Part 8

9 0 0
                                    

Setengah hari Tika mengurung diri dikamar, Dia bolos kuliah. Hatinya sakit karena harus menyakiti Awan. Tiba-tiba Tika tersentak saat telponnya berbunyi dan nama "Aak Sakti" yang terlihat.

Cepat-cepat Tika menghapus air matanya, Dia tidak ingin Sakti mengetahui apa yang terjadi hari ini. Karena ini pasti akan menyakiti Sakti.

"Hallo Aak"

"Ya Beib, kamu dimana? Sudah makan siang?"

Tika merasa bersalah saat mendengar Sakti yang begitu memperhatikannya. Air matanya terus mengalir, hatinya bertambah sakit ."Di rumah Aak"

"Beib kamu kenapa? Kamu nangis?" Sakti mendengar ada yang berubah dari suara Tika.

Tika buru-buru menghapus air matanya. Dia takut Sakti mengetahui hal sebenarnya. "Gak kok Aak, Aku Gak nangis" Tika berusaha bicara senormal mungkin.

"Tapi suara kamu seperti habis nangis?"

"Tiba-tiba tadi Aku kena flu makanya suaraku agak bindeng"

"Tunggu sebrntar Aak pulang ya, biar kita ke dokter.."

"Aak..!" Tika memotong pembicaraan Sakti. "Gak perlu, Aku sudah minum obat tadi. Ini sudah agak mendingan" Tika tidak ingin Sakti tahu kalau Dia seperti ini  karena habis ketemu dengan Awan.

"Ya sudah istirahat saja, tidak usah kuliah dulu hari ini".

💞💞💞

Setelah tertidur karena kelelah, keadaan Tika jadi lebih baik. Setelah menyiapkan makan malam Tika langsung mandi.

Dia tidak ingin Sakti tahu bagaimana suasana hatinya saat ini. Tika ingin menyambut Sakti yang pulang dari bekerja dengan senyuman. Karena Tika sudah berjadi pada dirinya sendiri, apapun yang Dia rasakan Sakti tidak boleh tahu. Sakti harus melihat Tika bahagia menikah dengannya, karena sudah banyak yang dikorbankan Sakti untuk Tika.

Tika bergegas begitu mendengar mobil Sakti masuk garasi. Dia menyambut kedatangan Sakti dengan senyuman walau matanya masih agak bengkak.

Begitu Sakti menutup pintu mobil, Tika menghampirinya dan mengambil tas yang ada ditangan Sakti.

Sakti tersenyum langsung memeluk Tika. "Sudah sehat?" Sakti mengecup rambut Tika.

"Sudah Aak" Tika semakin merasa bersalah karena melihat sikap Sakti seperti ini.

Sakti melepaskan pelukannya lalu menatap Tika "Wangi banget sudah mandi?"

Tika mengangguk tersenyum pada Sakti.

Sakti merangkul Tika mereka berjalan menuju kamar.

Tika meletakan tas Sakti di meja dan langsung membantu Sakti membuka dasi "Aak mandi dulu" Tika mengambil sepatu dan kaus kaki milik Sakti dan meletakkannya di rak sepatu. "Aku mau menyiapkan makan malam".

Sakti hanya mengangguk sambil memperhatikan Tika yang keluar meninggalkannya di kamar.

Setelah makan malam Sakti masuk ke kamarnya, sedangkan Tika membereskan meja makan.

Tika menghampiri Sakti yang duduk di meja sambil memeriksa berkas yang ada dihadapannya.

Tika memperhatikan apa yang sedang dibaca Sakti. "Proyek dengan Pak Ridwan sudah di Acc?"

Sakti mengangguk.

"Selamat ya Aak" Tika tersenyum karena ini salah satu proyek besar yang sangat diharapkan oleh Sakti.

"Tapi aku akan sibuk dan tidak ada waktu buat kamu"

Tika merangkul pundak Sakti. "Perhatian Aak sudah lebih dari cukup buat aku dan keluargaku. Ada yang bisa aku bantu?"

"Kamu istirahat saja, sebentar lagi Aku menyusul".

"Aak mau kubuatkan minum?"

"Tidak usah tadi sudah kenyang"

Tika tidak ingin mengganggu pekerjaan Sakti. "Kalau butuh sesuatu panggil saja" Tika meninggalkan Sakti.

