Hari-hari biasa aku lalui dengan latihan menembak di tempat yang selalu paman sewa. Sebenarnya ini tidak ada gunanya buatku, karena menembak sudah menjadi bakat alamiku. Bagaimana mungkin seorang remaja perempuan sepertimu, pertama kali menggunakan pistol, ia dapat menembak tepat di jantung korbannya.
Memikirkan itu lagi membuatku emosi, aku menembaki terus arah sasaranku dengan menuh tenaga. Tanpa kusadari seseorang telah masuk kedalam ruangan tersebut.
"Nona."
Gila aku terkejut sampai tembakanku meleset.
Aku menoleh dan dua orang telah berdiri diarah belakangku. Ia Sanzu dan Kokonoi. Untuk apa dua orang kampret itu kemari. Lalu pintu terbuka dan paman pun masuk kedalam.
"Ada apa paman? Kenapa dua orang payah ini ada disini?" Tanyaku pada paman.
Keduanya melihatku dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Maksudmu dua orang payah itu kami?" Tanya Koko.
Aku menatapnya dengan tatapan malas. "Lalu siapa lagi selain kalian." Balasku.
"Oh ya, mereka pun ingin mencoba permainan yang selalu kau mainkan." Ujar paman membuatku mengerutkan dahi.
"Permainan apa maksudmu pak tua. Aku melakukan ini bukan untuk main main, kau tau." Ucapku kesal. Tentu saja ini bukan hal yang main main. Gila, dia menanggapnya ini hal yang main main.
Sanzu tersenyum sambil mendekat kearahku, dan berdiri tepat dibelakangku. Bahkan aku bisa merasakan tubuhnya yang mengenai punggungku.
Dengan gerakan pelan ia mengkat tanganku yang sedang memegang pistol, kepalanya pun ia simpan di atas bahuku.
"Coba tembak." Ucapnya dengan suara yang sangat rendah.
Aku langsung menjauh darinya, rasanya bulu kudukku merinding mendengar suaranya tadi. "Kau gila, jangan berbicara tepat di telingaku, menggelikan." Gertakku.
Sanzu kembali menegakkan tubuhnya. "Coba tembak, aku ingin melihat caramu menembak." Perintahnya.
"Seperti ini." Aku menyidorkan ujung pistol kearah dadanya, dan bergaya seakan siap untuk menembak.
Sanzu tersenyum tipis. "Coba kalau memang berani." Ucapnya penuh percaya diri.
Aku pun tersenyum mengejek, ia kira aku tidak akan berani apa?
Tapi paman langsung mencegahku, bisa-bisa aku benar benar menembaknya. "Sudah cukup, mereka kesini ingin melihat gudang kita."
"Dan kau Sanzu, masih saja suka mengerjai orang lain." Timpal Koko dari arah belakang Sanzu.
Sanzu melirik kearah Koko, namun tempatnya berdiri masih sama. "Aku tidak sedang mengerjainya, wanita ini memang sungguh imut saat sedang marah."
Aku yang tadinya sudah tidak menodongkan pistol, kini kembali ke posisiku yang seakan akan ingin menembak kearah pria sialan bernama Sanzu itu.
Sanzu pun kembali menatapku remeh.
Aku semakin kesal. Dan dengan penuh kekesalan aku menarik pelatuknya tanpa berpikir panjang.
Mereka bertiga seketika menatapku dengan tatapan terkejut, khususnya Sanzu. Pria itu sudah terkejut, ia kira ia sudah mati saat ini.
Aku menasukan pistolku kedalam saku celana. "Kau beruntung, aku telah menghabiskan pelurunya sebelum kau datang."
Aku berjalan meninggalkan mereka yang masih diam ditempat, sepertinya mereka masih syok dengan tindakanku tadi.
Diluar aku menghirup udara segar, ini musim dingin ya? Rasanya tubuhku menggigil. Haruskah malam ini aku pergi minum-minum. Tapi dengan siapa aku ditemani.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Crew | BONTEN | [TAMAT]
FanfictionYang suka halu sini! Kalian suka baca manga tokyo revengers? Tau bonten? Suka?! Fiks yang suka banget apalagi suka ngehalu, wajib baca ini cerita. Jadi si "aku" di sini ubah di imajinasi kalian menjadi itu adalah kalian. Jujur sejujur jujurnyaaaa...