Chapter 04

120 21 4
                                    

"Mau minum bersama ku?"

Seulgi dengan spontan mengatakannya. Setelah itu suasana menjadi hening sangat hening sampai suara kendaraan yang entah berada dimana terdengar sangat jelas malam ini.

"Tidak" tolak Jimin
"Bagaimana ya, aku hanya kebetulan lewat disini"

Seulgi mengerutkan dahinya, dia menatap Jimin dengan bingung.

"Aku menolakmu"
"Aku tidak ingin melihatmu mabuk seperti terakhir kali. Sangat merepotkan" lanjut Jimin yang seolah sedang meledek Seulgi

"Yak!!" bentak Seulgi

"Kenapa? Aku benar"
"Haruskah aku mengingatkanmu lagi?" goda Jimin lagi

Seulgi merasa kesal, bukan ini yang dia harapkan sekarang dan bukannya sudah seharusnya Jimin sadar jika Seulgi sedang ada masalah lalu menghiburnya sekarang.

"Pergi sana" usir Seulgi masih dengan nada kesalnya

Jimin berdehem lalu menatap perempuan bermata monoloid itu "Kau berbaring dijalan sambil menangis, di rumah kau melompat - lompat di sofa sambil berteriak dan parahnya kau.." Jimin menjeda kalimatnya "Kau memuntahkan isi perutmu padaku" lanjutnya dengan penuh penekanan

"Kau tidak mau pergi?!"
"Pergi dari sini"

"Aku tau, aku juga berniat pergi"
"Aku akan pergi"

Jimin beranjak dari tempatnya tadi, sebelum dia benar - benar pergi dipertengahan dia berhenti dan melihat Seulgi yang masih kesal.

"Aku pergi"
"Temui aku jika kau  rindu"

Seulgi masih mendengarnya dan melihat ekspresi Jimin yang menyebalkan itu, dia melihat kesekelilingnya untuk mencari benda yang bisa dia lempar ke arah Jimin.

Jimin sadar apa yang akan Seulgi lakukan, dia tersenyum dan bangga pada dirinya karena berhasil menggoda dan membuat Seulgi kesal. Jika saja ekspresi Seulgi tidak menyedihkan seperti tadi mungkin Jimin akan bersikap baik tapi sayangnya tidak. Jadi baginya membuat Seulgi kesal adalah cara paling tepat agar Seulgi tidak larut dalam kesedihannya.

"Dia selalu membuatku kesal!"
"Aisshh!"
"Akan ku balas kau Jimin" gumam Seulgi

-----

Seulgi akhirnya kembali masuk ke dalam kamarnya lagi, dia membaringkan tubuhnya sambil terus menghela nafasnya. Seketika Seulgi lupa jika tadi dia sempat ketakutan karena bermimpi buruk, yang kini digantikan dengan perasaan yang kesal.

Seperti itu Seulgi, dia adalah orang yang mudah tersinggung dan kesal dengan mudah, ada satu hal lagi, Seulgi sangat kekanakan.

"Aku akan membalasnya" gumam Seulgi "Pikirkan caranya Seulgi"
"Hal yang Jimin tidak sukai"

Seulgi mulai bersikap kekanakan setelah mengenal Jimin. Sebelumnya Seulgi selalu bersikap serealistis mungkin seperti buku - buku yang sering dia baca agar bisa menjadi manusia yang sukses.
Sampai ada saat dimana Seulgi tidak sengaja merusak gambar Jimin dan anehnya Jimin diam - diam membalasnya dengan hal yang sama, Jimin segaja menuangkan kopi di tugas kuliah Seulgi. Meskipun berakting seolah dirinya tidak sengaja, Seulgi sangat tahu jika Jimin berbohong mana ada kopi tumbah didalam tas? Bukankah Jimin memang sengaja mau menunjukkan pembalasan dendamnya. Dari situlah ada banyak hal kekanankan yang terjadi saat mereka berpacaran, bukan hanya Jimin tapi Seulgi menjadi lebih sering membalas kesalahan Jimin dengan hal - hal yang aneh.

"Haruskan aku merusak gambarnya?"
"Tidak, itu tidak seberapa.."

Seulgi masih bermonolog, dia masih berpikir apa yang tidak Jimin sukai agar dia bisa membalas perbuatannya tadi. Sesuatu hal yang bisa menjadi senjata bagi Seulgi untuk meledeknya.

"Ahh.."
"Aku tahu"

Seulgi bangkit dari tempat tidurnya, dia tersenyum seolah dia akan menjadi pemenangnya.

"Park Jimin"
"Tunggu saja"

Seulgi tertawa dan menari untuk merayakan ide cemerlangnya untuk membalas Jimin.

"Kau jenius, Kang Seulgi!!"

----

Hidup dengan nyaman adalah impian Jimin sejak dulu. Pagi ini Jimin membersihkan halaman belakang rumahnya dan menyirami tanaman yang ada disana, pekerjaan ini adalah salah satu hal dimana Jimin akan merasa nyaman. Sungguh menenangkan, angin yang berhembus, suara kicauan burung dan sinar matahari yang samar - samar.

"Benar - benar sempurna" gumamnya

Kreeett..

Suara pagar rumah Jimin terdengar sangat jelas, dia segera meletakan peralatan yang dia pakai sekarang lalu berjalan menuju depan rumahnya.

Jimin mengira jika Jungkook datang tapi dia tidak terlalu yakin juga karena tidak mungkin Jungkook datang sepagi ini.

"Siap-.."

Jimin tidak melanjukan perkataannya saat tahu siapa yang datang ke rumahnya. Dengan koper besar dan beberapa barang lainnya, Seulgilah yang sekarang Jimin lihat.

"Apa?"

Seulgi tersenyum "Hai.."
"Aku rindu"

Hidup dengan nyaman menurut Jimin adalah saat dimana dia tidak berhubungan dengan manusia. Saat dimana dia tidak perlu menjalani hidupnya sesuai aturan atau keharusan yang biasa manusia lakukan.

"Untuk apa itu?" Jimin menatap barang bawaan Seulgi

"Apalagi, aku akan tinggal disini"
"Seperti yang kau katakan tadi malam"
"Aku takut jika setiap aku aku merindukanmu" jawab Seulgi dengan santainya

"Jangan bercanda"

"Kenapa? Tidak suka? Ah apa karena kita sudah putus? Atau karena aku akan mengacaukan waktu nyamanmu di rumah?"

Jimin tidak bisa berkata - kata, dia hanya mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kau kesal?"
"Baguslah, tujuanku berhasil" lanjut Seulgi

"Kau sedang balas dendam?"

"Kau tidak mau membantuku membawakan koper ini?"

Dengan wajah tidak berdosanya, Seulgi malah menyuruh Jimin membantunya memasukkan semua barangnya kedalam

"Kau sungguh berbuat sejauh ini?" kata Jimin lagi

"Aku miskin, aku tidak mau membuang uangku hanya untuk tempat tinggalku lagipula masih ada kau"

"Memangnya rumahku kontrakan? Kenapa kau tinggal disini?"

"Setelah kupikir - pikir selama kita berpacaran aku selalu menolak bantuanmu dan tidak pernah meminta apapun padahal kau sangat kaya"
"Jangan khawatir, bukannya aku menagih  sesuatu padamu sekarang. Dan untuk masalah tinggal disini, aku hanya sementara lalu aku tetap akan membayar sewanya"

"Kau gila?"

"Eum"
"Passwordmu masih sama kan?"

"Kau sungguh.."

Berpacaran dengan Jimin bukanlah hubungan yang singkat jadi Seulgi masih belum melupakan beberapa hal tentang Jimin termasuk password rumahnya.

"Kang Seulgi"

Inilah ide yang membuat Seulgi bisa tidur nyenyak semalam, membuat Jimin tidak bisa merasakan kenyamanan dirumahnya. Yah, meskipun Seulgi adalah pacarnya ada saat dimana Jimin ingin Seulgi tidak menemuinya dengan alasan ingin menenangkan dirinya sambil mencari ide kembali untuk pekerjaan selanjutnya. Seolah dia seniman hebat, yah Jimin mamang hebat tapi tidak sehebat itu juga.
Itu hanyalah kebiasaannya, sejak dulu jadi tidak masalah jika Seulgi mengganggunya kan.




Tbc.

Promise (SeulMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang