9. Drunk

1.4K 182 4
                                        

Sebelumnya saya minta maaf karena episode ini kependekan:'D

***

Hari ini aku datang lagi ke gudang paman karena panggilan dari paman. Aku datang dengan kondisi yang acak-acakan. Kepalaku rasanya pening sekali.

"Hey kau! Cepat masuk. Aku telah menunggumu dari tadi, lelet!"

Aku mendengar teriakan dari arah truk pengangkut barang-barang. Disana aku melihat seorang pria yang melambai dan terus memanggilku.

Aku pun menghampirinya.

"Ada apa kau ini." Rutukku karena agak kesal, kepalaku tengah pening tapi orang itu berbicara dengan nada tinggi terus.

"Hari ini kan bos menyuruh kita mengantar barang ke markas bonten, kau lupa."

Aku terdiam sejenak untuk mengingat hal tersebut.

"Hey, kau bau alkohol." Pria tadi sudah ada tepat di depanku dan terus mengendus diriku.

Aku masih linglung. Benar juga, semalam aku minum terlalu banyak.

Tidak, bukan hanya malam ini saja. Sudah seminggu saat aku bertengkar dengan Inui, dan setelah itu pun setiap malam aku pergi ke klab untuk minum dan berakhir mabuk. Itu karena akhir-akhir ini kepalaku rasanya dipenuhi oleh pikiran yang ingin sekali aku enyahkan.

"Hah ya terserahku saja. Katanya kita akan mengantarkan barang itu." Aku pun mengalihkan pembicaraan. Pria itu lalu melangkah menjauh dariku dan masuk kedalam truk. Sepertinya ia akan mengemudikan truk ini.

Aku pun mengikutinya, aku duduk di samping kursi pengemudi.

Saat truk di jalankan, aku merasakan angin yang menerpa wajahku karena kacanya tidak aku tutup.

"Huwek." Perutku tiba-tiba saja bergejolak saat aku tengah menikmati angin segar. Ini mungkin efek karena aku minum terlalu banyak jadinya aku masih merasa mual.

"Dasar tukang mabuk. Awas saja kau muntah disini, aku tidak ingin kau mengotori mobil ini dengan muntahanmu."

Aku menatap pria yang sedang mengemudi itu dengan kesal, sambilku tutup mulutku rapat dengan tangan supaya aku tidak jadi muntah.

"Kapan kita sampai." Terdengar suaraku yang bergetar karena terlalu mual. "Rasanya isi perutku akan keluar semua."

"Itulah kebanyakan minum. Sudah tahu hari ini kita akan banyak kerjaan, bisa-bisanya kau malah pergi minum."

Aku semakin tak tahan, apalagi orang ini malah menceramahiku. "Berhenti bicara atau aku akan muntah di wajahmu."

"Huwek... berhentikan dulu lah mobilnya." Kesalku karena pria ini tidak mengerti situasi sekali, harusnya ia membiarkan aku muntah terlebih dahulu.

"Tunggu sebentar, kita akan segera sampai."

Tak sampai beberapa menit, kita memasuki kawasan gedung lama yaitu markas bonten.

Di depan markas itu sudah ada paman dan eksekutif bonten lainnya yang sudah menunggu barang ini sampai.

"Wohoo."

Aku mendengar teriakan senang dari Sanzu. Memang pria itu, benar-benar.

Baru saja mobil ini berhenti, aku langsung membuka pintu. Dan di depan pintu itu pula, aku memuntahkan semua isi perutku. Juga di depan para eksekutif bonten.

Aku tidak peduli mereka menatapku dengan jijik atau bagaimana. Yang kurasa hanya rasa lega karena telah mengeluarkan semuanya.

"Apa kau tidak pernah naik truk sebelumnya, hingga kau mabuk seperti ini?" Paman menghampiriku, sepertinya dia terlihat agak khawatir. Ya memang sih, mau bagaimana pun aku, aku tetap keponakannya. Ia telah menganggapku sebagai anaknya.

Aku melap sisa iler di bibirku. "Bercanda, semalam aku minum terlalu banyak."

"Kau, tolong ambilkan minum untuknya." Paman menyuruh pada pria yang tadi mengemudikan truk.

Pria itu menurutinya, mungkin karena paman bosnya ia jadi tidak bisa membantah. Beda halnya jika aku snediri yang menyuruhnya, dasar padahal dia hanya anggota yang dijadikan tukang, posisiku ada di atasnya. Tapi ia sangat santai padaku.

Aku langsung meneguk air yang diberikannya. Segar sekali.

"Lalu, siapa yang membersihkan ini?" Rin dan Ran datang menghampiriku dan paman.

Aku terdiam untuk beberapa saat lalu kembali berbicara dengan ide yang tiba-tiba muncul dibenakku. "Kau lah, kau pasti cocok jika jadi maid."

Aku malah membayangkan Rin yang memakai kostum maid.

Aku malah membayangkan Rin yang memakai kostum maid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pfft." Ran yang mendengarku tertawa. "Tapi, maid tidak membersihkan muntahan, ia itu, me-la-ya-ni."

Dan terjadilah pertengkaran antara saudara itu. Aku sudah biasa melihatnya.

________________________________
Bersambung...

Maaf minna, untuk episode ini pendek banget karena saya kehabisan ide. Saya malah sempat berpikir untuk mensudahinya saja sampai di episode sebelumnya. Tapi agak sayang karena masih beberapa episode. Dan saya juga senang karena ternyata kalian suka cerita ini.

Untuk chapter berikutnya, saya akan usahakan lebih baik lagi.

Arigatou

Bad Crew | BONTEN | [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang