JINGGA

18 3 0
                                    

Hidup bagaikan awan yang bisa berubah-ubah, dalam takdir yang menentukan jalannya. Itulah kira-kira yang dikatakan oleh Hera, kala ketiganya tengah menikmati semburat senja jingga di pinggir pantai.

hiruk-pikuk kehidupan, dan beberapa masalah kuliah yang membuat ketiganya memutuskan untuk menghibur diri sejenak di sebuah pantai yang kerap mereka kunjungi. Meski beberapa bulan ini tidak pernah mampir lagi karena kesibukan kuliah yang lumayan padat.

Sudah dari beberapa jam mereka di sana. Saling bercengkrama perihal hidup  yang memusingkan, dan beberapa cerita yang dirangkai menghasilkan diskusi sendu di antara senja yang sedang datang.

"Gue belum kepikiran buat dekat sama seseorang. Hal yang meski harus gue lakuin adalah gue fokus ke mimpi gue dulu. Gue gak ada waktu buat bucin-bucin-an," ungkap Hera.

Cerita pertama di awali oleh Hera yang mengaku sedang di dekati oleh seseorang. Raina sih tidak kaget lagi mendengarnya, sebab ia tahu bahwa Hera itu tipikal cewek cuek yang begitu risih di dekati. Jadi tak heran, jika dengan laginya ia mendengar ada lelaki yang kini mencoba mendekati sahabatnya itu.

Begitupun dengan Asha. Asha tahu, bersahabat dengan Hera beberapa tahun cukup membuatnya tahu beberapa hal tentang Hera. Dan selama itu Asha tau ada beberapa lelaki yang menyukai Hera, namun dengan ujung yang tidak jadi alias Hera tidak pernah mau menerimanya. Mungkin sebelas-dua belas sikap Hera sama dengannya.

"Jadi, lo anggurin lagi tuh cowok?" tanya Raina.

Hera tak lantas menjawab. Gadis itu melirik sebuah kertas yang kini sudah berbentuk perahu yang sejak tadi ia rakit kemudian meletakkannya di hamparan pasir di depannya. Menatap lama perahu kertas tersebut lantas seperkian detik kemudian tersenyum tipis.

"Mencintai itu ... apa, sih?" gumamnya. Tatapannya terlihat kosong.

Raina dan Asha hanya bisa menatap bingung Hera---yang terlihat melamun. Memperhatikan jari-jari gadis itu yang asik memutar-mutari perahu kertas di depannya.

"Gue kok kayak gak bisa mencintai, ya?"

"Maksud lo, lo gak bisa jatuh cinta?" akhirnya Raina bersuara.

"Gue gak tau. Tapi setiap kali gue dilingkari dengan kata-kata jatuh cinta, gue ngerasa ... aneh sama diri sendiri," jelas Hera.

"Ra?"

Raina yang sejak tadi tidak tahan ingin membahasnya kini terlepas juga.

"Lo punya trauma apa gitu sama cowok di masa lalu lo?"

"Hah?" Hera sontak menoleh.

"Kali aja lo trauma jatuh cinta sama masa lalu lo, kayak Asha contohnya." tiba-tiba Raina menunjuk Asha, hingga membuat gadis yang duduk di sebelah kiri Hera itu sampai tersentak.

Namun respon Hera hanya terkekeh. Mungkin sampai saat ini, baik Raina maupun Asha memang tidak pernah mendengar Hera yang memiliki cinta masa lalu yang menyakitkan hingga membuat gadis itu sulit untuk jatuh cinta lagi. Atau mungkin Hera yang tidak pernah cerita.

"Gue gak punya trauma, tapi gue punya pengalaman."

"Lo pernah diapain?" kali ini Asha yang bertanya.

Namun lagi-lagi Hera terkekeh kecil, namun tak lama gadis itu malah mengambil sebuah novel yang berada dipangkuannya. Hera mengetuk-ngetuk novel tersebut seraya melihat ke arah Asha dan Raina.

"Gue pengalamannya dari sini," ujarnya seraya menggoyang-goyangkan novel tersebut.

"Maksud lo?" Raina nampaknya tidak paham.

"Gue belajar banyak soal cinta di beberapa novel yang gue baca. Di sana gue mengetahui beberapa hal, seperti 'cinta yang datang tidak selalu benar' atau seperti 'cinta itu gila, cinta yang salah' pokoknya setiap novel tentang cinta, gue selalu disuguhi cinta yang berakhir gagal," jelas Hera.

ASMARALOKA | S-1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang