Part 4

15 2 0
                                        

Awan dan Tika duduk dibangku taman yang ada dirumah sakit.

"Ibu sakit apa? Tadi aku ke rumah karena Sayang Gak bisa dihubungi" Awan khawatir melihat Tika yang pucat.

"Kangker.. usus.." Tika kembali menangis.

Awan langsung memeluk Tika untuk menenangkannya, padahal Dia sendiri sangat terkejut mendengar itu. Bagaimana tidak? Besok pagi Awan harus berangkat ke Jakarta meninggalkan Tika yang sedang tertekan seperti ini. "Sayang jangan khawatir, pasti ada jalan untuk menyebuhkan Ibu" Awan membelai bahu agar Tika lebih tenang.

"Tapi aku harus bagaimana? Ibu membutuhkan banyak biaya untuk berobat tapi saat aku tidak punya uang sama sekali" Tika ingin sekali mengatakan itu. Tapi ini akan membebani Awan, saat ini Awan saja sudah kesulitan mencari pekerjaan.

"Apa kata dokter?" Awan kembali bertanya setelah Tika agar tenang.

"Belum tahu Mas masih menunggu hasilnya besok"

"Mas yakin hasilnya besok akan bagus" Awan menghapus air mata di pipi Tika. "Jadi Sayang jangan terlalu khawatir"

"Do'ain ya Mas"

"Pasti Sayang"

Sementara Sakti kesal melihat Tika dan Awan dari kejauhan. Tapi Dia tidak ingin menunjukannya karena Dia yakin Tika dan Awan pasti akan putus.

"Mas ada apa mencari Tika?" Tika bingung mengapa Awan sampai mendatangi rumahnya.

"Sebenarnya ada yang Mas ingin sampaikan. Mas sudah dapat pekerjaan" Awan ragu menyampaikannya pada Tika.

"Bukankah itu khabar bagus" Tika tersenyum. Akhirnya Dia bisa mendengar kabar baik setelah manimpah Ibunya tadi pagi. "Tapi kenapa sepertinya Mas Tidak bahagia?"

"Mas dapat tawaran pekerjaan Di Jakarta.. sebenarnya Mas berat meninggalkan kamu Yang. Apalagi Ibu lagi sakit, pasti berat untuk Sayang saat ini. Atau sebaiknya Mas tolak saja?"

Tika yang tadinya semangat langsung down lagi, tapi Dia berusaha menutupinya. Karena ini kesempatan baik untuk Awan. "Ini kesempatan baik untuk Mas" Tika berusaha menyemangati Awan. Walau sebenarnya Dia berat melepaskan Awan, apalagi disaat seperti ini.

"Tapi saat ini Sayang sedang kesusah, dan sedang butuh seseorang disamping untuk mrmbantu.."

"Mas jangan khawatirkan Tika.." Tika berusaha tersenyum. "Tawaran seperti ini tidak datang dua kali, kalau Mas menolak nanti menyesal" Tika tahu ini yang terbaik untuk Awan. Jakarta tempat yang cocok untuk Arsitek berbakat seperti Awan.

"Sayang tidak keberatan harus berpisah dari aku?" Awan sedikit kecewa karena Dia merasa Tika tidak akan kehilangan Awan saat jauh darinya.

"Kalau mau menuruti hati aku tidak ingin Mas pergi, tapi ini demi masa depan Mas" Tika menggenggam tangan Awan untuk menyakinkan kalau keputusannya pergi ke Jakarta adalah yang terbaik saat ini.

"Masa depan kita" Awan tersenyum menggenggam tangan Tika. "Mas akan giat bekerja dan segera melamar kamu" Awan menyentil hidung Tika. Lalu Awan memeluk Tika, rasanya Dia tak ingin meninggalkan Tika. Karena Dia yakin kalau nanti pasti berat harus berpisah dari kekasih hatinya. Tapi demi masa depan mereka berdua, Awan harus rela berpisah untuk sementara waktu.

Awan lalu menarik Tika dalam pelukannya, rasanya tak rela Dia harus meninggalkan Tika. Tapi apalah daya saat ini Awan harus rela memilih pekerjaan. Inipun demi kebaikan mereka berdua.

💞💞💞

Sebulan telah berlalu, Awan hanya bisa berkomunikasi lewat Hp. Dia belum bisa pulang ke Bandung karena tuntutan pekerjaan. Padahal saat ini Dia ingin sekali bertemu dengan Tika.

Sudah satu minggu Tika tidak bisa dihubungi. Awan mulai gelisah takut terjadi sesuatu padanya. Terakhir Awan menelpon Tika terdengar suaranya habis menangis.

"Yang aku kangen" Kalimat itu selalu keluar dari mulut Awan saat pertama kali dia menelpon Tika.

Tika tidak menjawab.. sepintas terdengar suara isak keluar dari mulut Tika.

"Sayang nangis ya?" Tanya Awan khawatir.

"Gak kok.. " Tika berusaha sekuat tenaga menutupi dari Awan.

"Tapi tadi Mas denger.. beneran tidak apa-apa? Ibu baik-baik sajakan?" Tiba-tiba Awan terlintas Ibu Tika.

"Ibu.. baik-baik saja.. Mas jangan khawatir.." Tika tak sanggup meneruskan kalimatnya.

"Tapi Yang.. Mas merasa ada sesuatu. Coba cerita sama Mas, siapa tahu bisa bantu" Awan sangat mencemaskan Tika.

"Gak.. aku baik-baik saja" 

"Haruskah Mas pulang ke Bandung?"

"Jangan Mas..." Tika gugup mendengar itu.

"Tapi Mas khawatir.."

"Aku baik-baik saja" Tika langsung memotong pembicaraan Awan. "Mas fokus saja kerja disana.." Tika berusaha kuat agar tidak menangis. "Jangan pikirkan Aku disini, kejar semua impinan Mas selama ini.." Tika tak kuasa menahan tangisnya tapi dia tetap ingin menutupi dari Awan.

"Yang.. ini impian kita" Awan tersenyum saat memikirkan kalau Dia akan sukses dan membawa Tika ikut bersamanya.

"Mas... apapun yang terjadi kejarlah impian dan kebahagian Mas. Jangan pernah goyah oleh apapun itu" Tika menghapus airmatanya yang tidak berhenti mengalir dipipinya.

"Yang kamu tahu impianku adalah hidup berdua denganmu, jadi apapun yang Mas lakukan itu semata untuk kebahagian kita berdua"

Tika tidak dapat berkata-kata tangisnya semakin menjadi, tapi Dia berusaha agar Awan tidak mengetahuinya.

"Yang kamu yakin baik-baik saja?" Awan semakin curiga karena suara dan  sikap Tika tidak seperti biasanya.

"Aku.. baik-baik saja"

"Tapi suara kamu berbeda Yang.."

"Signal lagi jelek.. suara Mas juga terdengar berbeda.." Tika tidak ingin Awan mengetahuinya. "Mas apapun yang terjadi kejarlah semua impian Mas. Karena Mas orang baik. Aku dipanggil Ibu aku tutup telponnya ya Mas" Tika ingin mengakhir telponnya sebelum Awan curiga.

"Yang.. tunggu.." Awan sebenarnya masih ingin ngobrol dengan Tika. "I Love you.." Awan menunggu jawaban Tika karena biasanya Tika akan menjawab I love you too. "I miss you Yang".

Sebenarnya Awan kecewa karena Tika tidak menjawabnya. Tapi Awsn tidak mau merengek hanya karena kali ini saja Tika tidak menjawab. Awan berpikir Tika sedang banyak pikiran.

Awan masih mondar-mandir memikirkan apa yang membuat Tika banyak pikiran. Akhirnya Awan menelpon Lala sahabat dekat Tika.

"Gak ada apa-apa" Lala menjawab dengan muka tegang.

"Tapi benarkan penyakit Ibu Tika tidak berbahaya?" Awan masih meyakinkan dirinya kalau Tika baik-baik saja.

"Iya Mas... kata Tika Ibunya baik-baik saja"

"Ibu sedang di rumah? Sedang tidak di rawat dirumah sakit?"

"Ya Mas Ibu ada dirumah. Tadi sore aku habis dari rumah Tika"

"Tapi ada yang aneh.." Awan masih bingung. "Biasanya Tika tidak pernah bila Aku, Dia selalu menyebutkan namanya? Trus tadi Tika tidak membalas saat aku mengatakan I love you. Selama kami pacaran hampir satu tahun, belum pernah sekali pun Tika tidak membalasnya"

"Itu hanya perasaan Mas Awan saja" Lala mencoba untuk meyakinkan Awan. "Lebih baik Mas fokus dengan pekerjaan disana. Jangan terlalu memikirkan Tika disini"

Dan karena sudah tiga hari tidak bisa menghubungi Tika, Awan kembali menelpon Lala untuk menanyakan keadaan Tika karena Awan sangat khawatir.

Tapi pas ditanya ternyata Lala sedang study tour keluar kota. Jadi Awan tidak bisa mencari infotmasi tentang Tika.

Tangan Awan bergetar saat mendapat telpon dari sahabatnya di Bandung kalau Tika akan menikah.

Cinta Tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang