Lulus Sekolah

28 3 0
                                    

Pagi ini aku tengah siap-siap untuk menghadiri wisudaku. Akhirnya setelah tiga tahun sekolah lulus juga. Aku mengenakan kebaya berwarna mocca yang panjangnya selutut di padukan dengan rok songket dengan sedikit belahan dibelakangnya. Rambutku, ku gelung dengan sederhana, dengan aksen bunga mawar diatasnya. Sangat simpel. Karena memang aku tak suka dengan keribetan. Aku pun hanya menggunakan sepatu pantofel dengan hak yang tak terlalu tinggi, ini juga dapat meminjam dari kakak ku. Karena berpenampilan seperti ini bukan aku sekali. 

"Arum! udah selesai belum? lama banget sih." Aku mendengar teriakan ka Najma dari luar.

"Iya ka, udah nih." Aku langsung bergegas keluar kamar. Buru-buru mengambil ponsel dan tas ku yang ada diatas kasur.

Aku langsung bergegas menaiki motor ka Najma. Karena ini sudah hampir pukul delapan, sebentar lagi  acaranya akan dimulai. Kami hanya dua bersaudara, aku sibungsu yang sangat pembangkang dan ka Najma sisulung yang sangat penurut. sifat kami sangat bertolak belakang sekali. kami hanya selisih 2 tahun, banyak yang bilang kami ini seperti kembar.

"Arum! udah nyampe ini. sana turun!" Ucap ka Najma tanpa mematikan mesin motornya. Karena setelah ini ia akan pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk orderan kuenya. Ka Najma lebih memilih berjualan kue online dari pada bekerja di pabrik seperti teman-teman seangkatannya. Sebab, orang tua kami tak sanggup membayar calo yang sangat mahal karena mencapai puluhan juta. Mungkin hanya disini jika ingin bekerja harus bayar dulu. Akh, padahal kita kerja kan untuk mencari uang tapi kenapa jadi keluar uang. Sangat dipertanyakan bukan?

"Eh? iya ka." Aku bergegas turun sambil melambaikan tangan pada ka Najma yang perlahan-lahan menjauh.

Aku segerah masuk kehalaman sekolah yang sudah sangat ramai. 

"Hai Ra!" Aku menoleh ke belakang, ternyata Azka tengah berjalan mendekatiku.

Azka adalah sahabatku semenjak masuk SMP, dia orangnya sangat baik. Dia selalu ada saat aku membutuhkannya. Karena selama sekolah aku tak memiliki sahabat selain Azka tapi kalau sekedar teman banyak sih.

"Hai juga Azka."

Aku tersenyum lebar saat Azka membawa sebuah boneka  teddy bear berukuran sedang ditangannya. Aku melirik sekilas boneka teddy bear itu yang berwarna mocca dipadukan dengan warna coksu. Manis sekali, warna kesukaanku pula.

"Selamat wisuda peri cantik." Azka melambaikan boneka itu didepanku. Dengan tak sabaran aku merebutnya dari Azka.

"Kamu suka?" Tanyanya.

"suka banget Azka." Jawabku sangat antusias.

Aku sangat bahagia menerima hadiah dari Azka. Tapi aku terdiam saat mengingat sesuatu.

"Tapi aku gak nyiapin apa-apa buat kamu, padahal hari ini yang wisuda bukan cuman aku kan?" Aku cemberut mengingat tak mempersiapkan apa-apa untuk Azka.

Azka tersenyum, "gak apa-apa ko, lihat kamu seneng aja aku udah seneng."

"Tapi gak adil Azka, masa cuman aku yang dapet hadiah. Masa kamu gak dapet apa-apa."

"Gak papa Ra." Azka tetap kuekeh.

"Aku benaran gak enak sama kamu." Aku menyesal sekali karena tidak kepikiran dengan hadiah sama sekali.

"Ya ampun Ra! Aku gak papa tau." Aku lihat Azka nampak mengusap wajahnya dengan kasar.

Aku hanya terdiam, memikirkan sesuatu. 

"Gimana kalo nanti habis acara ini, aku teraktir kamu makan mie ayam ditempat biasa?" Aku memberikan penawaran pada Azka. 

Ia hanya mengangkat sebelah alisnya, nampak berfikir, "gak ah, kalo kamu yang teraktir."

"Ko kamu gitu sih." Aku mendengus berpura-pura ngambek.

"Ya deh, kita makan mie ayam. Tapi aku gak mau diteraktir sama kamu. Masa cowok diteraktir sama cewek. Tengsin tau!"

"Apaan sih kamu, kaya sama siapa aja." Aku melipat kedua tanganku didada. Menunjukan raut kesal.

"Biar aku yang bayar," ucap Azka.

"Sama aja bohong kalo kamu yang bayar mah." Aku memutar bola mataku jengah.

"Mau gak?" Azka mengangkat sebelah alisnya.

"Terserah kamu aja lah." aku berlalu meninggalkan Azka. Berdebat dengannya gak akan kelar kalau aku tidak mengalah. 

Derap sepatu Azka terdengar semakin mendekat, aku tau dia pasti mengejarku. 

"Iya udah deh kamu yang bayar," ucapnya setelah berjalan disampingku.

Aku hanya tersenyum, "ayok kita duduk disana," aku menunjuk bangku kosong dibagian paling belakang. Karena bagian depan sudah penuh diisi oleh teman-temanku yang lain.

Azka hanya mengangguk.

Kami berdua duduk dengan tenang. Menyaksikan setiap acara demi acara. Walaupun sesekali mataku terasa berat karena mengantuk. 

sampai diacara inti yaitu pembagian medali pada wisudawan dan wisudawati. Satu persatu nama kami dipanggil. Bergantian menaiki podium untuk dipakaikan medali. Kini giliran aku dan Azka yang dipakaikan medali. Rasanya aku sangat bahagia sekali. Perjuangkanku selama tiga tahun ini akhirnya finish juga. Aku pasti rindu dengan masa-masa ini. Hidup ini terasa begitu cepat, rasanya baru kemarin aku daftar sekolah dan hari ini aku sudah lulus.

Setelah acara selesai aku bergegas keluar dengan Azka. Saat berada tak jauh dari gerbang sekolah. Aku melihat seseorang yang sangat aku kenal tengah membawa sebuket bunga matahari berukuran sedang dengan boneka berbentuk kucing di bagian tengah buket.

Aku langsung berlari menghampiranya.

"Kayaknya mas terlambat deh," ucapnya setelah aku sudah berada dihadapannya.

"Gak papa. Aku tahu mas pasti sibuk." Mas Raihan memberikan buket itu padaku yang kuterima dengan senang hati. Mataku berbinar bahkan tak berkedip sedikitpun melihat buket bunga matahari yang sangat cantik. Mas Raihan selalu tahu apa yang aku suka, dan hari ini aku sangat bahagia.

"Sesibuk apapun mas pasti luangin waktu buat pacar mas yang cantik ini."

"Ah mas bisa aja." Aku tersipu malu mendengarkan ucapannya.

"Eh itu dari siapa?" Tanya mas Raihan seraya menunjuk boneka teddy bear ditangan kiriku.

"Dari Azka," ucapku sambil mengingat sesuatu bukankah tadi aku bersama Azka lalu kemana anak itu sekarang?

"Azka kemana yah perasaan tadi sama aku, tapi ko gak ada." Aku celingukan mencari keberadaan Azka. 

"Itu Azka." Mas Raihan menunjuk kebelakangku. Dengan refleks aku menoleh dan mendapati Azka tengah berjalan kearah kami dengan wajah masam.

"Kamu nih ya kacang lupa sama kulitnya," ucap Azka saat sudah bergabung dengan kami.

"Eh maaf Azka, aku saking senengnya sampe lupa sama kamu." 

"Setelah ada pacarnya , aku dilupakan begitu saja. setelah manis sepah dibuang ini mah judulnya." Azka mendengus kesal.

Aku bukan simpati pada Azka malah terbahak melihat tingkah lakunya. Sedangkan mas Raihan hanya terkekeh.

"Gak usah drama deh kamu yah. lebay tau." Aku mulai geli menyaksikan drama yang dibuat oleh Azka seolah-olah dia istri yang terdzolimi.

"Katanya mau makan mie ayam, ayolah cus," ucapku melangkah pergi. Mas Raihan dan Azka mengikutiku dengan wajah yang masih masam. Rasanya aku ingin tertawa tapi mati-matian aku tahan.

###

15-01-2022

Bunga MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang