Saudara

11 2 0
                                    

semalam ka Najma lembur membuat kue. jadi paginya aku bisa langsung mengantarkan pesanan para pelanggan. jam menunjukan pukul sepuluh pagi tapi semua pekerjaan sudah selesai. aku melihat ka Najma yang tengah menghitung uang hasil jualan hari ini. semakin hari pesenan semakin banyak. aku sangat bersyukur bisa membantu kakakku. setidaknya dengan begini aku ada gunanya. 

aku mengambil ponselku yang ada disaku memeriksa beberapa notifikasi. ternyata ada pesan dari mas Raihan. saking sibuknya aku sampai lupa mengabarinya.

mas Raihan

'Ra! mas kangen banget'

Ara

'aku juga kangen mas'

mas Raihan

'bisa ketemu?'

aku terdiam sesaat tak buru-buru membalas pesan mas Raihan. sebenarnya aku juga kangen. aku berusaha berfikir cara agar bisa bertemu dengan mas Raihan tanpa sepengetahuan bapa dan ibu. 

"ka!" pangilku pada ka Najma, hanya dia satu-satunya yang bisa menolongku saat ini.

"iya" ka Najma menghentikan kegiatannya lalu menoleh kearahku.

"aku kangen banget sama mas Raihan," ucapku terus terang.

kulihat ka Najma menghembuskan nafasnya dengan kasar, aku meringis melihatnya. semoga kali ini ia juga mau menolongku. 

"mau sampe kapan?" 

jleb, kalimat ka Najma seperti belati yang menusuk hatiku. apa yang dikatakan ka Najma benar mau sampe kapan? ternyata lelah juga bila harus terus menerus kucing-kucingan seperti ini.

"entahlah, aku gak tau." aku juga sebenarnya bingung dengan semuanya aku hanya bisa pasrah dengan keadaan.

ka Najma membereskan uang-uanganya memasukannya kedalam dompet yang telah usang miliknya.

"Arum! hubungan tanpa restu orang tua itu sulit. apa yang kamu lakukan ini mempersulit diri kamu sendiri." ka Najma menatapku dalam. sudah berkali-kali ia mengingatkanku yang sama sekali tak pernah kugubris.

"tapi aku cinta sama mas Raihan. lagian alasan bapa sama ibu gak merestui kami itu gak masuk akal." 

alasan orang tuaku menentang hubungan kami, belum bisa aku terima. aku merasa meraka sangat egois. tanpa memikirkan seberapa terlukanya aku dengan keputusan mereka. 

"ini semua demi kebaikan kamu," ucap ka Najma melembut.

"kebaikan yang mana? yang ada bapa yang gak baik berprasangkan buruk pada orang lain yang belum tentu kebenarannya."aku berusaha mengelak. walaupun sampai mulutku berbusa menjelaskan mereka mana peduli.

"emang bener yah. hal yang paling sia-sia itu menasehati orang yang tengah jatuh cinta." ka Najma menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis fikir.

"terus kakak nyalahain aku karena jatuh cinta sama mas Raihan?" tanyaku sewot. enak saja kalau bicara.

"idiiiih siapa juga yang nyalahin kamu. lagian nih yah gak ada yang salah sama cinta. hanya terkadang datangnya aja gak tepat." ucap ka Najma dramatis. seolah-olah paling berpengalaman tentang cinta padahal pacaran aja gak pernah.

"ko aku enek yah dengernya." aku berpura-pura muntah dihadapannya. 

"kamu yah! bener-bener." ka Najma melototkan matanya kearahku. aku khawatir matanya akan terlepas jika melihat ku seperti itu.

"udah yah ka aku gak mau ribut,"ucapku melerai perdebatan kami. "aku cuman mau minta tolong buat cari alasan untuk bapa dan ibu, karena aku mau ketemu mas Raihan siang ini."

Bunga MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang