prolog

59 4 0
                                    

Sebelum ini aku selalu menatapnya dengan penuh cinta. Selalu memuja nya dengan sepenuh hati. Selalu merasa bangga memilikinya. Menganggap dialah orang yang akan selalu ku gandeng menuju masa depan. Tapi semuanya berubah setelah kejadian itu. Rasa cintaku lenyap entah kemana. Menjadikan dia orang yang akan ku benci seumur hidupku. Tapi sayangnya takdir seperti mempermainkan ku. Mengikat ku dengannya. Harus menjalani hidup dengan rasa benci yang selalu mengurung ku. Oh Tuhan, kenapa aku harus menjalani hidup yang begitu menyiksa seperti ini? Aku lelah.

Jauh didalam lubuk hatiku, rasanya ingin menyerah tak sanggup lagi menjalani semuanya. Tapi malaikat kecil ini yang membuatku bertahan. Dialah yang membuatku mampu menelan duri kehidupan ini dengan susah payah. Dia bagaikan air di gurun pasir yang mampu menyelamatkan hidupku. Walaupun kehadirannya yang salah tapi dia yang membuatku kuat.

Rasanya aku sangat menyesal saat berusaha menyakitinya. Padahal dia tak tahu apa apa. Aku berjanji setelah ini aku tak akan pernah mengulangi kesalahan itu lagi.

Ku tatap dalam-dalam orang yang sudah menghancurkan dan menyelamatkan hidupku di waktu bersamaan. Jika saja waktu itu dia tak melakukan kebodohan, mungkin saat ini aku sangat bahagia menikah dengannya. Karena memang inilah yang aku mimpi kan. Menjadi seorang istri dari Raihan. Kami berpacaran sudah enam tahun lamanya. Tapi semua itu rasanya tak berarti apa-apa karena kebodohannya. Sekarang hanya ada kebencian dihati ku.

"Kamu sudah bangun rupanya." Mas Raihan membuka matanya perlahan sambil mengeliat.

"Hmm." Aku hanya berdehem lalu bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Jangan membayangkan jika rumah yang kami tempati ini mewah. Karena sekarang kami tinggal di sebuah kontrakan yang terdiri satu kamar tidur, satu ruang tamu, dan satu dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi.

Setelah insiden pengusiran itu, aku tak berharap lebih. Tinggal di kontrakan kecil seperti ini pun rasanya sudah bersyukur sekali.

Setelah selesai mandi, aku langsung bergegas masuk ke kamar tanpa memperdulikan mas Raihan yang tengah duduk di sofa butut yang ada di ruang tengah. Aku tak perduli dan tak ingin memperdulikannya. Mau dia seperti apa itu terserah maunya. Aku tak ingin mencampurinya, karena aku sudah benar-benar kecewa dengan mas Raihan biarlah kami hidup dengan urusan masing-masing.

"Ara! ayo keluar, mas udah masakin nasigoreng buat kamu." Mas Raihan mengetuk-ngetuk pintu kamar yang memang sengaja aku kunci dari dalam.

Aku langsung keluar, bau nasigoreng begitu menggelitik indra penciuman ku. Mas Raihan memang pandai sekali memasak dan apapun yang dimasak oleh mas Raihan jangan pernah diragukan soal rasanya.

"Sini!" Mas Raihan mengarahkan ku duduk di sofa, disana sudah ada dua piring nasigoreng dengan telur ceplok di atasnya. Aku menikmati nasigoreng buatan mas Raihan dengan lahap. Sesekali mas Raihan melirik kearah ku tapi aku tak peduli.

"Mas mau ke ruko, kamu mau ikut atau dirumah aja?" Mas Raihan menghabiskan suapan terakhirnya, lalu beranjak ke dapur mencuci piring bekas sarapannya.

"Dirumah aja," Balasku cuek seraya masuk kamar dan mengunci pintu meninggalkan bekas piring sarapan ku begitu saja. Aku melirik sekilas mas Raihan yang nampak menghela nafas melihat tingkah ku. Terserahlah mau dia ilfeel denganku juga tak apa. Aku sudah muak dengan segalanya.

"Mas berangkat yah." Pamit mas Raihan yang tak ku balas, aku memilih menutup wajahku dengan bantal.

#####

Kami awalnya sepasang kekasih yang saling mencintai. Berbagi setiap suka dan duka bersama. Kami bukan berasal dari keluarga kaya yang bermarga. Mas Raihan hanya bekerja sebagai pedagang ayam geprek di alun-alun kota dan aku hanya bekerja sebagai pramuniaga disebuah toko baju di pasar. Karena kami hanya lulusan SMA. Hubungan kami sebenarnya ditentang oleh orang tuaku, tapi kami tetap berjuang bersama-sama. Karena aku pikir, nanti juga orang tua akan luluh jika anaknya saling mencintai.

Aku sangat mencintainya, dia pun sama besarnya mencintai ku. Banyak batu terjal kehidupan yang kita lalui, semuanya benar-benar tak mudah. Tapi aku selalu yakin pasti ada kebahagiaan yang menanti kami di masa depan. Meski sulit rasanya tapi akan tetap aku lalui yang penting mas Raihan selalu disamping ku.

Namun semua itu berubah seketika, saat mas Raihan melakukan kesalahan yang menurutku sangat fatal. Yang membuatku kini memandang nya dengan berbeda. Karena ada saatnya kita tak bisa memandang seseorang itu dengan sama lagi setelah kesalahan yang pernah ia buat. Semuanya terasa sulit sekali. Mengubah rasa cinta dengan benci dalam sekejab. Tapi perbuatannya membuatku sangat jijik pada diriku sendiri.

ingin rasanya aku marah padanya. Tapi semua itu tak akan merubah apa-apa. Sekarang aku hanya bisa pasrah dengan hidupku. Terus menjalaninya dengan sisa semangat yang perlahan mulai redup. Karena mungkin beginilah jalan takdir ku, yang penuh dengan liku-liku dan air mata. Kadang aku merasa lelah dengan semua ini tapi aku tak boleh menyerah. Ada nyawa yang harus aku perjuangkan. Masih ada setitik harapan yang membuatku harus bangkit.

Welcome dunia, inilah kisah ku. Namaku Inara Arumi. Gadis sederhana pecinta bunga matahari. Bunga yang melambangkan optimisme yang tinggi. Karena bunga matahari selalu tumbuh menghadap kearah matahari. Jadi, ketika matahari tertutup awan hitam atau sedang hujan, bukan berarti bunga matahari akan layu atau mati. Ternyata bunga matahari menyimpan energinya sendiri untuk membuatnya tetap bertahan sampai matahari muncul kembali dengan sinarnya. Karena seperti itulah kehidupan, tidak selamanya kita tetap bahagia akan ada air mata yang menyelingi. Nah, dari situ kita harus belajar dari bunga matahari, yang harus tetap bermekaran meski sebenarnya hidup kita sedang sulit. Harus tetap optimis, karena setelah hujan pasti akan ada pelangi yang melukiskan warna-warnanya diatas awan.

####
09-01-2022

Bunga MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang