Part 10

498 74 27
                                    

Pagi hari yang mendung mendukung suasana hati Sonya saat ini. Awan yang gelap menandakan bahwa sebentar lagi akan menumpahkan isinya. Helaan napas berulang kali keluar dari mulutnya.

"Kenapa sayang?" Tanya mama sambil mendudukkan dirinya disamping sang anak yang termenung di dekat jendela kamarnya.

Menyadari kehadiran mamanya, membuat Sonya mengalihkan perhatiannya ke arah sang mama sambil mengulas senyum kecil.

"Masih kepikiran yang tadi malam?" Tanya mama sedangkan Sonya hanya bisa menghela napasnya pelan.

"Apa keputusan Sonya sudah benar ma?" Tanya Sonya sambil memandang mamanya yang tersenyum ke arahnya.

"Sonya, mama tidak pernah memaksa jika memang kamu tidak mau nak" ujar mama sambil mengambil tangan anaknya lalu menggenggamnya dengan lembut.

"Jangan paksakan jika itu hanya akan menyakiti hatimu" ujar mama lagi sambil tersenyum tulus.

"Ma.. Sonya hanya merasa lelah" ujar Sonya dengan air mata yang mengenang di pelupuk matanya, seakan siap untuk menumpahkannya kapan saja.

"Sonya sudah merasa tidak kuat" ujar Sonya lirih membuat mamanya mengangguk paham.

"Sonya hiks.." Sonya akhirnya terisak dengan air mata yang perlahan mengalir di pipinya, membuat sang mama merasa sedih, dengan pelan dibawanya tubuh rapuh sang putri ke pelukannya sambil mengelus punggung yang bergetar itu.

"Sonya ingin menyerah ma hiks" ujar Sonya lagi dengan isakan yang semakin keras membuat mamanya ikut meneteskan air matanya.

Mama sangat tahu bagaimana perasaan anaknya selama ini, betapa berat dan sakit yang dilalui oleh anaknya karena cinta yang membelenggu hatinya.

Ketika dulu anaknya menjalin hubungan dengan Adit, sang mama sudah mulai menaruh harapan besar jika anaknya bisa melupakan masa lalunya, namun hubungan itu juga tak berjalan mulus, lagi-lagi anaknya harus menelan kepahitan dalam hubungan.

Sebagai seorang ibu, mama hanya ingin yang terbaik untuk anak semata wayangnya itu. Ketika melihat anaknya terluka, hati ibu mana yang tidak akan sakit.

"Sonya ingin menyerah, tapi kenapa tidak bisa ma?" Tanya Sonya lagi dengan isakan yang sangat pilu membuat sang mama dengan pelan melepaskan pelukan mereka lalu mengusap air mata yang mengalir di pipi anaknya.

"Itu karena Sonya sangat mencintainya" ujar mama sambil mengelus pipi sang anak.

"Cinta yang Sonya miliki sangat kuat sehingga sangat sulit untuk melepaskannya" ujar mama lagi sambil memandang anaknya dengan tatapan hangat.

"Tapi nak... Jika memang dia tidak ditakdirkan untuk kita, dia tetap akan pergi sekuat apapun kita berusaha menggenggamnya" ujar mama lagi dengan mengulas senyum tipis di wajahnya yang teduh. Sedangkan hanya bisa terisak sambil menundukkan kepalanya dengan tubuh bergetar.

"Jangan paksakan hatimu untuk melupakannya, tapi lakukan perlahan nak, biarkan semuanya mengalir, jika suatu hari nanti dia memang ditakdirkan bukan untukmu, maka ikhlaskanlah dia" ujar mama memberikan pengertian kepada sang anak.

"Orang-orang mengatakan cinta tak harus memiliki, tapi ini berlaku bagi mereka yang tidak ditakdirkan bersama" ujar mama lagi sambil mengelus kepala anaknya sayang.

"Untuk itu saat takdir tak berpihak pada kita, maka hati kita harus rela menerimanya, karena ini kehendak Allah.. kita tidak bisa menyalahkan hati kita yang mencintainya karena begitulah hati manusia, sangat lemah dan mudah rapuh" ujar mama sambil tersenyum pelan.

"Tidak perlu salahkan siapapun nak, yang perlu Sonya lakukan adalah lapangkan dan ikhlaskanlah hati Sonya" ujar mama

"Karna Sonya tahu apa tingkatan tertinggi dari cinta?" Tanya mama sambil memandang sang anak yang saat ini memandangnya dengan mata yang memerah dan berurai air mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUNSET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang