Hal Baru

10 2 0
                                    

Sudah sebulan lamanya aku menyadang gelar pengangguran. Rasanya tidak menyenangkan bahkan sangan membosankan. Karena setiap hari kegiatanku hanya mengantar orderan kue kakakku yang setiap harinya makin membeludak. Karena sekarang kakakku menambah menu jualannya, yaitu desert box yang sedang viral dikalangan masyarakat. Wajar saja jika banyak peminatnya. Karena memang rasanya enak sekali, aku pernah mencicipinya waktu itu yang rasa durian. Saat cake yang lembut berlumuran cokelat lumer dan pasta durian menyatu dengan lidahku, rasanya tak ingin berhenti memakannya. Enak sekali.

Aku tak menyangka, jika kakakku bisa membuat kue seenak itu. Waluapun memang bakatnya itu sudah terlihat sejak kecil. Kak Najma memang sangat hobi sekali memasak, terutama membuat semua jenis kue, termasuk kue kering dan basah. Yang menjadi favoritku adalah kue nastar buatannya. Selai nanas yang legit buatan kak Najma tidak ada tandingnya.  

"Ka aku gimana yah bawanya?" Tanyaku setelah menerima dua kantong besar desert box yang akan aku antar.

Aku menatap dua kantung pelastik itu dengan tatapan perihatin. Mana bisa aku bawa semua itu sendirian apa lagi mengendarai motor. Kalau bulak balik, pasti bensinnya akan dobel. 

"Terus kakak harus ikut gitu?"

"Menurut kakak gimana? apa aku sanggup bawa semuanya."

"Iya kamu bawa satu persatu aja Arum! gitu aja dibuat susah sih. Masih banyak pesenan yang harus kakak buat."

"Yaelah kak, capek badan capek bensin kalo gitu mah." Aku mendengus, masih pusing memikirkan cara membawa semuanya tanpa bolak balik.

"Nih kakak tambahin uang untuk bensinnya, satu persatu aja bawanya." ka Najma mengangsurkan uang pecahan duapuluh ribu yang kuterima dengan senang hati. 

"Dari tadi kenapa? gak ngerti banget dikode-kodenya." 

"Iya udah sana pergi, jangan sampe salah ya itu punya bu Yuli. Dianterin ditokonya yang ada dipasar." Ka Najma mengingatkanku kembali kemana aku harus mengantar pesanan pelanggannya.

"Iya bawel." Aku bergegas pergi meninggalkan ka Najma yang kembali berkutat dengan adonan kue.

Aku menaruh kantong pelastik yang berisi desert box itu di bagian depan motor. Lalu menghidupkan mesen motor memasuki jalan raya bergabung dengan pengendara lainnya. 

Setelah sampai aku langsung mencari ruko baju milik bu Yuli. Berjalan agak sedikit masuk dengan sedikit kesusahan karena kue-kue ini begitu berat, dan akhirnya aku menemukannya.

"Bu ini desert box nya." Aku menyerahkan kantong pelastik yang sedari tadi aku bawa. 

"Lho, bukannya tadi ibu mesennya dua yah." Wajah bu Yuli nampak heran karena aku hanya membawa satu kantong pelastik.

"Eh ya bu, aku bawanya gak bisa sekaligus bu, jadi aku bawa dua kali. ini mau aku ambil lagi," Ucapku seraya tersenyum tak enak yang hanya ditanggapi dengan anggukan. 

Setelah dua kali bolak balik mengantarkan pesanan bu Yuli aku haus sekali, dan berakhirlah disini dikedai es kelapa muda sendirian. Padahal disamping kanan kiriku berpasang-pasangan. sudah nampak seperti jomblo ngenes banget aku yah. Padahal aku punya pacar. 

Eh iya tadi aku tak sempat membuka ponselku. Padahal tadi ponselku bergetar beberapa kali. aku merogoh saku celana kulotku mengambilnya.

Mas Raihan

'kamu dimana? mas kangen banget tau'

'padahal mah baru dua hari yah kita gak ketemu'

'kamu lagi apa?'

'ko gak d bales sih'

'lagi sibuk yah'

Aku menghela nafas saat membuka chat dari mas Raihan yang beruntut. Memang sudah dua hari ini kami tidak bertemu, dan aku langsung membalas chatnya.

Ara

'maaf yah mas aku baru bales, soalnya aku lagi sibuk nganterin orderan kue ka Najma. aku juga kangen tapi nanti dulu yah kalo aku udah gak sibuk kita ketemu.'

Setelah membalas chat mas Raihan. Aku menggulir layar ponselku keatas. Hanya ada pesan dari grup alumni SMP dan SMA. Mas Raihan tak membalas chatku. Mungkin dia sedang sibuk karena banyak pelanggan. Aku meletakkan ponselku diatas meja.

Tak lama kemudian es kelapa mudaku sudah jadi. Mang udin, nama penjual es kelapa muda itu. Menaruh es kelapa mudanya di atas meja, yang langsung aku tarik dan menyeruputnya. Rasanya segar sekali. Hausku hilang seketika.

Saat aku sedang menikmati es kelapaku, ponselku berdering. Ku lihat ternyata dari Azka yang langsung aku angkat.

"Ya Azka," ucapku langsung to the poin.

'Kamu ada dimana?' 

"Aku lagi di mang Udin lagi minum es," ucapku seraya menyedot es kelapaku.

'Aku kesana yah.'

Sambungan teleponnya langsung diputus sepihak oleh Azka. Aku melotot horor pada ponselku. Menerka-nerka, ada apa dengan anak itu tumben-tumbenan.

Sepuluh menit kemudian Azka sudah berada dihadapanku. Duduk dengan santai lalu memesan es kelapa muda.

"Ada apa sih?" Tanyaku langsung karena penasaran.

"Gini Ra, aku tau kamu punya suara bagus. Makanya sekarang aku dateng ke kamu."

Ucapan Azka membuat aku bingung. 

"Aku gak ngerti."

"Jadi dicafe tempat aku nyanyi, lagi ngebutuhin penyanyi cewe. Kamu mau yah." ini namanya bukan penawaran yah lebih tepanya permohonan.

Azka itu punya suara yang bagus. Semenajak masih SMA pun dia sudah menyanyi di cafe-cafe. Katanya lumayan buat ngelatih bakat nyanyinya tapi dapet uang. Sebenarnya Azka terlahir dari keluarga yang lumayan berada, dan sekarang setelah dia lulus sekolah dia langsung melanjutkan kuliah. Namun masih menekuni kegiatannya sebagai penyanyi cafe. Walaupun dia tak bernyanyipun, dia tidak akan kehabisan uang jajan. Azka melakukan ini hanya karena bersenang-senang semata.

"Aku gak bisa Azka."

"Pliss Ra."

"Aku gak bisa nyanyi lho," tolakku

"Tapi suara kamu bagus banget, sayang aja kalau disia-siain." Azka terus membujukku.

"Gimana yah?" Aku masih ragu, karena memang aku belum pernah memanyanyi didepan umum.

"Mau yah? kita cuman nyanyi dari jam tujuh sampe jam sepuluh malem. Bayarannya dikasih seminggu sekali." Azka berusaha menjelaskan.

"Suara aku emang enak tapi aku beneran gak bisa nyanyi lho." Aku memang memiliki suara yang lumayan sebenarnya. Bukan ingin sombong, tapi itu memang kenyataan.Jjika ka Najma memiliki bakat memasak. Sedangakan aku dianugrahi suara yang lumayan. 

Sebenarnya bukan hanya itu alasannya. Aku hanya takut jika dipertengahan lagu aku lupa liriknya dan berakhir disoraki penonton. Aku ngeri ngebayanginnya.

"Nanti aku ajarin deh. Tapi kamu mau yah."

"Aku takut Azka," aku berusaha menyuarakan isi hatiku.

"Ada aku Ra, itung-itung mencoba hal baru. Sayang tau bakat kamu di sia-siain." Azka berusaha meyakinkanku.

 Apa yang dikatakan Azka memang benar. Disamping itu juga aku dapet uang, dan gak perlu ngerepotin bapa sama ibu lagi.

"Nanti aku coba bilang sama orang tua aku dulu yah, semoga diizinin. Tapi nanti kamu janji bakal ngajarin aku kan."

Azka mengangguk, "gitu dong."

Mang Udin datang membawa es kelapa milik Azka. Setelah itu, kami menikmati es kalapa sambil sesekali bercanda. 


#####

22-01-2022

Bunga MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang