Disaat kesabaran sedang di uji
Chapter 03Saat Pak Hendra dalam perjalanan ke tempatnya bekerja, Keberuntungan sedang tak memihaknya. Karena ban motor Pak Hendra bocor, Pak Hendra harus mendorong motornya dan mencari tambal ban dalam perjalanan. "Duh kok ga ketemu tambal ban daritadi" Keluh Pak Hendra.
"Kok isoh bocor ki pye to Mbah..." Kata Pak Hendra dalam hati.
(Artinya : "Kok bisa bocor tu gimana Mbah..." )Setelah 10 menit mendorong motor, Akhirnya ada orang baik yang mau menolong Pak Hendra. "Kenapa pak?" Kata lelaki muda asing itu. "Ini ban-nya bocor mas." Jawab Pak Hendra. "Waduh, yaudah sini saya bantu Pak. Kebetulan saya nggak lagi buru-buru." Tawar lelaki muda itu. Pak Hendra pun meng-iyakan tawaran laki-laki itu.
Akhirnya setelah 15 menit mencari tambal ban, Pak Hendra dengan lelaki muda yang baik itu menemukannya. "Akhirnya ketemu juga tambal ban-nya." Ucap Pak Hendra dengan lega. "Iya Pak" Jawab lelaki yang membantunya tadi.
"Makasih ya mas. Udah bantuin dorong sampe sini." Kata Pak Hendra dengan senyuman.
"Iya Pak, sama-sama. Saya duluan ya Pak." Jawab Lelaki itu.
"Iya, monggo. Hati-hati mas." Ucap Pak Hendra sambil melambaikan tangan. Lalu lelaki muda itu pun pergi dengan motornya meninggalkan Pak Hendra.
Beberapa menit pun berlalu, Akhirnya motor kesayangan Pak Hendra pun siap dinaiki. Pak Hendra lekas membayar kepada tukang tambal ban.
Lalu segera menuju ke tempat kerjanya, Yaitu Barbershop. Ya, Pak Hendra bekerja sebagai tukang cukur rambut di Barbershop. Pak Hendra bisa dibilang cukup ahli dalam hal mencukur atau memotong rambut. Karena sudah 10 tahun lebih dia mendapati pekerjaan ini.
Saat Pak Hendra memasuki Barbershop itu, Dia langsung menyapa rekan kerjanya, yaitu Satria. Seorang laki-laki berumur 22 tahun yang bekerja bersamaan dengan Pak Hendra. "Loh Mas, Kok baru dateng?" Tanya Satria dengan heran. "Iya ini tadi ban motor Saya tiba-tiba bocor." Jelas Pak Hendra. Satria pun ber-oh ria saja.
******
Malam pun tiba, Pukul 19.30 Si Pemilik Barbershop atau bisa dibilang atasan Pak Hendra dan Satria pun datang berkunjung.
Dan saat itu pula, Sang Bos memarahi Pak Hendra. Kenapa begitu? Tentu saja karena keterlambatan Pak Hendra siang tadi. Karyawan yang seharusnya datang jam 09.00 tepat, Malah datang jam 11.30. Tunggu, Kenapa Bos Pak Hendra tau atas keterlambatannya? Itu karena Satria diam-diam melaporkan kepada atasannya.
Walaupun kelihatannya baik di depan Pak Hendra, Satria sebenarnya iri dengan reputasinya yang baik dan popularitasnya pada para pelanggan. Satria selama 2 tahun bekerja di Barbershop bersama Pak Hendra sebenarnya sangat ingin menyingkirkannya.
Meskipun Pak Hendra seniornya, Satria tak peduli akan hal itu. "Ini sudah keempat kalinya kamu terlambat!" Kata atasannya dengan nada tinggi.
"Maaf Pak, Tadi saya terlambat karena-" Belum selesai menjelaskan, Kalimat dari Pak Hendra sudah terpotong oleh Sang Atasan.
"Sudah! Tidak usah banyak alasan! Mulai sekarang kamu saya PECAT!" Kata Si Pemilik Barber itu dengan nada penuh penekanan.
*****
Setelah Pak Hendra menerima gaji terakhirnya, Pak Hendra langsung bergegas pulang dengan keadaan hati mendung.
"Duh Gusti, Pye iki..." Ucap Pak Hendra dengan suara yang lirih.
(Artinya : "Duh Tuhan, Gimana ini...")******
Terimakasih telah membaca~
Tunggu chapter terbaru mingdep yaa ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Mbah Tua Penuh Cerita
No FicciónSi Mbah tua yang penuh kisah, entah yang membahagiakan maupun mengharukan. Semua sudah kami alami bersama Si Mbah. Padahal badannya sudah tak terlalu kuat lagi, tapi perjuangannya sungguh hebat dan pantang menyerah. Banyak jalanan yang sudah menjadi...