Part 7

673 81 27
                                    

Happy Reading ❤️

.
.
.
---------------------------***---------------------------

"Apa alasanmu kembali?" Lirih Sonya sambil menatap mata Raihan yang saat ini terpaku mendengar pertanyaannya.

Waktu seakan berhenti, ketika dua mata itu bertemu dan saling menyelami arti masing-masing tatapan yang dalam itu.

"Dari sekian banyak alasan, apakah ada seseorang yang membuatmu kembali?" Tanya Sonya pelan dengan bibir bergetar.

Sonya tidak tau apa yang ada dipikirannya saat ini hingga menanyakan hal itu kepada Raihan, siapa dirinya? Orang spesial untuk Raihan? Tidak, dia bukan siapa-siapa, dia hanya orang asing yang dengan bodoh menunggu dan berharap kepulangan lelaki di depannya ini.

"Aku-"

Drrt
Drrt

Getaran dari smartphonenya membuat Raihan menghentikan perkataannya dan melepaskan pegangannya dari tangan Sonya.

Raihan mengambil smartphonenya dan dapat melihat bahwa mamanya saat ini menelponnya, dengan cepat Raihan menjawab panggilan itu sambil memandang Sonya yang menunduk.

"Rai, cepatlah kesini, papa kamu drop lagi hiks" ujar mamanya membuat mata Raihan terbelalak lalu dengan cepat berlari dengan wajah khawatirnya meninggalkan Sonya yang terdiam dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Sonya memandang kepergian Raihan dengan pandangan nanar, dia tidak tahu apa yang membuat Raihan berlari seperti itu, tapi yang pasti itu pasti hal yang sangat penting. Melihat wajah khawatir Raihan membuat Sonya juga menjadi ikut khawatir.

"Semoga semuanya baik-baik saja" ujar Sonya sambil memandang lurus ke arah lorong yang saat ini menampilkan kesunyian.

"Maafkan aku yang terlalu kekanakan hingga menangis seperti orang bodoh di depanmu" lirih Sonya sambil menghapus air mata yang tak berhenti mengalir di pipinya.

-----------------------------***-------------------------

Raihan berlari di sepanjang lorong rumah sakit dengan napas terengah-engah, dari kejauhan dia dapat melihat mamanya yang lagi-lagi menangis di depan ruangan ICU.

"Ma" ujar Raihan yang kemudian berjalan cepat menuju mamanya dan memeluk wanita paruh baya itu.

"Rai hiks hiks mama gak tau kenapa tiba-tiba kondisi papa kamu drop lagi" ujar mama dengan isak tangisnya membuat Raihan harus sekuat tenaga menahan air matanya.

"Kita berdo'a sama-sama ya ma, papa kuat, yakin sama Raihan, papa akan berjuang untuk kita" ujar Raihan sambil mengelus punggung mamanya, sesekali Raihan mencium kepala mamanya sambil membisikkan kata penenang.

***

Setelah beberapa jam ditangani oleh dokter, alhamdulillah kondisi papanya kembali stabil, namun lagi dan lagi papanya harus kembali menginap di ruangan ICU yang penuh alat medis berupa monitor itu karena kondisi papanya perlu di observasi untuk beberapa hari ke depan.

Mamanya saat ini sudah tertidur karena kelelahan menangis dari tadi, bahkan mamanya melewatkan makan siang dan sekarang hampir malam tapi mamanya tidak mau beranjak dari ruang tunggu kecuali untuk shalat.

Raihan menghela napas pelan sambil mengusap wajahnya, kepalanya berdenyut sakit saat ini, banyaknya pekerjaan di kantor ditambah lagi dengan kondisi papanya yang akhir-akhir ini sering drop membuat kepala Raihan serasa ingin pecah.

"Rai, kamu pulang dan istirahatlah, biar om dan tante kamu yang jaga papa kamu" ujar omnya yang baru saja datang bersama istrinya.

"Tapi mama-"

SUNSET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang