Chapter 03

167 27 3
                                    

Salah satu hal yang tidak di sukai oleh Seulgi adalah orang itu. Orang yang tidak punya perasaan sama sekali.

"Benar, kau Seulgi kan?"

"Maaf. Siapa?"

Seulgi merasa tindakannya benar, berpura - pura adalah cara tepat untuk menghindarinya.

"Kau sedang bercanda kan Seulgi, ini aku Mina, temanmu"
"Tidak mungkin kau melupakanku kan?"

Seulgi menghela nafasnya "Teman? Dasar orang gila" batinnya

Seulgi berdehem "Mina? Siapa? Maaf sebelumnya tapi aku cenderung melupakan hal - hal tidak penting jadi aku rasa tidak mengingat dirimu sama sekali"

Mina tersenyum "Syukurlah, dari wajahmu aku sudah tau kalau kau tidak pernah melupakanku sama sekali"

"Silahkan membual disini. Aku permisi dulu" lanjutnya lalu pergi meninggalkan Mina

"Kau mau kemana?" tanya Mina

"Bukan urusanmu"

Mina tersenyum"Kau tidak berubah ya Seul" lirihnya "Kau selalu kabur dan bersembunyi"

Seulgi kini menghentikan langkahnya dan menatap Mina "Apa maksudmu"

"Aku tidak ingin membahas masa lalu lagipula sudah seharusnya kita melupakannya kan?"
"Oh ya bagaimana kabarmu?"

"Pergilah! Sungguh aku tidak ingin melihatmu lagi"

"Bagaimana ya, kau pasti akan sering melihatku. Karena aku adalah Mina, tidak ada orang yang tidak mengenaliku"
"Ahhh.. Ada hal membuatku penasaran, apa artikel kebencian itu kau yang membuatnya?"

"Apa maksudmu?"

"Jika kau menulisnya lagi, aku juga bisa mengatakan hal yang membuatmu tidak tenang. Kang Seulgi"

"Jujur saja aku tidak mengerti apa yang kau maksud tapi sekarang aku yakin, melihatmu mengancam ku seperti ini membuatku semakin yakin jika dulu kaulah pelakunya"

"Dan satu hal lagi, selamat. Akhirnya kau bisa bekerja sesuai dengan kemampuan alami mu dan semoga saja kau hanya akan melakukannya di depan kamera bukan lagi dalam kehidupan nyata" tegas Seulgi

"Kau masih membahasnya? Padahal aku sudah minta maaf padamu"
"Lagipula itu bukan salahku" lanjut Mina


Flashback.

Mina, tentu saja Seulgi ingat dengan jelas siapa dia. Mina itu orang yang harus Seulgi hindari.

"Mina, namaku Mina. Salam kenal"

Seharusnya hanya sampai disitu Seulgi mengenalnya. Seharusnya.
Entah karena Seulgi kesepian atau mungkin karena Mina terlihat benar - benar tulus jadi Seulgi dengan mudah menganggapnya sebagai seorang sahabat.

Benar - benar seorang sahabat.

Hari - hari Seulgi yang terasa sepi kini mulai berubah saat Mina menjadi sahabatnya, mereka banyak menghabiskan waktu bersama layaknya sahabat pada umumnya dan jelas itu adalah sesuatu yang baru bagi Seulgi.

"Kau sudah menceritakan semua masalahmu jadi ku rasa aku juga ingin mengatakannya" kata Seulgi dengan ragu - ragu

Seulgi merasa jika Mina adalah satu - satunya orang yang bisa mengerti dirinya, dia orang yang baik dan yang jelas Seulgi merasa jika mereka sama. Apalagi Seulgi sudah merasa tidak bisa lagi memendam semua masalahnya sendirian, ada saat dimana dia butuh seseorang untuk mendengarkan isi hatinya.

"Apa?"

"Aku tidak ingin menyembunyikan sesuatu denganmu"
"Karena kita adalah sahabat"

Orang bilang jika seseorang berbagi masalah dengan orang lain maka perasaan kita akan menjadi lebih baik. Saat itu, saat dimana matahari mulai tenggelam Seulgi menceritakan semua hal tentang dirinya dan semua hal yang dia pendam sendirian selama ini.

Tapi..
Lagi - lagi Seulgi salah, perasaan lega itu tidak ada justru sebaliknya semua hal menjadi tidak terbayangkan bagi Seulgi.

Seulgi melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri Mina yang tengah bermain ponsel di kelas "Apa ini?!"

"Seulgi" jawab Mina sambil tersenyum

"Kau benar - benar..."

"Seulgi, ada apa?"

Dengan nada bicara yang seperti biasa, Mina menatap Seulgi dengan wajah itu, wajah yang seolah menunjukkan jika tidak ada sesuatu yang salah sekarang.

"Melihatmu sekarang" Seulgi mengatakannya dengan penuh penekanan
"Kau benar - benar menjijikan"

Di dunia yang kejam ini, semua orang hanya akan memikirkan diri mereka sendiri karena hanya untuk dirinya mereka sendiri saja sudah sangat merepotkan. Seharusnya Seulgi tau akan hal itu, jadi mungkin semua akan berjalan seperti biasanya.

Flashback end.

-----

Sesampainya di rumah, Seulgi lantas berlari ke kamar mandi, dia memuntahkan semua isi perutnya. Hal itu sering terjadi bukan karena Seulgi sakit tapi itu terjadi setelah Seulgi merasa takut dan gelisah secara berlebihan.

Berpura - pura berani dan tegar sangat sulit bagi Seulgi tapi jika dia tidak melakukannya mungkin orang - orang akan merendahkannya lagi.

"Tidak masalah Seulgi, kau melakukannya dengan baik" gumamnya

Seulgi membaringkan tubuhnya dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Drrtt..drttt..

Beberapa kali ponsel Seulgi berbunyi tapi itu sama sekali tidak membuat sang pemilik bangkit dan meresponnya. Seulgi masih memejamkan matanya.

"Tidak tau malu!"
"Menjijikkan, dia bahkan masih bisa tersenyum disini"
"Harusnya dia mati"
"Seulgi itu bukan manusia, mana ada manusia seperti ini"
"Melihatnya membuatku ingin muntah"
"Melempari garam tidak cukup untuk mengusirnya"
"Menjijikkan!"
"Pergilah!"

Kata - kata itu terus berputar dalam pikiran Seulgi sampai kapanpun apalagi disaat seperti ini.

Seulgi bangkit, dia menarik jaketnya dan berniat untuk keluar. Di depan pintu secara tidak terduga Seulgi melihat Jimin berdiri di sana dan menatap dirinya.

Jimin benar - benar disana.

Jimin menggaruk lehernya "Aku hanya kebetulan lewat" jelasnya
"Kau.. Mau kemana?" tanyanya ragu

Seulgi melihat jika tingkah Jimin sedikit aneh. Kebetulan? Rasanya itu tidak mungkin, sekarang hampir jam dua belas malam dan rumah Jimin lumayan jauh dari sini.

"Seulgi" panggil Jimin

Seulgi yang awalnya diam kini berjalan semakin dekat dengan keberadaan Jimin di sana.

"Mau minum bersama?" kata Seulgi lirih





Tbc.

Promise (SeulMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang