Chapter 06

106 29 7
                                    

"Karena aku menyukai Jimin"

Seulgi tertawa "Suka? Hahaha tidak bisa dipercaya ada perempuan cantik yang mengatakannya" gumamnya

"Apa yang dia pikirkan sampai berkata seperti itu, kasihan sekali, ada banyak sekali laki - laki di luar sana yang lebih baik"
"Sungguh tidak masuk akal"

Seulgi masih bermonolog sambil terus membersihkan dapur. Tapi tiba - tiba Seulgi terdiam beberapa saat, dia teringat kembali dengan sikap Jimin yang berbeda saat dengan Nayeon kemarin, sikap Jimin yang sangat berbeda.

Seulgi menghela nafasnya "Tapi, wajar saja.."

"Jangan sampai ada barang yang rusak!"
"Aku memperingatkanmu"

Jimin keluar dari kamarnya lalu datang menghampiri Seulgi untuk mengambil segelas air.

Kedatangan Jimin tentu membuat Seulgi kaget, untung saja dia hanya bergumam tadi, bisa bahaya jika sampai Jimin sadar jika dia sedang membicarakan pernyataan cinta Nayeon.

"Kenapa? Kenapa menatapku seperti itu?"
"Ah.. Aku memang selalu terlihat tampan"

"Oho! Ini dia, kekanakan dan menyebalkan! Jati dirimu sebenarnya, sok - sokan berlagak keren di depan orang lain. Rasanya aku muntah kemarin"

Begitulah Seulgi, dia sungguh tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya.

"Apa maksudmu? Apa itu artinya kau mengakui aku keren?"
"Terimakasih" jawab Jimin santai

"Hah?"

"Oh ya, ada yang ingin kutanyakan"
"Kemarin kau cemburu kan? Kau bahkan sampai mengikuti kami, benar kan?"

Seulgi terbatuk - batuk sekarang karena Jimin terlalu jujur dan langsung pada pointnya.

Seulgi berdehem "Kau sedang berhalusinasi? Yak Jimin, singkirkan kebiasaan burukmu itu"
"Ck, kau selalu menyimpulkan sesuatu semaumu saja" jawabnya dengan gugup

"Bagaimana ya, wajahmu sudah memperlihatkan semuanya. Jika kau malu, bilang saja, aku pastikan tidak akan membahasnya lagi"

"Tidak! Siapa? Aku? Aku tidak cemburu"

"Lalu?"

"Hanya.. Aku hanya.." Seulgi menjeda kalimatnya untuk mencari alasan "Aku hanya makan saja"

"Aigoo"

"Beneran"
"Kemarin sejak pagi buta aku sudah datang tapi kau tidak menawarkan apapun padaku. Itulah kenapa aku terpaksa ikut kalian"

"Baiklah, aku mengerti"

Diluar dugaan, Jimin menganggukkan kepalanya dan menerima alasan Seulgi begitu saja. Tapi, dia tersenyum sekarang, senyuman yang seolah menunjukkan arti lain.

"Senyum itu"
"Kau sudah bosan hidup ya?"

"Aku bilang mengerti, kenapa kau malah marah. Aku menerima alasanmu"

Lagi, Jimin menunjukkan senyumannya yang menyebalkan.

Seulgi menghela nafasnya "Aku tidak sebodoh itu untuk kau tipu. Kau hanya berpura - pura percaya kan? Tapi sebenarnya kau sedan meledekku sekarang"

"Seulgi, aku bilang aku percaya jika kau tidak cemburu dan hanya karena kelaparan. Hanya itu"
"Dan harus menangis agar kau percaya?" lanjut Jimin yang tiba tiba langsung tertawa

Seulgi tau jika dia sedang dibodohi Jimin, yah dia sudah hafal arti dari senyuman Jimin itu saat Seulgi menjelaskan sesuatu.
Tanpa aba - aba, Seulgi langsung mengejar Jimin yang melarikan diri sekarang.

"Berhenti kau!"
"JIMIN! PARK JIMIN!"

---

Akhirnya satu tendangan Jimin rasakan, akhir dari kejar - kejaran mereka adalah rasa sakit di paha Jimin.

Promise (SeulMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang