⚠️ trigger warning mention of blood and abusive parents
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
terik sinar matahari menerangi kamar karina. winter dan karina duduk di lantai dekat tempat tidur sembari mengobrol. perut mereka sudah berteriak untuk diisi, tapi rasa takut mereka pada ayahnya karina lebih besar.
setelah berteriak sepanjang malam, ayahnya karina tertidur tepat di depan pintu kamar karina. kondisi apartemen mereka persis seperti kapal pecah dengan beberapa pecahan botol alkohol yang berserakkan di lantai.
"winter maaf ya, pasti lo kelaperan sekarang." winter hanya menggeleng, mencoba untuk tidak mengeluarkan suara terlalu banyak.
tangan winter terulur, mengelus pelan luka karina yang di balut dengan sobekan bajunya.
"masih sakit?" tanya winter.
"sedikit aja kok. eum... lo masih bisa nahan lapar?"
winter mengangguk, "masih bisa kok. gue udah biasa nahan lapar, jangan khawatir."
"winter pendapat lo soal lesbian gimana?"
"kok tiba-tiba?"
"gue tahu lo denger omongan bokap semalam. gue cuma pengen tahu pendapat lo," karina mengakhiri ucapannya ragu-ragu. takut membuat winter tak nyaman.
"biasa aja sih. toh mereka gak menganggu gue juga kan? kenapa emangnya?"
karina kelabakan mencari jawaban atas pertanyaan winter. niat awalnya karina ingin mengaku bahwa dia adalah seorang lesbian, tapi karena rasa gugup yang teramat sangat karina malah menjawab hal lain.
"gue pikir abis ini lo mau jauhin gue. lo tau kan hal-hal kayak gitu belum bisa diterima sama masyarakat."
winter terkekeh pelan, "ya ngapain gue jauhin lo cuma karna hal kayak gitu rin? gue gak terlalu pusing sama hal kayak gitu. toh gue nyaman-nyaman aja kok bertemen sama lo."
karina hanya tertawa menanggapi winter. kacau sudah rencana awalnya.
suasana pagi yang cukup damai hanya sementara karena ayahnya karina yang sudah tersadar kembali mengetuk pintu kasar sambil berteriak.
"KARINA! KAMU JANGAN KEMANA-MANA SAMPAI SAYA PULANG! HARI INI BAKAL TAMAT RIWAYAT KAMU!?"
setelah berteriak penuh amarah, terdengar suara pintu yang terbuka dan tertutup. menandakan ayahnya yang sudah pergi entah kemana.
winter dan karina masih tertegun setelah teriakan ayahnya karina.
"lo tunggu disini ya, gue buatin ramyeon. gak apa-apa kan kalo sarapannya cuma ramyeon?"
"gak apa-apa rin, gue malah berterimakasih udah dikasih tempat buat nginep sama makanan."
"santai aja winter, kalo gitu gue keluar dulu ya. ah lo kunci pintu aja, pokoknya jangan buka sampe lo denger suara gue minta dibukain."
winter mengangguk mengerti dan segera mengunci pintu begitu karina keluar.
semalam adalah malam yang paling gila dalam hidup winter. banyak kejadian yang membuat gadis kim itu bersyukur masih hidup sampai sekarang. apalagi saat dia melihat darah segar yang keluar dari tangan karina, saat itu winter benar-benar panik takut terjadi sesuatu pada karina.
mengenai pertanyaan karina soal ibunya pada winter, jujur saja winter sedikit kaget begitu tahu kalau ibunya karina adalah seorang lesbian dan itulah yang menyebabkan hancurnya kehidupan karina saat ini. winter rasa sedikit tidak adil karena ibunya karina pergi tanpa membawa karina namun disatu sisi dia bersyukur karena itulah dia bisa bertemu dengan karina.
saat karina bertanya pendapat winter tentang lesbian, winter ingin menjawab bahwa dia sedang menyukai seorang perempuan namun winter sendiri belum yakin akan perasaannya. selama 18 tahun hidupnya, baru kali ini winter merasakan euforia ketika bersama seseorang.
"winter buka pintunya," ujar karina dari luar. winter segera bangun dari duduknya dan membukakan pintu.
karina tersenyum dengan dua cup ramyeon di tangannya. "ayo kita sarapan, eumm lo bisa pegang ini dulu gak gue mau ngambil air buat kita."
setelah semuanya siap, mereka segera mengunci pintu dan memakan sarapan mereka dengan tenang.
"makasih banyak ya rin," ucap winter setelah menuntaskan sarapannya.
"gak apa-apa. maaf ya cuma ramyeon doang sarapan kita."
winter menggeleng, merasa tidak enak. "rin ini udah lebih dari cukup untuk gue. justru gue yang gak enak sama lo."
"ini sebagai ucapan terimakasih karna lo udah ngerawat luka gue semalem. baru pertama kali ada yang khawatir sampe nangis karna gue terluka." tangan karina terangkat, menghapus kuah ramyeon yang tertinggal di sudut bibir winter.
dan winter tidak bercanda saat dia mengatakan bahwa dia merasakan euforia ketika berada dekat dengan seseorang. seseorang itu adalah karina.
hanya dengan aksi simpel karina yang menghapus noda kuah ramyeon di sudut bibir winter mampu membuat seluruh tubuh winter merinding dan juga jantungnya yang berpacu dua kali lebih cepat. belum lagi senyum manis karina setelahnya, rasanya badan winter akan meleleh saking manisnya.
"winter? kok bengong?" tanya karina begitu dia mendapati winter terlihat tidak fokus.
"kalo gitu gue keluar dulu ya, gue mau buang cup ramyeon. lo butuh apa gitu? supaya gue bawain."
"gue gak butuh apa-apa kok. eum tapi karina, abis itu lo langsung ke sini kan?"
karina mengangguk, "kita habisin waktu kita disini aja. bahaya kalo di luar, gue juga belum berani kalo harus keluar. gue takut ketemu sama jinho si brengsek itu."
winter bersorak senang dalam hati begitu tahu dia dan karina akan menghabiskan waktu bersama sepanjang hari. winter harus mengingat tanggal ini sebagai salah satu hari yang paling bahagia dalam hidupnya selain saat dia bertemu karina dan juga saat mereka menghabiskan waktu di salah satu bangunan kosong.
begitu karina kembali, winter berusaha mengatur ekspresi wajahnya yang kelewat bahagia.
"winter lo mau dengerin lagu?" tanya karina sambil menunjukkan mp3 player jadul yang diberikan ibunya dulu.
wajah winter seketika bersinar bahagia, dia selalu ingin punya mp3 player agar dia bisa mendengarkan lagu.
dengan cepat karina masuk dan mengunci pintu. ikut bergabung duduk bersama winter di lantai dan menyerahkan salah satu headset agar keduanya bisa berbagi.
lagu hits crush berjudul beautiful terdengar jelas di telinga winter. winter sering mendengarkan lagu ini di toko-toko saat dulu dia berjalan tanpa arah.
pandangannya beralih ke karina yang sedang menatap birunya langit lewat jendela kecil kamarnya sembari bersenandung kecil mengikuti lagunya.
merasa di tatap, karina berbalik menatap winter. senyum karina terbit ketika mendapati winter yang menatapnya dalam, dan winter tidak bisa untuk menahan senyumnya.
keduanya saling bertatapan dan tersenyum penuh arti. sembari memberitahu diri mereka sendiri bahwa mereka telah menyukai satu sama lain.
terlebih winter yang seolah mantap dengan perasaannya. winter sudah jatuh hati pada karina, dan lagu yang sedang mereka dengarkan berhasil mengambarkan perasaan satu sama lain.
mereka hanya membutuhkan satu sama lain di tengah hidup mereka, karena saat karina dan winter bersama rasanya saat itu adalah saat yang paling bahagia dalam hidup mereka.
to be continued.
selamat tahun baru buat kita semua, semoga di 2022 kita bisa menghadapi tantangan yang ada🎉