⚠️ trigger warning mention of abusive parents, s*x (slightly), and talking about suic*de
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
winter bangun pagi sekali karena janjinya dengan karina. melangkah dengan pelan menyingkirkan beberapa bungkus kondom yang berserakan di ruang tamu, winter menuju kamar mandi mengabaikan ibunya dan lelaki lain yang tidur dengan posisi tidak pantas. berbanding terbalik dengan kondisi rumahnya, justru pagi ini hati winter terasa sedikit ringan.
kenyataan bahwa dia memiliki teman setelah bertahun-tahun membuat winter senang. winter mengambil sedikit air dari keran dan membasuh wajahnya sebentar. dia tidak mandi, jika dia mandi dia akan menimbulkan suara yang akan membangunkan ibunya dan ibunya akan melarang dia keluar.
setelah membasuh wajahnya, winter merapikan rambut pendeknya dengan jari dan mengikatnya dengan karet gelang. setelah dirasa cukup, winter segera menuju ke pintu dengan mengendap-endap.
"KIM WINTER!" teriak ibunya ketika melihat winter yang hendak membuka pintu.
"kamu mau kemana pagi-pagi begini?!" tanya ibunya bangun dari sofa sambil meraih pakaian yang bisa menutupi tubuh telanjangnya.
"a-aku mau keluar sebentar dulu bu," jawab winter menghindari tatapan mata ibunya. sungguh dia hanya ingin menghabiskan waktunya dengan karina hari ini.
"kemana hah?! kamu harusnya masak buat ibu sama jinho! dasar anak gak tau di untung. kamu mau keluar sama siapa?"
winter tidak menjawab, takut kalau karina akan terkena imbasnya.
"gak usah jadi anak durhaka. sana cepet pergi ke dapur!" ibunya mencengkram dan menarik lengan winter, membawa paksa ke dapur.
"cepet masak!" ibunya melempar beberapa bungkus mi instan padanya.
"kamu gak mau?! heh ibu ngelahirin kamu ke dunia supaya kamu bisa bantu ibu kamu ini." ibunya mendekat, mencengkram wajah cantik winter dengan tatapan marah.
"dan aku gak pernah minta ibu untuk bawa aku ke dunia ini," jawab winter membalas tatapan ibunya.
ibunya tertawa mendengus tak percaya. anak yang biasanya diam dan menurutinya kini malah membantahnya. "kamu jangan ngelawan ibu ya! dasar anak durhaka kamu!"
tamparan itu sukses mengenai pipi winter yang meninggalkan bekas kemerahan.
"KAMU PIKIR KAMU SIAPA SAMPE BERANI-BERANINYA NENTANG IBU HAH!?"
"TERUS IBU PIKIR AKU BAKAL DIAM AJA DIPERLAKUIN KAYAK SAMPAH SAMA IBU."
winter mengatur nafasnya setelah berteriak, menatap ibunya yang kaget namun tersenyum remeh menatapnya.
"kamu sama aja ya kayak ayah kamu. sama-sama gak tau diuntung."
"ayah ninggalin ibu karena ibu udah gak bener kan?"
"MAKSUD KAMU APA HAH?!"
"emang bener kan? ibu yang tiap hari bawa laki-laki lain ke rumah dan bikin ayah sakit hati. gara-gara ibu, ayah rela pinjem duit ke rentenir berpikir kalo ayah kurang kasih duit selama ini. tapi ibu tetap gak berubah, dan akhirnya para rentenir itu nyiksa ayah sampe ayah meninggal. HARUSNYA IBU YANG MATI MEMBUSUK BUKAN AYAH!?"
winter selalu lemah jika berbicara tentang ayahnya. hanya ayahnya yang menerima winter di dunia ini tapi dengan kejamnya tuhan mengambil ayahnya, meninggalkan winter sendirian bersama ibunya.
"OHH KAMU NYALAHIN IBU KARENA SI PECUNDANG ITU MATI?! AYAHMU AJA YANG GAK PERNAH BECUS JADI SUAMI. GAK PERNAH KASIH NAFKAH CUKUP SAMA IBU!"
"BUKAN AYAH YANG SALAH. IBU DARI AWAL EMANG GAK PANTES JADI ORANGTUA. AKU NYESEL TERLAHIR JADI ANAK IBU."
"KAMU NYESEL?! YAUDAH SANA MATI! DIPIKIR IBU JUGA MAU PUNYA ANAK DURHAKA MACAM KAMU. SANA LOMPAT DI JEMBATAN BIAR IBU BAHAGIA GAK DIGANGGU ANAK MACAM KAMU LAGI! IBU GAK MAU LIHAT KAMU KEMBALI KE RUMAH!?"
"rumah?" winter bertanya miris, "dari awal aku gak pernah anggap tempat ini rumah."
winter bahkan tidak menangis mendengar ibunya yang menyuruhnya untuk mati. winter malah senang, jika dia tidak kembali ke rumah ibunya tidak akan mencarinya lagi.
mata winter teralih menatap jinho, laki-laki yang terlihat berumur sekitar 20 tahun lebih bangun dan langsung memeluk ibunya. dan ibunya seperti orang gila langsung merubah ekspresimya dari marah menjadi wajah bahagia berseri-seri.
menjijikkan, pekik winter dalam hatinya. bahkan laki-laki itu hanya memakai dalaman dan memeluk mesra ibunya yang berusia 40 tahun lebih.
"youngmi sayang, kok pagi-pagi kamu udah teriak-teriak sih? aku gak mau ya suara kamu ilang. mumpung masi pagi, aku mau main lagi sama kamu, gimana"
ibunya tersenyum seperti remaja mabuk asmara dan mulai mencium ganas jinho. winter mengambil kesempatan itu untuk segera kabur dari sana.
tapi ekspresi jinho yang mengedipkan mata dan membasahi bibirnya sambil menatap winter membuat gadis cantik itu merinding bukan main dan segera menutup pintu dengan cepat dan berlari.
winter berlari dengan cepat sepanjang lorong apartemen sampai dia menabrak karina yang datang dari arah berlawanan.
melihat winter yang ketakutan sampai badannya bergetar membuat karina menatapnya bingung.
"winter? hei, kamu kenapa?" karina memegang bahu winter mencoba meyakinkan winter bahwa dia adalah karina, bukan siapa-siapa.
"rin kita harus pergi dari sini. kita harus pergi dari sini sekarang juga." dengan suara bergetar winter memohon pada karina. airmatanya jatuh dari mata bulat nan indah winter membuat karina dengan segera menggenggam tangan winter dan membawanya lari.
mereka terus berlari sampai mereka berhenti di parkiran sebuah gedung besar yang ramai dengan kendaraan.
"lo gak apa-apa winter?" tanya karina selembut mungkin, tapi tangisan winter malah makin menjadi-jadi. sungguh dia tidak ingin melihat jinho, si laki-laki bejat itu ataupun ibunya yang sudah kehilangan akal sehat.
winter dari dulu sudah mewanti-wanti setiap laki-laki yang dibawa ibunya. instingnya sebagai perempuan seolah memberitahu winter untuk berhati-hati, winter bahkan mengembok kamar tidurnya dengan gembok yang diberikan satpam baik hati di gedung besar dekat apartemennya. namun hari ini menyadarkan winter kalau dia tidak aman berada di rumahnya itu.
"laki-laki yang dibawa nyokap gue," winter setengah mati mengatur nafasnya melihat karina yang sabar menunggu penjelasannya. "laki-laki itu natap gue dengan tatapan mesum rin, dia seakan-akan mau ngelakuin hal bejat sama gue." tangisan winter pecah apalagi ketika dia mengingat ekspresi mesum yang ditunjukkan jinho padanya.
hati karina mencelos mendengar penjelasan winter. perasaan marah dan sedih meliputi hatinya.
"gue gak mau pulang ke tempat itu lagi. gue gak mau ketemu laki-laki brengsek itu atau nyokap gue. gue harus gimana rin?" winter terus menangis, mengabaikan beberapa pasang mata yang melihat mereka penasaran.
karina meraih wajah winter untuk melihat dirinya, "lo gak apa-apa winter. sekarang lo udah sama gue, semuanya bakal baik-baik aja." karina meraih tubuh winter dan memeluknya erat sembari membisikkan kata-kata menenangkan pada winter yang masih terus menangis.
sekarang karina ingin melindungi winter, apapun yang terjadi karina akan melindungi winter. karina tidak ingin melihat winter yang menangis didepannya seperti ini karena hatinya juga ikut sakit melihatnya.