Tika duduk diranjang sambil membaca buku kuliahnya. Tika mulai fokus dengan pelajarannya sampai Dia tidak menyadiri kalau Sakti telah selesai.

"Sudah selesai?" Tika meletakan bukunya.

"Ya.. baca buku apa?" Sakti duduk disamping Tika.

"Buku kuliah. Aak mau kupinjat?" Tika membalikan badannya tangannya mulai memijat bahu Sakti. Tika terkejut saat Sakti menghentikan tangannya dan tiba-tiba Sakti berbalik badan menghadap Tika.

Sakti menatap Tika, kemudian mencium bibir Tika.

Tika terkejut mendapat perlakuan ini, saat ini hati dan pikirnya sedang tidak enak. Tapi Dia tidak ingin mengecewakan Sakti makanya Dia berusaha membalas ciuman Sakti.

Sakti sudah berada diatas tubuh Tika, Dia sudah terbawa hawa nafsunya. Saat ini tangannya sudah mulai menjelajah tubuh Tika.

Tika hanya pasrah menerima apa pun yang dilakukan oleh Sakti. Kalau ingin mengikuti kata hati, saat ini Dia ingin menolak Sakti. Selain kondisinya saat ini sedang tidak baik, Dia juga belum siap untuk melayani Sakti. Tapi ini tidak mungkin, Tika tidak ingin mengecewakan Sakti. Apapun pasti Tika lakukan. Jangankan memberikan tubuhnya, nyawanya pun akan Tika berikan. Mengingat apa yang sudah dilakukan Sakti untuk Dia dan keluarganya.

Sakti sudah terbakar oleh hawa nafsunya sendiri, Dia meraih apapun yang bisa memuaskan dirinya. Sakti sempat berhenti lalu menatap wajah Tika. Dia dapat merasakan kalau saat ini Tika sedang memaksakan diri untuk menerima perlakuan Sakti. Ada senyum canggung dibibir untuk menutupi perasaannya. Tapi perasaan itu tiba-tiba sirna, karena Dia tidak bisa mengendalikan diri saat melihat tubuh Tika yang sintal tepat berada dibawah tubuhnya.

Saat ini perasaan Sakti bercampur aduk. Harga dirinya terluka karena Tika hanya bisa pasrah menerima perlakuannya, tapi disisi lain Dia tidak bisa menolak godaan syawatnya.

Sakti berusaha membangkitkan gairah Tika, tapi yang terjadi dirinya sendiri yang terbakar oleh permainannya. Dia tidak perduli lagi dengan perasaan Tika, baginya yang terpenting saat ini kepuasannya.

Setelah Sakti mencapai puncaknya, tubuhnya terjatuh dalam pelukan Tika. Dipeluknya erat tubuh istrinya. Sakti bingung apa sebenarnya yang ada dihatinya. Dia ingin marah karena merasa istrinya tidak menginginkannya tapi Sakti tak sanggup melakukan itu. Ingin memghindari Tika pun Dia tidak sanggup, entah ada daya tarik apa yang dimiliki wanita ini sehingga Dia tidak bisa melepaskannya.

Dilepaskannya tubuh Tika, lalu ditatapnya istrinya. Sakti tahu saat ini Tika sedang merasa bersalah karena tidak mampu memuaskan suaminya. Tangan Sakti ragu ingin membelai wajah istrinya. Tapi tangan itu tiba-tiba bergerak sendiri membelai wajah Tika. Sakti bingung apa yang Dia inginkan saat ini. Akhirnya Dia pindah dari atas tubuh Tika dan berbaring disamping Tika.

Beberapa saat mereka larut dalam pikiran masing-masing. Tika meyakinkan hatinya kalau Sakti lah suami terbaik yang dikirimkan Tuhan untuknya. Dan Dia akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi istri yang baik dan akan melayaninya seumur hidupnya.

Sementara perasaan Sakti masih bercampur aduk. Antara marah, kecewa dan bingung saat menentukan arah kedepannya. Ini dulu tidak pernah terpikirkan oleh Sakti kalau situasinya akan seperti ini. Tapi Dia ingin meyakinkan diri kalau ini jalan terbaik yang akan dilewatinya kelak bersama Tika yang kini sudah menjadi istrinya.

Cinta Tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang