1

20.3K 1.9K 190
                                    

Hai.. saya muncul dengan cerita baru. 

Kisah tentang pasangan yang berusaha untuk bertahan dari  mantan yang nggak bisa move on. Ini sebenarnya banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ibarat kata, sudah putus baru menyesal dan merasa  lebih layak daripada pasangan baru sang mantan. Sayangnya sang mantan sudah menikah.

Ini bukan kisah yang dramatis banget. Saya tidak setega  itu, kok. Tadinya berpikir bahwa ini akan ke Komedi romantis. Tapi balik lagi bahwa saya tidak ahli menulis tentang cerita lucu.

Semoga kalian suka ya. Jangan lupa di-save di Library.  Jangan lupa tinggalkan jejak dan komentar. Karena itu menjadi penyemangat buat saya. 

Terima kasih.

***

Di sebuah restoran mewah di daerah Senayan.

"Please, Naina. Kumohon, pikirkan lagi." Aku menatap Naina sambil memohon. Paham, jika hubungan kami memang sulit untuk dipersatukan. Tapi aku belum ingin menyerah. Meski berkali-kali ditolak dengan alasan latar belakang oleh orang tuanya.

"Maaf, Rey. Aku tidak bisa melawan keinginan kedua orang tuaku. Aku sudah mencoba sebisa mungkin, tapi aku tidak sanggup. Mereka tetap tidak ingin kita bersama."

"Tapi hubungan kita dibangun dengan dassar saling mencintai. Aku akan berusaha lebih keras lagi. Aku tahu, masa laluku tidak layak untuk dipertimbangkan. Tapi aku yakin suatu saat nanti mereka akan melihat kesungguhanku."

"Sampai kapan, Rey? Aku tidak bisa menunggu lagi. Mereka membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan doa. Aku ingin mereka bahagia, Rey. Meski akhirnya harus mengorbankan kebahagiaan kita. Aku tahu, aku salah sudah memberi harapan selama ini. Kamu harus tahu kalau aku juga hancur. Terima kasih atas semua hal indah yang pernah kamu beri. Keputusanku tidak akan berubah."

Naina berdiri. Kuraih tangannya agar bisa menahan waktu sedikit lagi saja. Tidak mungkin dia setega ini padaku. Tapi akhirnya tanganku terlepas. Diiringi tatapan aneh dari orang-orang sekitar. Kalau ini bukan tempat umum, aku pasti sudah menangis dan memohon. Nania berlalu meninggalkanku.

Kugenggam kotak kecil berwarna merah yang ada di dalam saku jas. Tadinya ingin melamarnya malam ini. Setidaknya aku ingin menunjukkan keseriusan hubungan kami. Tapi semua gagal. Dengan kepala tertunduk, kulangkahkan kaki menuju restoran. Diiringi tatapan kasihan dari banyak pengunjung dan pelayan.

***

Kumasuki kantor pagi itu. Suasana masih seperti biasa. Karyawan yang berlalu lalang. Costumer yang mengambil pesanan dan menunggu antrian untuk dilayani. Aku adalah pemilik dari sebuah perusahaan yang bergerak dibidang percetakan. Baik itu buku, undangan, brosur dan lainnya. Kami memiliki klien beberapa perusahaan besar termasuk hotel dan restoran. Usaha yang kurintis selama tujuh tahun terakhir sudah mulai membuahkan hasil. Pada awalnya dulu, aku harus bersaing dengan perusahaan besar sejenis. Ibaratnya mencari sisa remahan mereka. Tapi seiring waktu semua membaik.

Dari usaha inilah aku mampu membeli rumah dan kendaraan. Yang awalnya kusiapkan untukku dan Naina. Hubungan kami dimulai saat aku kuliah. Naina adalah gadis cantik. Meski bukan kembang kampus karena tampilannya yang sederhana. Namun justru itu yang memikat hati. Ia tidak pernah meminta yang berlebihan. Bahkan ia yang membantu saat aku mulai membuka usaha. Membantu membuatkan banner untuk promo, lay out dan sebagainya.

Hubungan kami datar saja. Karena memang sama-sama tidak menyukai kehidupan penuh warna. Apalagi mengingat aku juga bukan laki-laki tampan yang mampu memikat banyak wanita. Sejak dulu aku memiliki masalah dengan kepercayaan diri karena latar belakang kehidupanku. Sehingga tidak punya banyak teman. Bahkan aku cenderung menjadi sosok yang tertutup. Kehadiran Nania adalah yang pertama buatku. Ia memperkenalkan aku pada indahnya sebuah hubungan. Membawaku ke banyak tempat. Mengajakku hadir pada berbagai acara.

ANTARA AKU, KAMU DAN MANTAN KITA /SUDAH TERSEDIA DI PLAY BOOK/OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang