Jantungku seakan berhenti berdetak saat itu juga, tak terasa oksigen masuk kedalam paru-paruku. Aku dibuat membeku di tempat karena kehadiran orang yang tidak terduga, berada tepat di depanku saat ini.
"Hai, apa masih ingat muka aku, kak?"
Sebenarnya ia sangat jauh berbeda dari dirinya yang dulu. Namun, bagaimana mungkin aku tidak bisa mengenali perubahannya yang amat drastis ini. Karena mungkin wajah itulah yang selalu ku rindukan setiap harinya.
Aku mengusap wajahku gusar, berharap ini hanya mimpi.
Jangan salah paham. Alasanku tidak senang bertemu dengannya karena kondisi, waktu dan tempat yang tidak tepat ini membuatku malah jadi emosi.
Aku beranjak dan berbicara lantang, membuat seluruh orang yang berada di ruangan tersebut mengarahkan perhatiannya kepadaku.
"KENAPA KAMU ADA DI SINI?" Aku berbicara dengan bahasa negaraku. Meski sudah beberapa tahun tak ku gunakan, tapi aku mana mungkin bisa lupa.
"Hoi, hoi. Kau kenapa?" Tanya Rin di sampingku.
Aku tidak menggubrik pertanyaannya, aku lebih terfokus pada orang di hadapanku ini.
ADIKKU
"Sial."
Aku mengumpat dan berjalan pergi menuju pintu keluar apartemen tersebut. Masih tidak terima dengan kehadirannya yang tiba-tiba ini.
Belum sampai aku keluar dari apartemen tersebut, dia berlari kearahku dengan hak tingginya itu.
"Kak, kenapa menghindariku?" Tanya dia dengan menggunakan bahasa Jepang. Aku heran, kenapa dia bisa fasih berbahasa Jepang sedari tadi. Apa mungkin, tidak baru dia berada di sini?
"Kau siapa?" Tanyaku dingin.
"Kak, jangan pura-pura tidak tahu. Jelas jelas kakak tadi terkejut melihatku, dan berteriak kearahku." Dia berusaha menahanku untuk tidak pergi dari apartemen tersebut.
Ah aku lupa, sekarang kami masih berada di apartemen ini ya. Berarti mereka sedang melihat drama kami kali ini.
Aku melihat ke arah belakang, tempat para orang-orang sial itu sedang berkumpul.
Aku dapat melihat padangan dingin dari Mikey dan beberapa orang lainnya. Namun yang ku sebali, Ran, Rin, Sanzu dan Koko. Mereka malah pura-pura tidak melihat sembari bersenandung.
"Jangan pura-pura tak melihatnya kau!" Teriakku. Ntah kenapa hal itu saja dapat membuatku emosi di situasi kali ini.
"Kenapa kakak suka sekali berteriak?" Protes adikku yang masih berada di hadapanku itu.
"Memangnya kenapa, terserahku saja." Balasku dengan angkuh.
"Kau, kenapa membuat keributan sih? Orang itu kan tamu spesial kita malam ini?" Teriak Ran kepadaku.
Aku menatapnya malas. Lalu menghela nafas.
Sebelum kembali ke arah ruang tamu, aku menelisik penampilan adikku yang sekarang tidak jauh berbeda denganku. Hal itu membuatku sedikit terluka, karena bukan ini yang kuinginkan. Dia harus tumbuh besar sebagai gadis yang baik, tidak seperti kakaknya. Yaitu aku.
Aku mau tidak mau duduk lagi di posisi awal. Alasanku kembali karena aku takut dengan Mikey.
Pernah, aku mencoba kabur saat ada tamu spesial. Setelah itu ia memperlakukanku layaknya angin yang itu membuatku semakin merinding. Memang kita tidak pernah saling bicara, tapi setidaknya dia mengurusku sampai saat ini. Mengurus dalam artian memberiku duid.
Aku heran, kenapa dia tidak membuatku babak belur saja? Biasanya itu kan yang dia lakukan kepada musuh musuhnya atau orang yang membuatnya kesal.
Dan percakapan mun di mulai dengan suguhan yang sangat aku sukai yaitu minuman keras.
"Ada apa denganmu, kau bertingkah seperti orang gila tadi?" Tanya Sanzu berbisik di telinga kananku.
Aku bergidik geli sekaligus kesal.
"Apa kau tidak pernah bercermin sebelumnya, biasanya kau yang selalu bertingkah gila lebih dariku." Balasku, sama-sama berbisik.
"Iya itu sebabnya aku bertanya."
Aku hanya diam tidak menjawab perkataannya lagi.
Ku lirik adik perempuanku yang sedang sok memeperhatikan pembicaraan ini. Ah, aku saja tidak pernah memperhatikan hal ini karena membosankan. Akashi selalu saja banyak biacara.
Aku menguap karena bosan. Tapi ada satu perkataan dari obrolan mereka yang membuatku diam seketika.
Meski aku tidak memperhatikannya, telingaku masih berfungsi benar.
Aku membulatkan mata. Lalu menggebrakan meja.
"Apa tadi? Pemegang bisnis prostitusi?" Aku kembali membuat keributan.
Tentu saja, bagaimana mungkin aku tidak kaget dengan hal tersebut. Aku tidak akan bereaksi seperti ini jika adikku tidak andil dalam hal ini.
"Iya, kenapa kau sedari tadi membuat keributan terus?" Tanya Akashi yang memang dirinya yang sedari tadi tengah bicara.
"Kau, tutup mulutmu jika tidak bisa, keluar saja kau." Ucap Mikey dengan dinginnya.
Aku tentu saja mengiyakan hal tersebut, karena hal itu yang sedari tadi inginku lalukan.
Dengan tangan terkepal, pikiran yang berantakan, hati yang panas. Bukan karena kena marah oleh Mikey, tapi suatu hal yang masih tidak ingin aku percaya dan terima.
Aku membuka pintu Apartemen tersebut lalu membantingnya.
Ingin sekali mengerang dengan keras, sepertinya urat uratku keluar dengan sendirinya.
Baru saja aku akan melangkahkan kakiku, seseoranh keluar dari pintu apartemen tersebut. Yang membuatku seketika berbalik menatapnya kesal.
"Ngapain kau keluar, Kokonoi?"
"Hanya mencari udara segar." Ucapnya lalu berlenggang melewatiku begitu saja.
Dasar sialan
________________________________
Bersambung...Hai update lagi saya, maaf ya kalau banyak typo dan kata kata kasarnya.
See youX*

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Crew | BONTEN | [TAMAT]
FanfictionYang suka halu sini! Kalian suka baca manga tokyo revengers? Tau bonten? Suka?! Fiks yang suka banget apalagi suka ngehalu, wajib baca ini cerita. Jadi si "aku" di sini ubah di imajinasi kalian menjadi itu adalah kalian. Jujur sejujur jujurnyaaaa...